5. Semesta

9 5 13
                                    

Niskala berjalan menuju ke arah stand pameran, di mana Alea berada. Kampus mulai ramai kembali setelah senja menyapa, dan angin sore yang sejuk membawa aroma dedaunan kering. Langkah Niskala terasa ringan dan sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya.

Niskala memperhatikan Alea yang tengah bercanda dengan pacarnya di tengah keramaian stand pameran. Meskipun pacarnya tampak sedikit sibuk menjelaskan beberapa hal kepada para pengunjung, Alea dengan nakalnya mencubit-cubit kecil lengan pacarnya. Lucunya, jika ini terjadi dengan orang lain, orang tersebut pasti akan marah jika diganggu saat sedang serius. Namun, tidak dengan pacarnya Alea. Ia justru tersenyum lebar dan membalas dengan cubitan gemas ke hidung Alea. Niskala hanya bisa tertawa kecil melihat adegan manis itu.

Ketika akhirnya Alea menyadari kehadiran Niskala, wajahnya langsung bersinar. "Hah, akhirnya balik juga! Gimana, tadi sempat kabur ke mana? Seru nggak?" tanyanya dengan semangat, tampak antusias ingin mendengar cerita dari sahabatnya.

Niskala tersenyum, namun tidak segera menjawab. Pikirannya masih terngiang pada momen-momen tadi, khususnya tentang pembelajaran singkatnya tentang fotografi dan percakapan dengan Renza. "Lumayan seru. Aku tadi mampir ke stand anak fotografi gitu, akhirnya aku diajari motret juga tadi, belajar banyak soal kamera," jawabnya sambil merapikan anak rambut yang sedikit berantakan.

Alea menaikkan alisnya, tampak penasaran. "Motret? Sama siapa? Kok tiba-tiba kamu jadi belajar fotografi segala?"

Niskala terkekeh kecil, memilih untuk tidak menyebutkan nama Renza. "Ah, cuma kenalan baru yang kebetulan jago soal kamera. Aku diajari beberapa hal dasar tentang komposisi foto dan cara main cahaya. Ternyata nggak cuma pencet tombol, ya. Fotografi itu seni!"

Alea tertawa kecil, mengangguk dengan senyum jahil. "Wah, aku bisa tebak pasti orangnya seru, kan? Sampai kamu jadi tertarik belajar fotografi segala."

Niskala mengangkat bahu sambil tersenyum, memilih tak menanggapi lebih jauh. "Seru sih, tapi capek juga ternyata. Kayaknya aku butuh istirahat."

Alea menepuk pundak Niskala dengan penuh semangat. "Santai aja, habis ini kita pulang, kok. Aku cuma perlu pamit sama si dia dulu," ujarnya sambil melirik ke arah pacarnya yang masih sibuk membantu para pengunjung.

Setelah beberapa saat mengobrol dan membereskan barang-barang kecil di stand, Alea berpamitan pada pacarnya yang tampak semakin sibuk menjaga stand di tengah ramai pengunjung yang datang silih berganti. Mereka bertukar senyum dan kata-kata singkat sebelum Alea kembali ke sisi Niskala. "Yuk, kita pulang."

Sementara itu, Renza berjalan santai kembali menuju stand fotografi. Dari kejauhan, dia melihat seseorang duduk di kursi dalam stand, matanya terpaku pada layar handphone. Rambut panjangnya yang tergerai tertiup angin dari kipas angin yang terletak di sudut ruangan, membuat sosok itu tampak tenang meski sedang asyik bekerja. Renza mendekat dengan senyum kecil, merasa nyaman dan hangat setiap kali melihat sosok yang sangat dikenalnya.

Tanpa banyak basa-basi, dia menyapa, "Hey, dari tadi di sini?"

"Hei, dari tadi kamu ngilang kemana?" tanya perpempuan itu—Laura—tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Suaranya terdengar lembut, tapi ada sedikit rasa penasaran di dalamnya.

Renza tertawa kecil, lalu mendekati Laura sambil menarik kursi di sebelahnya dan duduk, mencoba membuka percakapan lebih ringan. Dia dengan lembut menepuk-nepuk kepala Laura, seperti memberi isyarat bahwa dia ada di sana. "Aku cuma ke taman sebentar. Ngajarin fotografi ke salah satu pengunjung stand. Seru juga ngajarin orang yang baru belajar."

Laura akhirnya menoleh, mengangkat alis sambil tersenyum tipis. "Pengunjung stand? Siapa?" Tanyanya dengan nada bercanda, tapi ada rasa ingin tahu di matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang