BATB || 06.

123 19 1
                                    

"Bisa langsung lo jelasin sekarang?"

"Gamau pake basa-basi dulu gitu? Pagi pertama jadi ipar lo, loh ini."

Dua orang perempuan yang tengah duduk di kursi santai pinggir kolam menampilkan ekspresi berbeda. Satu terlihat kesal, satu lagi terlihat santai. Status baru yang disandang Arabella nyatanya tak buruk. Ia menyambut pagi yang terasa berbeda dari sebelumnya. Ada yang mengisi space kosong disebelahnya, ada yang menyapa paginya dengan senyum hangat. 

Memang sebelumnya ia pernah seperti ini, tinggal berdua dengan pacar, tapi entah kenapa rasanya berbeda dengan sekarang. Mungkin karena statusnya beda? Dia tidak merasakan debaran seperti saat bersama mantan pacarnya, tapi hatinya terasa lebih hangat ketimbang sebelumnya. 

"Jangan mancing gue buat ceburin lo ke kolam ya, Ra!" ibu anak satu itu terlihat sangat kesal sekarang. Wajar saja, sudah semalaman ia menahan diri kendati dia sangat penasaran. Sekarang yang ditanya malah bertele-tele.

"Calm down, bestie... Gue bingung mulainya darimana." Arabella terlihat menimbang sesuatu. Niatnya memang menceritakan secara rinci, tapi menururtnya itu terlalu rumit. "Lo tahu kalau abang lo gagal nikah kan?"

"Harusnya gue hajar jalang itu sebelum dimasukin ke penjara." Kalimat penuh kekesalan ini sudah mewakili jawaban Kinan.

"Gara-gara drama yang dia buat, saham perusahaan keluarga lo terpengaruh. Kabar Kelvin lumpuh juga ngebuat musuh keluarga lo ngeluarin taringnya. Sekilas pernikahan ini keliatan nggak berguna, tapi ngasih impact ke perusahaan kan? Jujur bagian ini gue nggak terlalu paham, tapi satu permasalahan terselesaikan."

Kinan berdecih pelan, enggan melihat wajah sahabatnya. Karena ucapan Arabella benar adanya. Ia sudah membahas ini dengan suaminya semalam. Sembari menebak-nebak alasan kenapa Arabella mau menikah dengan kakaknya.

"Lo tahu seberapa terkenal sahabat lo ini, berita pernikahan ini bikin rumor kemarin mereda, diganti sama rumor baru. Tinggal gue gimmick cinta sama abang lo di sosial media, masalah beres." Arabella tersenyum pongah melihat wajah sebal sahabatnya karena ia pamer. 

"Keuntungan buat lo apa? Lo nggak punya hutang apapun dikeluarga gue sampai lo relain masa depan bebas impian lo itu."

Seperti Arabella yang mengenal Kinan, hal serupa juga berlaku bagi Kinan. Ia sangat tahu bagaimana karakter sahabatnya. Walau setengah hidupnya berkecimpung di dapur, otak Arabella tetap otak bisnis. Makanya cafe rintisannya sudah bercabang dibanyak tempat, bahkan memiliki beberapa restoran sekarang.

Tidak mungkin Arabella mau melakukan hal besar seperti ini tanpa timbal balik apapun. Arabella bukan berasa dari kalangan bawah, orangtua perempuan itu sama-sama kaya. Minusnya tak ada yang mau merawat Arabella. Makanya selepas kematian neneknya, ia memilih mandiri. Kucuran uang dari ayah dan ibunya dijadikan modal. Sampai anak itu dinyatakan mandiri, maka kedua orangtuanya lepas tangan untuk urusan finansial. Bahkan dipernikahan Arabella, tak satupun dari keluarganya yang datang.

Dan publik mengenal Arabella sebagai seorang wanita tangguh karena bisa merintis usaha dari nol padahl hidup sendiri, hanya mengandalkan uang peninggalan neneknya. Tidak tahu saja kalau ayah Arabella masuk ke jajaran orang penting di negara ini. Namun keduanya memilih menutupi satu sama lain.

"Gue yakin, kalaupun lo nikah, itu bukan sama abang gue. The fuck sister in-law, geli gue sama tittle lo sekarang."

Lagi-lagi Arabella tertawa. Ini sisi yang tidak diketahui oleh publik. Dimata Kinan, sahabatnya ini termasuk orang selengean. Terlalu menyepelekan sesuatu, berbeda dengan image-nya dipublik sebegai chef santun, ramah, dan ceria. Oke, itu memang sifat Arabella juga, tapi minusnya tidak terendus media sama sekali.

"Karena gue dapat keuntunga, jangan tanya apa itu!" Arabella berkata cepat sebelum disela oleh Kinan. "Gue bakal kasih tahu beberapa tahun kedepan. Mungkin pas anak lo udah masuk junior high school."

"WHAT?! Selama itu? Terus pernikahan lo sama Bang Kel juga berjalan selama itu?"

Wajah Arabella dibuat heran, walau kentara sekali dipaksakannya. Sangat menguji kesabaran Kinan yang merasa kalau Arabella lebih menyebalkan ketimbang anaknya. Kalau anaknya sih, masih ada imut-imutnya jadi menutupi ngeselinnya. Beda dengan Arabella yang ingin ia ceburkan ke kolam sekarang.

"Ini bukan drama picisan yang biasa lo tonton ya."

"Gue nggak suka nonton drama!" sela Kinan kesal.

"Yeah, whatever. Intinya pernikahan ini beneran, real, bukan tipu-tipu. Jadi lo tenang aja adik ipar, abang lo nggak bakal jadi duda diusia muda."

Karena tidak tahu saat usia mereka memasuki senja nanti. Soalnya ia punya impian pensiun dini dan tinggal di pedesaan. Menikmati masa tua jauh dari hiruk pikuk kota. Ia ingin masa tuanya ia habiskan dengan tenang. Dengan begitu  kerja kerasnya semasa muda tidak akan sia-sia bukan? 

"Ara, Kinan, masuk! Sarapan sekarang."

Interuksi dari ibu Kinan, yang tak lain ibu mertua Arabella membuat Kinan batal mengeluarkan suara lagi. Beda dengan Kinan yang belum puas dengan sesi interogasi ini, Arabella tersenyum manis. 

"Suami aku udah dibawa turun sama, Zidan, Ma?" tanyanya seraya mendekati ibu mertuanya. Mengabaikan tatapan kesal dari sahabatnya. 

"Udah di meja makan, ayo kesana."

Akibat diculik Kinan, ia tidak bisa membantu Kelvin dengan maksimal pagi ini. Jadilah Zidan yang membantu Kelvin untuk mandi hingga berpakaian. Memang laknat Kinan itu.

Jika pada umumnya pengantin baru akan honeymoon atau setidaknya dibiarkan berduaan dulu, beda dengan pasangan Arabella dan Kelvin yang menyambut pagi pertama mereka ramai-ramai. Mereka menginap dirumah Kelvin, kalau orangtuanya akan pulang nanti selepas sarapan. Beda dengan Kinan beserta keluarga kecilnya yang terbang ke Singapura besok. 

Ini bukan kali pertama Arabella bergabung di meja makan keluarga sahabatnya. Orangtua Kinan sangat menerimanya, malah kadang dia merasa seperti bagian dari keluarga ini. Karena disetiap acara -entah kecil atau besar- pasti dia selalu dilibatkan. Siapa sangka kini ia menjadi anggota keluarga resmi. 

Tidak ada kecanggungan sama sekali. Arabella bisa bercengkerama dengan nyaman bersama keluarga Kinan, yang sekarang juga menjadi keluarganya. Dadanya menghangat hanya karena momen kecil ini. Sesekali ia memperhatikan pria disebelahnya -sang suami- apakah makan dengan benar atau tidak. 

"Jaga kesehatan selalu ya, Mamah bakal sesekali jengukin kalian. Jangan kecapean, ada Zidan yang bisa bantu kamu urus Kelvin, jangan semua kamu lakuin sendiri. Mamah pamit ya sayang."

Seperti rencana, Ayah dan Ibu mertuanya pamitan selepas sarapan. Meski sudah senja, Ayah mertuanya masih bekerja. Terlebih sekarang Kelvin tidak bisa hadir, jadilah semua dihandle sang Ayah. 

"Hati-hati ya, Mah, Pah."

"Parah si, Mamah. Aku besok balik ke Singapura padahal. Kenapa nggak disini dulu sih?" Protesan dari Kinan terdengar. Meski sudah menjadi ibu, nyatanya Kinan masih menjadi anak manja jika bersama sang ibu.

"Kayak nggak tahu Papah kamu aja, kamu mau join ke kantor?"

"Nggak!"

Dari Arabella kenal keluarga Kinan, ia merasa keluarga ini sangat harmonis. Sang kepala keluarga sangat menyayangi dan mengayomi keluarganya. Semenjak anak gadisnya sudah menikah, Ayah dua anak itu semakin menempel pada sang istri. Seperti sekarang, beliau akan mengajak istrinya ke kantor. Bilangnya sih agar sang istri membantu, tapi mereka tahu itu adalah trik Bapak Panjiagar tak jauh dari sang istri.

Melihat itu hati Arabella semakin menghangat. Memiliki teman sampai usia tua menyenangkan bukan? Apa ia hasut agar Kelvin mau join dengannya hidup di desa ya saat tua nanti?

🍁🍁🍁🍁

TO BE CONTINUE

Agak telat nggak si? Hpku meninggoy jir. 

Jangan lupa vote & komen! See you...



Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang