3

407 68 2
                                    

Satu bulan berlalu dan selama tentang waktu sebulan tidak ada kejadian menarik sama sekali. Elio bekerja dengan sangat baik sebagai OB, bahkan dia mendapat teman baru meski temannya itu berusia diatas 25 tahun yang juga bekerja di sana. Tidak ada yang membully nya kendati dia seorang diri yang berbeda, baik dalam hal usia maupun fisik.

Hari ini tepat hari gajiannya. Setelah mengantarkan kopi pesanan Sean, Elio pergi ke ruang HRD untuk mengambil gaji pertamanya.

"Mbak Sasa! Io mau ambil gaji! "

Elio dengan ceria menghampiri Sasha, pegawai bagian HRD yang sudah Elio anggap sebagai kakaknya. Karena memang tentang usia keduanya hanya 13 tahun.

"Eh Io, udah selesai kerjanya? "

"Um! Io uda selesai hihi. "

"Ututu kenapa kamu gemesin banget sih? Jadi pengen hap deh, " Sasha mengambil amplop berisi uang yang ditaroh di laci mejanya dan menyerahkan itu pada Elio. "ini gaji kamu. Gunain yang bener ya, selebihnya simpen. Katanya kamu mau lanjut sekolah kan? Jadi jangan boros ya. "

Elio menerimanya dengan senyum yang masih merekah. Dia mengangguk lucu sebagai jawaban "um! Io ga akan boros, Io janji. Kalo gitu Io pulang dulu ya, jumpa lagi besok pagi mbak Sasa. " ucapnya sembari melambaikan tangan.

Sasha juga membalasnya dengan lambaian tangan sampai Elio menghilang dari pandangan matanya. "Ugh lucu banget ih, jadi pengen punya dedek manis kayak Elio. "

"Makanya nikah, masa udah umur 28 masih jomblo? Noh kayak mbak Yura, baru 27 udah gendong anak dua loh. "

Sasha melirik sinis teman se kantornya -Devi yang asik men zoom foto Elio yang tengah mengepel lantai. "Anak pertamanya kan hasil di luar nikah lima tahun lalu. Wajar dong kalo uda gendong dua anak. " ucapnya sarkas.

.
.
.
Elio bersenandung riang. Saat ini dia sedang berada di ruang ganti pegawai. Setelah selesai dia langsung mengambil tas nya dan beranjak dari sana. Sepanjang jalan pulang ada banyak pedagang kaki lima. Bau harum makanan membuat perutnya berdemo minta di isi. Apalagi saat bau khas bakso bakar menggelitik hidungnya, pada akhirnya Elio mampir sebentar membeli dua porsi bakso bakar.

"Terimakasih"

Elio tidak mempedulikan S. O. P yang berlaku, dia makan sambil berjalan padahal dulu nenek sebelah rumahnya selalu bilang kalau makan sambil jalan bakal jadi kuda. Dari raut wajahnya saja sudah kelihatan kalau Elio sangat senang.

"Sial haha, udah lama ga makan bakso bakar ternyata rasanya masih sama enaknya, cuma kurang pedes aja sih. "

Siang cerah memang paling enak sambil makan. Tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan nya, kenapa setiap hari selasa selalu saja ada kejadian yang merugikan dirinya?

Seperti sekarang, Elio yang asik makan bakso bakar malah tersandung batu dan sialnya lagi menabrak punggung seorang remaja yang tengah kumpul bersama temannya di depan salah satu angkringan.

Bruk..

Bunyi jatuhnya cukup nyaring dan mencuri atensi banyak pengunjung. Terlebih seseorang yang di tabrak itu, dia langsung menengok ke belakang dan menatapnya tajam.

Elio tidak punya waktu untuk menggerutu, dia langsung berdiri dan meminta maaf. "M-maaf Io ngga sengaja. Io kesandung baru jadinya-"

"Woah bos! Jaket putih lo kena baksonya dia tuh! Bisa ilang gak ya noda kecap? "

Elio yang semula membungkuk langsung mendongak, benar saja jaket putih itu jadi kotor karena kesiapannya. Bagaimana ini? Bagaimana kalau pemuda itu meminta ganti rugi? Kalau meminta dicuci kan Elio akan langsung mengangguk, tapi kalau minta dibelikan yang baru persis seperti itu bagaimana? Masa harus membobol tabungan?

Book Of ElioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang