Gadai 3

3.7K 42 9
                                    

💜💜💜

Pov. Lana

Malam Minggu ini, aku sudah menyiapkan makan malam spesial untuk tamu yang ku undang. Midah dan mas Wanto. Selain hidangan yang sudah siap, aku pun sudah berdandan secantik mungkin, untuk menyambut kedua tamuku itu. Maklumlah, harus tampil sempurna kan di depan calon suami, hehe.

Dengan gelisah aku menunggu kedatangan mereka. Sekitar pukul tujuh lebih sedikit, akhirnya sampailah mereka ke rumahku. Aku sambut mereka dengan senyum ramah, dan langsung ku persilahkan masuk menuju ruang makan.

Midah tampak melihat-lihat rumahku dengan mimik wajah kagum yang tak disembunyikan. Sedang mas Wanto, tampak datar saja. Ternyata, lelaki ini tak mudah tergiur oleh harta. Meskipun pakaian yang ku pilihkan untuknya dipakainya saat ini.

Sepertinya pilihanku tidak meleset. Mas Wanto tampak makin ganteng dan menawan dengan setelan celana kain berwarna biru gelap dengan baju lengan pendek pas badan yang membalut tubuh tegapnya itu. Yaa, walaupun sikap dinginnya makin membuatku penasaran, seperti apa sih kehangatan yang ia punya di balik sikapnya itu.

"Mari Midah, mas Wanto, silakan di nikmati hidangannya,"kataku mempersilakan mereka.

Midah tak menyembunyikan rasa senangnya saat menyantap berbagai macam sajian makanan yang ku hidangkan. Tapi mas Wanto, meskipun bersedia makan, tapi tetap dalam diam. Bikin gemesss.

"Mas Wanto kurang suka ya makanannya? Apa kurang enak? Kalau mau menu yang mas sukai, bilang aja, biar bibi nanti yang masakkan,"

"Oh, tidak mbak. Ini saja sudah cukup. Terima kasih,"

"Iya Lana, ini sudah sangat banyak menunya. Sampai bingung mau makan yang mana,"

"Kamu coba aja semuanya, Dah. Atau kalau kamu kenyang, makanannya bisa kamu bawa pulang kok,"

"Beneran, Na?,"

Aku mengangguk. Tapi mas Wanto mencubit lengan istrinya.
"Jangan bikin malu, Midah,"

"Mas Wanto apaan sih. Kan yang nawarin, Lana,"

"Nggak papa kok mas. Kan kita berteman baik,"sahutku.

"Saya curiga, kalau kamu ada niat lain di balik kata berteman itu, mbak,"

"Emm, mas, mbok jangan panggil mbak to. Aku kan seumuran Midah. Panggil Lana saja,"

"Sepertinya itu kurang sopan,"

"Tidak mas. Tolonglah, panggil Lana saja ya,"

"Baiklah kalau kamu memaksa. Sekarang katakan, apa maumu?,"

"Mas, aku nggak punya maksud apa-apa kok. Aku hanya ingin berteman dengan kalian. Itu saja,"

"Tapi rasanya aneh, kalau kamu memilih kami untuk berteman, yang derajat dan status sosialnya tidak sama denganmu,"

"Mas, aku pernah mengenal banyak orang, mereka suka berteman denganku, hanya karena hartaku saja,"

"Apakah itu tidak sama dengan istriku? Kamu pasti juga bisa melihat dan merasakan bukan, kalau Midah juga suka dengan kemudahan yang kamu berikan. Pakaian, makanan, dan semua yang pernah kamu beli untuknya. Bahkan untukku juga,"

Demi Uang, Ku Gadaikan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang