"Gue perlu ngomong sama lo."
"Apaan?"
Terik matahari menyinari bumi membuat pelipis sebagian orang di penuhi oleh keringat. Cuaca hari ini cukup panas, namun panas nya cuaca pada hari ini tidak sebanding dengan rasa panas terbakar api cemburu yang di alami seorang wanita yang kini sedang berdiri di hadapan Nayanka.
"Gue-"
"Kalau ini cuman karena hubungan gue sama Cleasya, gue rasa udah ga ada yang perlu di omongin."
"Gue mau kasih lo pengakuan, beberapa hari yang lalu gue liat Cleasya jalan sama cowok." Tutur Gea.
"Nih." Sambung Gea seraya memperlihatkan layar ponselnya, menampakkan sebuah foto Cleasya yang baru saja keluar dari Bar bersama seorang pria.
Nayanka masih diam sembari menatap Gea dengan tatapan dingin. Nayanka berusaha acuh dengan bukti yang di tunjukan Gea, berusaha meyakinkan diri bahwa foto itu hanya sebuah kesalahpahaman.
"Lo yakin mau mempertahankan cewek kaya dia? Asal tahu, Yan. Jejak digital itu susah hilang nya." Gea kembali berucap.
"Terus?" Nayanka mengerutkan keningnya, sontak Gea kebingungan.
"Ini so'al perasaan gue, Gea, lo ga ada hak buat ikut campur sekalipun lo orang yang pernah gue anggap adik." Sambung Nayanka.
"Tapi gue enggak mau liat lo sakit, Yan.."
"Bakal jauh lebih sakit lagi kalau gue terpaksa buat jatuh cinta sama orang yang bukan gue mau."
"Yan, gue mohon.. Buka mata lo, Yan. Dia bukan cewek baik-baik.."
"Gausah ikut campur sama perasaan gue Gea, Kalau gue sakit hati pun gue juga yang bakal tanggung jawab atas itu semua, bukan elo."
Nayanka melengos pergi namun selanjutnya hal tidak terduga terjadi, tubuh Nayanka tertahan karena Gea tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Grep!
"Sekali aja Yan, coba lo lihat ke belakang, ada gue yang selalu di belakang lo, lo masih belum sadar? Ini gue, Gea yang selalu ada di kala lo kesepian, Gea yang nemenin lo jalan-jalan ke Malioboro, Gea juga yang nemenin lo ke toko buku. Yan, gue enggak mau kalah dari orang baru itu Yan.."
Nayanka terpukul dengan apa yang di katakan Gea. Memang benar yang di katakan Gea, wanita itu selalu ada di saat Nayanka membutuhkan ruang untuk bercerita, dulu bahkan keduanya sempat di rumorkan berpacaran, namun Nayanka membantah karena sejauh ini Nayanka hanya menganggap Gea adalah adiknya. Nayanka sudah menganggap Gea sebagai adiknya, saudaranya. Tapi sekarang apa? Gea telah jatuh cinta pada Nayanka, dia bahkan bingung harus memberikan pengertian semacam apa lagi untuk Gea.
"Lo udah gue anggap kayak adik sendiri, Gea." Lirih Nayanka.
Gea tidak menjawab apapun.
"Gue enggak minat jadi adik lo, Yan.. Gue mau Nayanka dan Gea itu menjadi satu ikatan. Ikatan lebih dari seorang kakak dan adik." Ucap Gea dengan sedikit terbata-bata karena menangis.
"Lo berhak dapat yang lebih baik dari gue."
"Gue mau lo, Nayanka.."
"Bukan lo yang gue mau.."
Nayanka pun melepaskan tangan Gea yang melingkar di pinggang nya lalu Nayanka berbalik badan.
"Lo mau gue bahagia, kan?"
"Iya."
"Jauhin gue, gue rasa ini salah satu jalan terbaik."
Gea terdiam saat mendengar kata-kata Nayanka, hati nya sungguh merasa sangat sakit karena membayangkan perjuangan nya selama 6 tahun untuk memendam rasa ini, perjuangan nya agar Nayanka bisa jatuh hati padanya, namun harus gugur hanya karena hadirnya sosok orang baru. Gea sakit, sangat sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana 🍃 [END]
Novela JuvenilTentang pertemuan yang tidak pernah diduga. Kalian tahu, kan? Pertemuan atau pun perpisahan adalah suatu hal yang mutlak, tidak bisa kita atur kapan itu terjadi dan kapan itu berakhir. Sama perihal nya dengan bertemunya dua orang yang saling jatuh c...