Chapter 3 : Tatap Teduh Itu

1 1 0
                                    

Hari berganti, Letha mengawali pagi dengan bersiap-siap sedemikian rupa untuk kembali pada aktivitasnya. Setelah dirasa semuanya siap, Letha mengecek kembali penampilannya di cermin besar miliknya yang tergantung di dinding kamar kosnya.

"Sudah lengkap" batin Letha

"Kamu cantik, kamu baik, kamu hebat dan kamu harus bahagia" layaknya mantra penyemangat, Letha selalu menuturkan kata tersebut di depan cermin, memandang dirinya yang telah bersiap menghadapi dunia hari ini.

Sesampainya di sekolah wajah asing muncul dari pintu utama, pandangan Letha tertuju padanya.

Laki-laki tersebut menghampiri tempat duduknya, dan melakukan sebuah tos sebagai tanda pengenalan dan salam.

Kemudian dia duduk di samping Letha, karena hanya kursi itu yang kosong.

"Nih" ucap orang tersebut memberikan sesuatu pada Letha

Letha menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat Kue Bhoi didepan matanya "Aaaaa kue kesukaannya" teriak Letha dalam hati

"Buka aja" ucap laki-laki tersebut yang Letha yakini adalah Leon

Letha hanya mengangguk kemudian membukanya dan menawarkan pada teman-teman, ternyata teman-teman kurang tertarik. Akhirnya dengan terpaksa Letha menyantap kue tersebut sendirian.

Ah rasa rindu akan saudaranya kembali meledak, namun Letha bersyukur dapat merasakan Kue Bhoi kembali setelah sekian purnama.

"Suka?" Tanya Leon

"Banget, saudaraku ada yang dari Aceh, kalau ke Jawa suka bawain kue ini, rasanya ga pernah berubah"

Leon hanya tersenyum melihat respon antusias dari Letha yang masih asik mengunyah kue hingga memenuhi mulutnya.

"Aku ke ruang inklusi dulu ya, Tha" ucap Leon yang didengar oleh Letha

"Iya" jawab Letha

Letha kemudian mengedarkan pandangannya dan tak ada satupun temannya yang melepaskan pandangannya dari laptop, seolah-olah mereka tidak mendengar ucapan Leon barusan. Letha merasa aneh, bukannya tadi suara Leon lumayan kencang?

"Yas, kamu ga denger Leon tadi bilang apa?" Tanya Letha kepada Yasmine

"Emang dia ngomong? Dia langsung pergi"

Letha terdiam, ternyata hanya dia yang mendengarnya, Mungkin karena Leon tepat di sampingnya jadi kemungkinan mendengar sangat besar. Tak mau memikirkannya lagi, Letha kembali fokus pada laptopnya.

"Nanti jam 9 aku mau ke kampus dulu ya Letha, aku ajak Jihan, soalnya dia juga mau bimbingan proposal" ucap Yasmine

"Iya gapapa aku sendirian di sini" ucap Letha

Hari ini Lia izin untuk tidak masuk karena sedang sakit, sehingga jika Yasmine dan Jihan pergi, secara otomatis Letha akan sendiri. Meskipun ada anak dari Pendidikan Bahasa Inggris tetap saja, Letha merasa kurang akrab, apalagi ini hari ke 2, masih saling beradaptasi.

Letha mengecek kembali modul ajar yang sekiranya belum sesuai ketentuan yang berlaku, namun karena tidak ada teman-temannya ia menjadi malas sehingga laptopnya kembali dimatikan.

Letha memainkan ponselnya, bingung membuka berbagai aplikasi yang telah dibukanya beberapa kali, buka--tutup--buka seperti itu saja.

Letha teringat bahwa proposalnya yang kemarin telah direvisi oleh dosen pembimbingnya belum ia revisi padahal besok ia harus bimbingan lagi mengajukan revisinya. Kalau bisa mepet kenapa enggak, itulah prinsip Letha ketika ia malas.

Letha membuka proposalnya kemudian ia mengarahkan kursornya kebagian penjabaran media pembelajaran yang ia gunakan

"Kok jadi ragu ya sama medianya? Kayaknya ini kurang terbaru dan kurang menarik, ga ada research gap nya" batin Letha mulai meragukan media pembelajaran yang ia gunakan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEKAP ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang