4. Tinggal Bersama (pt2)

63 12 4
                                    

"Jadi disini."

"Aku sudah merapikannya sebelumnya, namun bila kau tidak menyukak seprei atau tata letak lainnya kau bisa memberitahuku dan mengubahnya sesukamu."

Saki-san terlihat sangat imut saat ia masuk kedalam kamarnya, meski masih kosong dan hanya berisi beberapa perabotan umum untuk kamar seperti meja belajar, ranjang, dan lemari.

Namun ia masih melihat-lihat seperti seekor kucing yang baru memasuki tempat baru, sini sangat lucu dan imut apalagi aku mulai membayangkan kalau Saki-san memiliki telinga dan ekor kucing, kyaa gemes banget!!

"Asamura-kun, kenapa kau terus melihatku seperti itu?"

'Ups, sepertinya aku ketahuan'

"Aku hanya sedang melihat seekor kucing disini."

"Kucing?"

Melihat Saki-san yang bingung karena perkataanku itu membuatnya sangat lucu, aku ingin memeluknya lalu mencubit pipinya yang gemesin itu, haa, aku harus bersabar!

"Ngomong-ngomong Asamura-kun, apa aku boleh menanyakan sesuatu?"

"Tentu, selama aku bisa menjawabnya maka kau bisa menanyakannya."

"Kenapa kau bersikap sopan kepadaku? Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak perlu melakukannya atau bahkan tidak perlu memiliki harapan kepadaku karena aku juga tidak memiliki harapan tentangmu."

"Jadi kau terganggu dengan sikapku?"

"Sejujurnya."

Melihat Saki-san yang sangat datar itu membuatku kembali sadar kalau Saki-san didepanku adalah seorang wanita mandiri yang kesepian, saking kesepiannya ia tidak ingin seseorang memasuki zona nyamannya itu agar ia tidak terluka oleh orang lain.

Saki-san mirip denganku dulu, seorang yang merasa kalau ia bisa melakukan apapun sendirian dan tidak mengharapkan apapun dari orang lain karena takut dikecewakan dan dikhianati oleh orang lain, semua pemikiran itu pasti didapatnya dari rasa sakitnya dikhianati oleh orang lain.

"Aku tau, namun begini lah aku, masih terasa sulit untuk bersikap sangat santai dengan seseorang yang baru kau kenal, namun aku akan coba memperlakukanmu seperti teman atau orang akrab."

"Begitu, aku tidak akan memaksanya."

Saki-san terlihat seperti tidak ingin meneruskan topik ini lagi jadi ia kembali diam, kediaman yang damai yang mungkin jarang kurasakan.

"Kalau begitu, sekarang aku bisa menanyakan sesuatu kepadamu, kan? "

"Ya, apa ada yang ingin kau tanyakan?"

"Mengenai interaksi kita di sekolah, harus seperti apa menurutmu?"

"Interaksi? ... Bila kau ingin bersikap seperti orang asing pun aku tidak merasa terganggu, jadi kau bisa bersikap sesukamu... Kurasa lebih baik bila kau bersikap tidak mengenalku."

Saki-san mengatakannya dengan datar tapi diam-diam ia mengatakan sesuatu dengan suara yang sangat pelan, untung saja tempat kita berada cukup sepi dan jarak kami lumayan dekat jadi aku masih bisa mendengarnya dengan samar.

Sepertinya Saki-san merasa terganggu dengan rumor tersebut, apakah ia merasa tidak nyaman mengungkitnya denganku?

Ah, apa yang kupikirkan, sudah jelas Saki-san tidak akan berterus terang mengenai ini karena kami baru saja bertemu, ia mungkin juga ingin mempertahankan kesan baiknya kepadaku namun rasanya agak sia-sia karena aku sendiri mengetahui mengenai rumor tersebut.

"Baiklah, aku mengerti."

Aku menyetujuinya namun aku tidak mengatakan harus seperti apa kita bersikap di sekolah atau di luar, jujur aku tidak peduli detail kecil ini namun sudahlah.

Has A Flat Stepsister In A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang