Bab 03. The Clue

11 2 0
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan comment-nya♥️

.
.
.

Siang itu, matahari sedang terik-teriknya. Dan aula latihan markas organisasi perlindungan wilayah sedang sibuk-sibuknya.

Alexander harus mengatur kesabarannya hari ini. Dikarenakan calon pasukan baru yang bahkan belum pernah melewati tes fisik sama sekali membuat Alexander harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam melatih mereka.

"Pedangmu! Naikkan sedikit ke atas!"

"Yang di sebelah sana, kuatkan ketahanan kakimu!"

"Yang di sebelah kiri sana! Tetap pada barisanmu, jangan berpencar!"

Alexander mengusap keringat di keningnya yang menetes terus-menerus dikarenakan udara yang semakin panas dan emosinya yang kian naik selama melatih para pasukan baru.

Harusnya dia bersama rekannya hari ini. Sebenarnya mengajarkan pelatihan bukanlah tugas wajibnya. Hanya saja Master pelatih tidak bisa datang hari ini. Mau tidak mau Alexander yang harus melakukan tugas menyebalkan ini.

"Perkuat formasi! Cepat!"

Karena para pasukan baru dan juga Alexander sedang sibuk-sibuknya berlatih, mereka tidak menyadari kalau komandan mereka telah kembali.

Ashter hanya melihat kinerja mereka dari atas benteng yang berdiri di sekitar aula pelatihan. Karena melihat para anggotanya sedang sibuk berlatih, Ashter memutuskan untuk langsung masuk ke kediamannya.

Benteng dan kediamannya saling menyambung dan satu arah. Itulah mengapa Ketua instruktur dan Master pelatih mengatakan kalau markas ini cukup unik karena saling menyambung ke kediaman komandan dan juga asrama pasukan.

Tupai merah bercicit sambil terus mengikuti Ashter, terlihat semakin khawatir dengan kondisi sahabatnya.

Ashter membuka pintu kamar. Ia membaringkan merpati putih itu di atas meja kerjanya dan menyelimutinya dengan kain putih kecil.

Dia kemudian pergi ke arah lemari untuk mengambil obat dan perban. Sementara itu tupai merah memperhatikan sahabatnya dari jauh dengan mata besarnya yang berlinang.

Nafas merpati putih melambat, tapi dia masih sanggup untuk hidup. Ashter bergegas mengobati lukanya. Mulai dari mengeluarkan timah panas yang menancap di sisi sayap dan kakinya, lalu membersihkan dan mengusapkan salep obat dengan lembut dan teliti. Tak lupa ia melilitkan perban pada bagian yang terluka.

Nafas burung merpati itu mulai stabil, ia terbaring lemah di atas meja. Ashter mengusap keningnya yang berkeringat, merasa sedikit bangga dengan pekerjaannya. Akhirnya dia bisa mengobati makhluk magis ini.

"Andaikan saja aku punya sihir penyembuh, maka kau tidak perlu menderita seperti ini," Gumam Ashter dengan wajah murung.

Ah, tidak lagi. Dia selalu memandang rendah dirinya sendiri karena tidak memiliki kemampuan yang dimiliki orang lain.

Ashter menggeleng, berusaha untuk menyingkirkan semua pikiran negatif itu dan mengingat kata-kata Lucas kalau dirinya sangatlah berharga tanpa sihir sekalipun.

Ashter menyiapkan sangkar kecil, meletakkan burung merpati itu ke dalamnya dan menutup pintu sangkar.

Ia beralih pada tupai merah. "Temanmu akan baikan dalam waktu beberapa hari, jangan khawatir."

Tupai merah kecil itu bercicit riang. Ia melompat ke arah Ashter dan bertengger di bahu kirinya.

Ashter hanya tersenyum kecil menanggapi perilaku tupai merah itu.

Sementara itu, si burung merpati putih menatap Ashter dengan matanya yang berbinar. Gelang emas di kakinya berkedip lagi.

.

The commander's Destiny (Pindah Ke Noveltoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang