5. Dua Hati

104 7 67
                                    

Suasana berat yang ada di Kuil Athena seakan mencekik semua orang yang ada di sana. Begitu semburat cosmo keemasan kedua dewa yang melintasi waktu berakhir, Degel mengembuskan napas berat yang tanpa ia sadari ditahannya sejak tadi. Napasnya seakan tercekat di tenggorokan melihat air mata yang mengalir dari pipi Dewi Waktu. Persona gadis ceria nan usil selama seminggu ini mengganggu mereka menghilang, digantikan gadis yang tenggelam dalam kesedihannya.

Degel tak terkejut ketika Shion segera berlari pergi. Penjaga konstelasi pertama itu kemungkinan besar akan melihat keadaan dari Saint Pisces yang sedang merana. Beban kesedihan dan perpisahan itu terasa berat bagi mereka semua.

Paus Sage yang sejak tadi terdiam membalikkan badan, menatap para saint emas yang masih terdiam dengan raut kesedihan yang berbeda-beda. Keberadaan Dewi Waktu memang tak lama di Sanctuary, tetapi kesan yang ditinggalkannya terlalu kuat.

"Kalian bisa kembali ke kuil masing-masing." Suara Paus Sage tidak setegas biasanya. Para saint emas pura-pura tidak melihat goresan kesedihan di mata tuanya. "Ini ... terlalu berat untuk saat ini."

Semua saint emas menundukkan kepala sekilas sebelum berjalan menuruni tangga untuk kembali ke kuil masing-masing. Mereka berusaha setenang mungkin ketika melangkah melewati Kuil Pisces. Royal demon rose yang biasanya mekar dengan indah terlihat layu. Mahkota-mahkota sewarna helaian merah Dewi Waktu tertunduk pada tangkainya masing-masing. Dan, mereka pura-pura tak mendengar isakan tertahan dari dalam Kuil Pisces.

Langkah kaki Degel membawanya ke Kuil Kesebelas. Suasana dingin segera menyambutnya begitu ia melangkah masuk ke dalam kuilnya. Tangan kanannya mengelus lengan atas kirinya yang berbalut cloth Aquarius. Ketiadaan perasaan hangat dari cosmo Kaori yang menyelubungi Sanctuary membuat bulu romanya meremang.

Dingin sekali.

Mengembuskan napas, mata ungu Degel terfokus pada vas keramik berisi bunga lavender segar yang menguarkan aroma harum. Vas itu berdiri di meja bacanya. Kedua kakinya melangkah mendekat ke arah meja baca, sebelum tangan kanannya menyentuh rumpun kelopak keunguan yang rapuh.

"Lavender, ya."

Sebuah ingatan beberapa hari yang lalu kembali terlintas di benaknya.

Itu Kaori, mengayunkan kakinya dengan riang dari posisinya yang duduk di meja baca. Mata hijau hutannya memandang pada Degel yang sibuk membaca buku-buku di sampingnya. Sang Aquarius sama sekali tidak terganggu dengan tingkah tak sopan gadis berhelaian merah yang kini duduk di meja baca di sampingnya. Kedua tangan Kaori menyangga tubuhnya sembari menatap Degel dengan emosi yang tak terbaca di mata hijau hutannya.

"Sebenarnya apa yang kau cari hingga membaca semua buku-buku ini, Degel?" Mata Kaori mernyusuri tumpukan buku di sisi lain meja baca. "Kau terkenal sebagai saint tercerdas, nyaris menyaingi Sage sendiri. Tapi, hal apa yang tidak kau ketahui hingga membongkar buku-buku kuno di Starhill?" Helaian merah bergoyang cantik ketika Kaori memiringkan kepalanya penasaran.

Melirik dari ujung mata, manik ungu menatap lekat ke arah gadis berambut merah yang kehadirannya menggegerkan Sanctuary. Degel memejamkan mata ketika tangannya meraih kacamata dan melepasnya. Kacamata itu kemudian dilipat dan diletakkan di samping tumpukan buku.

Atensi Sang Aquarius sepenuhnya jatuh pada Kaori. Ekspresi datarnya sangat cocok dengan tatapan mata ungunya yang tajam lagi cerdas, memelajari Kaori seakan ia adalah misteri alam semesta yang patut dipecahkan.

Si gadis hanya menaikkan sebelah alisnya menantang. Ekspresi wajah Kaori berubah dengan senyuman miring. Mata hijaunya bersinar dengan intensitas cosmo yang mampu membuat tubuh Degel menegang.

Menghela napas, Degel akhirnya menjawab, "Ini berhubungan dengan Crystal Moon." Kaori mengernyitkan dahi. "Perang Suci sebelumnya, Paus Sage menceritakan campur tangan Pandora dalam membangkitkan kembali esensi Dewi Artemis yang terperangkap dalam Crystal Moon. Akibat bangkitnya reinkarnasi Dewi Artemis, Sanctuary kehilangan Saint Leo dan Scorpio. Saya hanya ingin meminimalisir kemungkinan itu terjadi."

The Frozen Blue Moon [Saint Seiya: The Lost Canvas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang