24. first date

0 0 0
                                    

"Zey, gue mau minta tolong sama lo." Kata Naka, seperti orang terlilit hutang nada suaranya sungguh, Zeya saja yang mendengarnya kasihan.

"Apa?" Tanya Zeya.

"Bantuin gue mau nggak?" Naka malah bertanya balik.

"Apaan, kalo bisa sih oke." Kalo masalahnya masih wajar Zeya mau.

"Nyokap gue besok ultah, gue nggak tahu mau kadoin apa!!" Kata Naka penuh keputus asaan.

"Goblok lo." Lirih Zeya, ada yang orang begini modelnya.

"Iya makanya bantuin gue nyari nanti malam." Naka malh mengiyakan, sepertinya dia benar-benar butuh bantuan.

Zeya masih berpikir, dia sebenarnya malas keluar, apalagi kalau malam.

Tetapi, dia sepertinya harus ikut Naka, karena papa nanti malam akan datang ke rumah, Zeya belum siap untuk bertemu papa lagi, dia masih butuh waktu.

Maka Zeya pun memilih mrngiyakan ajakan Naka.

"Oke." Sahut Zeya singkat.

"Beneran Zey!!"  Naka masih tak percaya.

"Yoi."

"Nanti gue jemput ya!!" Kata Naka mulai muncul semangatnya.

Geo, Kiya dan  Amna tiba-tiba muncul di balik pintu rooftop, membuat Zeya mengusap dada, karena terkejut.

"Hayooo, ngapain di sini, berdua lagi!!" Kata kiya, kemudian menyipitkan matanya.

"Ingat yang ketiga adalah setan loh." Kata Amna, sok alim.

"Kok nggak ngajak kita sih?" Tanya Geo.

"Yang ada rusuh." Jawab Naka, malas.

Zeya hanya bersikap bodo amat, dia sedikit malas untuk menanggapi obrolan itu, walaupun dia tahu bahwa teman-temannya hanya berniat untuk menghibur dirinya.

Setelah itu bel berbunyi dan mereka pun turun untuk belajar pelajaran selanjutnya.

Ketika sampai di gerbang sekolah Zeya sedang menunggu di jemput oleh supir.

Amna dan Kiya sudah pulang duluan karena orang tuanya mereka yang menjemput.

Zeya sudah di tawarkan untuk menebeng, tapi Zeya menolaknya, dengan alasan sudah di jemput, padahal aslinya sopirnya tidak datang-datang setelah dua puluh menit Zeya menunggu.

Naka yang sepertinya baru pulang dengan motornya, menghadirkan Zeya.

"Pulang sama gue ajaa!!" Tawar Naka pada Zeya.

"Gue di jemput kok." Kata Zeya beralasan.

"Yaudah gue tunggu sampai lo di jemput." Kata Naka lagi, membuka helmnya.

"Ehh, jangan." Tolak Zeya. Dia tidak sedekat itu dengan Naka, mereka hanya beberapa kali pernah makan bareng di kantin, bisa di katakan Naka itu anak baru yang tiba-tiba banget dekat dengan Zeya dan teman-temannya.

"Nggak apa-apa, nanti malam tunggu geu jemput ya." Naka saja begitu santai merespon, entah kenapa malah Zeya yang sedikit segan.

"Nggak jauhkan lo nyari hadiahnya? Soalnya oma gue nggak bolehin kalo malem banget." Lagi-lagi Zeya memberi alasan.

"Nggak kok, yang deket aja." Naka sudah mempertimbangkan itu.

"Okee." Sahut Zeya, lega. Karena tujuan Zeya yaitu lari dari papa, Zeya lebih baik melakukan hal random saja.

Akhirnya jemputan Zeya pun datang, tak lupa Zeya pamit pada Naka.

Kali ini Lagi-lagi keberuntungan berpihak pada Zeya, di mana sekolah sudah sepi sekali, jadi tidak akan ada siswa yang julid padanya karena hanya duduk di kursi tunggu itu bersama Naka.

ZEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang