3

109 9 5
                                    

Kim Bum tiba di kantor pagi itu dengan perasaan campur aduk. Baru kemarin, ayah So Eun yang juga CEO perusahaan tempat Kim Bum bekerja, memberitahunya bahwa So Eun akan bekerja di divisi pemasaran.

Saat dia berjalan ke meja kerjanya, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok So Eun yang sudah duduk di antara anggota tim lainnya. Dia terdiam sejenak, kaget melihat So Eun yang tampak begitu nyaman di tempat yang seharusnya masih asing baginya. Perasaannya berkecamuk, antara kewaspadaan dan ketidaknyamanan. Meski sudah diberi tahu, Kim Bum tidak menyangka So Eun akan mulai bekerja secepat itu.

"Kim Bum?" sapaan So Eun yang penuh senyuman membuat Kim Bum tersadar dari lamunannya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga sikap profesionalnya.

"Selamat pagi, So Eun. Saya tidak menyangka kamu akan mulai bekerja hari ini," ucapnya dengan nada yang tenang, meskipun dalam hatinya masih ada rasa tidak percaya.

So Eun mengangguk. "Ya, aku juga tidak menyangka bisa mulai secepat ini. Tapi, aku siap untuk bekerja dan belajar dari tim."

Kim Bum mengangguk singkat, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak menentu. "Baiklah, aku akan memperkenalkanmu kepada anggota tim lainnya."

Mereka berjalan bersama menuju ruang kerja tim yang terbuka, tanpa sekat antara meja dan komputer. Saat semua anggota tim sudah berkumpul, Kim Bum mengambil posisi di depan mereka. Dengan nada yang tetap dingin, dia mulai memperkenalkan So Eun.

"Ini So Eun, anggota baru kita," kata Kim Bum dengan nada formal, tanpa menunjukkan banyak emosi. "Dia akan membantu kita dalam proyek-proyek mendatang di divisi pemasaran."

Semua mata tertuju pada So Eun saat dia berdiri di samping Kim Bum. Ia merasa sedikit gugup, namun mencoba tersenyum.

So Eun melangkah maju dan sedikit membungkukkan tubuhnya, "Senang bertemu dengan kalian semua. Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik."

Yuri langsung menyapanya dengan antusias, "Hai, So Eun-ssi. Senang bertemu denganmu! Aku Yuri, dan ini Mina serta Haneul," katanya sambil menunjuk ke arah rekan-rekannya. Mina hanya memberikan senyum tipis, sementara Haneul mengangguk ringan tanpa banyak bicara.

Kim Bum, yang mengawasi interaksi mereka dengan ekspresi datar, melanjutkan, "So Eun akan duduk di sebelah Yuri. Pastikan dia mendapat semua informasi yang dia butuhkan untuk beradaptasi dengan cepat."

"Siap, Team Leader," jawab Yuri dengan semangat. "Aku akan memastikan So Eun merasa nyaman di sini."

Kim Bum mengangguk tanpa berkata banyak lagi, lalu duduk di tempatnya yang terpisah di pojok depan ruangan, kembali ke sikapnya yang dingin dan terfokus pada pekerjaannya.

So Eun mengambil tempat duduknya di sebelah Yuri, merasa lega namun tetap sedikit canggung dengan kehadiran Kim Bum yang begitu tenang dan tidak menunjukkan banyak perhatian padanya.

"Aku yakin kita akan menjadi tim yang hebat," kata So Eun kepada Yuri dengan senyum.

Yuri membalas dengan senyum hangat, "Tentu saja! Mari kita bekerja keras bersama."

Di sudut ruangan, Kim Bum hanya mengamati percakapan mereka dengan sikap acuh tak acuh, meskipun ada sedikit kekhawatiran tersembunyi di balik wajah dinginnya.

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" ajak So Eun. "Aku yang traktir."

Yuri setuju dengan antusias, dan mereka berdua pergi ke kantin kantor saat jam makan siang tiba. Saat mereka memasuki kantin, pandangan So Eun tertuju pada Kim Bum yang sedang makan sendirian, meski tak benar-benar sendiri karena Mina tampak sibuk menggoda Kim Bum dengan sikap centilnya.

"Ayo kita duduk dekat Kim Bum," ajak Yuri sambil menunjuk ke arah meja di mana Kim Bum dan Mina duduk.

Yuri langsung mengambil tempat di sebelah Mina, yang duduk berhadapan dengan Kim Bum, memaksa So Eun untuk duduk tepat di samping Kim Bum. Mina terlihat jengkel, sementara Kim Bum tetap diam, seperti biasanya.

"Kim Bum, Mina, kami boleh bergabung?" tanya Yuri dengan senyum lebar.

Kim Bum mengangguk pelan, tanpa banyak bicara. Mereka mulai makan dengan tenang, meski suasana canggung terasa di antara mereka. Tak lama kemudian, Haneul datang dan langsung merusuh suasana, membuat semua orang tertawa. Namun, Kim Bum tetap diam dan segera pergi setelah selesai makan. Haneul dengan santai duduk di tempat yang ditinggalkan Kim Bum, di samping So Eun.

So Eun dan Yuri berjalan bersama ketika akan keluar dari tempat mereka bekerja. Namun, ada sesuatu hal yang mengganjal di pikiran So Eun sejak tadi. So Eun merasa sedikit tidak nyaman melihat keakraban antara Haneul dan Kim Bum.

"Yuri-ssi, Haneul tampaknya sangat dekat dengan Kim Bum-ssi. Apa mereka sudah lama saling kenal?" tanya So Eun dengan hati-hati.

Yuri tersenyum dan menjelaskan, "Oh, ya. Haneul dan Kim Bum memang teman dekat sejak kuliah. Mereka berkuliah di jurusan yang sama di universitas yang sama juga, jadi mereka sudah lama berteman."

So Eun mengangguk, merasa sedikit lega tapi masih ada hal lain yang mengganjal pikirannya. "Lalu, bagaimana dengan Mina? Dia tampak memberikan perhatian lebih pada Kim Bum-ssi."

Yuri menghela napas kecil sebelum menjawab, "Mina itu junior Kim Bum dan Haneul saat mereka kuliah dulu, meskipun beda angkatan. Mina sudah lama menyukai Kim Bum, tapi sayangnya, Kim Bum sepertinya tidak pernah peduli dengan perasaan Mina."

So Eun dan Yuri sudah berada di halte bus, bersiap untuk naik ke dalam bus yang akan membawa mereka pulang. Namun, saat So Eun hendak melangkah masuk, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera mengangkatnya dan mendengar suara Kim Bum di seberang.

"Tunggu di parkiran mobil," kata Kim Bum singkat, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

So Eun terdiam sejenak, sedikit bingung, namun kemudian ia berpaling ke Yuri. "Yuri, aku harus pulang sendiri. Ada urusan lain yang mendadak. Kamu duluan saja."

Yuri menatap So Eun dengan rasa ingin tahu, namun ia hanya mengangguk. "Baiklah, So Eun. Hati-hati ya."

Setelah berpamitan, So Eun langsung memutar arah, bergegas kembali menuju parkiran mobil seperti yang diminta oleh Kim Bum. Hatinya berdebar, tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia bertanya-tanya apa yang membuat Kim Bum tiba-tiba memintanya untuk bertemu di sana. Ketika ia tiba di parkiran, matanya langsung mencari sosok Kim Bum, mencoba menebak apa yang ada di benak pria itu.

Tak lama, Kim Bum datang dan mengajak So Eun pergi keluar, tanpa banyak bicara. Mereka akhirnya tiba di sebuah kafe yang tenang. Di kafe itu, So Eun merasa harap-cemas menunggu apa yang akan Kim Bum katakan. Namun, Kim Bum tetap diam untuk beberapa saat, menyusun kata-kata dengan hati-hati.

"So Eun," kata Kim Bum akhirnya dengan nada dingin. "Jangan sampai ada yang tahu bahwa kita terikat dalam perjodohan."

Kalimat itu menghantam So Eun dengan berat. Dia tahu bahwa hubungan mereka rumit, tapi mendengar Kim Bum mengatakannya dengan begitu dingin, seolah-olah pernikahan yang direncanakan itu hanyalah beban, membuat hati So Eun terasa sakit. Namun, dia hanya mengangguk, menutupi perasaannya dengan senyum tipis, meski dalam hatinya ada rasa kecewa yang mendalam.


___________

Gimana? suka ga sama lanjutan cerita ini?. Semoga kalian suka ya. Pantengin terus cerita ini sampai tamat dan jangan lupa meninggalkan komen supaya aku semangat terus,

Luv, Kmaannisha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best Thing, I Never HadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang