Libur semester telah usai, seorang gadis tengah mendengarkan musik menggunakan earphone miliknya, mulutnya berbisik lirih ikut melantunkan lagu yang sedang berputar. Sorot matanya tertuju pada hamparan sawah menghijau yang luas, menyejukkan mata. Cuaca cerah melengkapi keindahan hari ini
Yogyakarta, kota yang selalu dibanggakan banyaknya orang. Kota terindah dan romantis yang selalu meninggalkan kisah menyenangkan dan mengesankan kepada setiap insan yang menapakkan kakinya disana.
Namun bagiku, kota perantauan tetaplah kota asing, yang dimana kita terpaksa tinggal hanya untuk mengejar pendidikan. Menyelami dan beradaptasi dengan baik guna menjalani hari-hari yang menyenangkan. Empat tahun lamanya, tinggal di kota asing, membuat setiap perantau memaksakan diri untuk mencintai kota yang sedang mereka singgahi, tak terkecuali aku.
Roselyn Aletha Laura, yang akrab disapa Aletha atau Letha. Gadis cantik berkulit putih, bertubuh mungil, memiliki lesung pipi dan mata yang cerah. Gadis kelahiran kota apel--Malang--yang memiliki cita-cita sebagai dosen, kini meniti karir di kota orang--Yogyakarta.
Letha terpejam sejenak, karena perjalanan ya untuk menuju ke Yogyakarta masih tersisa 2 jam lamanya. Alunan musik terus berputar, membuat Letha semakin tenang dalam tidurnya. Letha benar-benar sendiri, kakinya terus melangkah kemana mimpi harus ia jemput, sendiri membuatnya semakin yakin, bahwa segala upaya yang ia pilih akan membawanya menuju cahaya kesuksesan.
Letha berhasil menginjakkan kaki di kota Yogyakarta, dengan ribuan remuk yang mencoba menghantam tubuhnya, kini ia harus berupaya, menarik koper yang ukurannya bahkan setengah dari ukuran tubuhnya.
"Kenapa ngide bawa koper segala sih, berat banget ya Allah" keluh Letha
Sorot mata Letha yang letih mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru stasiun, ribuan orang sedang berjalan menuju ke arah tujuannya masing-masing namun kebanyakan dari mereka bersama orang yang mereka cintai, ntah kerabat ataupun kekasih hati.
"Tuhan, ini aku udah 3 tahun loh di Jogja, masa ga ada yang mau sama aku? Aku gak jelek-jelek amat kok ya Allah" batin Letha berteriak, ia sebenarnya lelah sendiri, tapi juga enggan untuk berpacaran
Koper yang begitu berat ia tarik akhirnya kini tiba di ujung jalur keluar stasiun, Letha meraih botol minum yang ada di tas ranselnya, meneguk beberapa teguk air untuk mengairi tenggorokannya yang mengering
"Gila jogja mataharinya ada 10" keluh Letha sambil menyeka bulir-bulir keringat yang memenuhi jidatnya
Setelah kekeringan itu menyingkir, Letha mencari ponselnya dan masuk ke sebuah aplikasi warna hijau untuk memesan kendaraan yang akan mengantarkannya ke kos.
Setelah mendapat mobil yang ia pilih, Letha memilih duduk disamping koper kesayangannya bercover foto suaminya--Cha Eun Woo--Idol K-pop.
"Kayak orang terlantar aku" ucap Letha dalam hati menilai penampilannya kini
Cuaca panas membuat Letha yang tak bisa terkena panas menjadi frustasi, ditambah mobil yang dipesannya sepertinya terjebak macet, lengkap sudah penderitaan kali ini.
Sepersekian menit berlalu, akhirnya mobil yang ia pesan terlihat mulai memasuki area stasiun
"Kak Letha ya"
"Iya pak" jawab Letha seadanya, karena jujur, tenaganya sudah habis, tersedot oleh cuaca panas yang benar-benar mencekik dirinya
Supir itu membantu Letha meletakkan koper dan tasnya ke bagasi, kemudian Letha duduk di kursi penumpang.
Udara dingin dari AC mobil menyapa kulit putihnya yang kini mengalami kemerahan, layak ya kepiting rebus.
"Panas banget ya mbak, maaf tadi masih macet"
Letha mencoba tersenyum sambil mengelap keringatnya
"Iya gapapa pak"
Akhirnya tubuh Letha merasakan hawa dingin, ia benar-benar manusia yang tidak bisa terkena panas, jika terkena panas tubuhnya akan merasa gatal dan berubah menjadi kemerahan, dan Letha sangat membenci hal itu.
Setelah 30 menit perjalanan akhirnya Letha tiba di kosnya, setelah koper dan tasnya diturunkan ia segera menuju ke kamarnya, yang ia butuhkan saat ini adalah AC.
Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur, membuka semua jendela agar udara dari dalam kamar dapat keluar dan berganti udara dari luar yang bersih. Kamar Letha tidak terlalu kotor karena hanya ditinggal selama 2 minggu, dan sebelum pulang kampung, Letha telah membersihkan seluruh kamarnya. Tubuh Letha benar-benar lelah, ia segera berganti pakaian dan mencoba untuk memejamkan matanya.
Waktu terus bergulir, tak terasa senja mulai menampakkan diri, Letha bangun dari tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dan ia ingin keluar mencari makanan.
Mendekati waktu magrib, kendaraan yang berlalu-lalang benar-benar ramai. Letha menuju ke penjual penyetan, penyetan ayam kesukaannya.
"Baru balik kah nak" Tanya ibu penjual penyetan itu yang kebetulan akrab dengan Letha kerena Letha adalah pelanggan tetap di sini
"Iya buk tadi siang, panas banget sekarang Jogja" keluh Letha
"Iya, udah lama ga hujan juga"
"Oh pantes bu"
Letha dan penjual penyetan itu mengobrol dengan akrab, meskipun mereka berdua telah akrab, namun ibu itu tidak mengenal nama Letha begitupun sebaliknya, ibu penjual itu hanya memanggil Letha nak kecil, artinya anak kecil, karena tubuh Letha yang kecil dibandingkan tubuh anak seusia Letha. Letha masih pantas jika menjadi anak SMP daripada anak kuliahan.
"Berapa bu?"
"19 ribu"
"Semuanya bu?"
"Iya semuanya"
Letha memberikan uang dan setelah berpamitan ia segera kembali ke kosnya, makan dan kemudian menjalankan kewajibannya beribadah
"Assalamualaikum ayahh" sapa Letha
"Waalaikumsalam kak gimana tadi? Sampai jam berapa? Kamu gak ngabarin ayah"
Letha tertawa tanpa rasa bersalah"Kakak tadi langsung tidur ayah, capek bangettt"
Laki-laki kesayangan Letha di seberang sana tersenyum melihat putrinya makan dengan lahap
"Beli penyetan lagi?"
"Iya ayah"
"Kamu itu si pecinta penyetan, ga di rumah ga di kos yang dibeli penyetan apa ga bosen?"
"Penyetan itu enak ayah, ga ada kata bosen di kamus Letha"
Letha kembali menyantap makanannya dan sesekali berkomunikasi dengan ayahnya, menceritakan semua kejadian hari ini. Bagi Letha ayahnya adalah sahabat terbaiknya.
"Dada ayahh, sehat-sehat ya yah"
"Kamu juga kak, jaga diri baik-baik "
Panggilan pun diakhiri dan Letha segera mengambil wudhu untuk menunaikan kewajibannya.
Selepas itu, ia menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa besok, karena besok hari Senin yang berarti hari pertamanya masuk ke sekolah untuk PLP. Semoga apa yang Letha takutkan dari video-video yang muncul di fyp tiktoknya tidak terjadi padanya, semoga teman sekaligus lingkungan dapat mendukungnya, sehingga ia merasa nyaman dan betah berada di kegiatan PLP ini.
✨✨✨
Jangan lupa untuk vote dan comment, Share juga yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAP ILUSI
Teen FictionRibuan usaha telah aku langitkan Dekapmu kala itu, hangat namun ilusi Bisakah sedetik saja menjadi nyata? Kau adalah bait-bait yang selalu aku lantunkan Berharap, nyata dan mengembara -Dari Aku untuk Dekap Ilusi-