Pertemuan dengan Hesa

404 43 79
                                    

Rumah dengan dua lantai berwarna biru berpadu putih kini ada dihadapan Hesa, ini kah kediaman gadis kesayangannya? lucu, pikirnya. Rumah sebesar ini hanya dihuni gadis mungil favoritnya. Ia sangat merindukan Beyla, ntah apapun reaksinya, sapaan atau usiran. Hesa tetap akan mengajaknya keluar, berharap kedatangannya ini mampu memenuhi keinginan yang selama ini Beyla inginkan. Ia sendiri tidak yakin datang dengan dosa yang sangat amat banyak karena telah menyakiti Beyla berkali-kali.

Tetapi, herannya kemanapun ia pergi tetap Beyla yang ia inginkan. Itulah yang membuat Hesa putus asa, sehingga munculah rasa untuk dirinya membawa hubungan menuju keseriusan.

"Bey.." lirihnya pelan.

Tangannya menyentuh bel rumah milik Beyla.

Ting!

Suara seseorang membuka kunci dari dalam rumah terdengar, lampu remang yang menyala di depan garasi memantulkan bayangan gadis yang berjalan menuju pagar rumah yang menjulang tinggi.

Beyla POV

Selena bener, gue harus milih dengan pertemuan ini, ntah bagaimana Hesa, seperti apa Hesa dan apa yang akan terjadi dipertemuan pertama kalinya ini.

Suara bel rumah udah bunyi, itu pasti Hesa.

Gue turun dengan dress berwarna abu yang cukup membentuk badan gue sendiri, rambut adalah hal yang paling utama untuk gue perhatikan, semua harus tertata sempurna. Dulu gue sempet punya pap Hesa, dia ganteng, ganteng banget, dan lumayan tinggi, dan sekarang gue bakal ketemu orangnya langsung, setelah 3 tahun pacaran.

Gue keluar dari rumah dan segera menghampiri Hesa. Saat gue buka pager rumah, pria dengan jaket kulit hitam dan kaos putih yang ia kenakan kini menyandar di mobil sambil membuka ponselnya.

Gue terdiam beberapa detik, Hesa sangat tampan, sangat. Sesuai ekspetasinya dari dulu. Ini kah yang menjalani hubungan dengan gue selama 3 tahun? Sempurna, sangat.

"H-hai?" sapa Gue, dan Hesa menatap gue dengan intens, matanya turun perlahan memperhatikan badan gue hingga ujung kaki.

Hesa tersenyum,
"Cantik."

Dia bukain pintu mobil buat gue, gue jalan melewati Hesa, Wow.. Hesa wangi banget, dan benar dia tinggi, gue se lehernya.

Gak boleh keliatan gugup, ayo Bey!

Gue masuk mobil yang–oke ini tinggi banget. Rubicon yang Hesa bawa cukup membuat gue bingung naik, terlebih dress gue pasti naik kalo gue ngelangkah, gue megangin dress gue sambil berpegangan sisi pintu mobil tetap tetap sulit buat gue ngelangkah.

"Sorry," Hesa pindah posisi kini berada disamping kanan gue, dia genggam tangan gue dan sedikit ngerangkul pinggang gue.

Gue kembali buat naik, sebenernya gak terlalu tinggi, tapi dress gue kalo naik lumayan tinggi nantinya.

"Makasih." ucap gue saat udah masuk ke dalam mobil.

Sikap Hesa barusan ngebuat jawaban ekspetasi gua lagi, kalau dia memang se-gentle itu, dari yang hanya ketikan atau cerita kecil dia dulu apa yang gue bayangin semua mulai terjawab benar perlahan.

Hesa masuk kedalam mobil, dia mulai menyalakan mesin mobil dan kita udah mau berangkat, tapi Hesa diam sejenak, dia senyum tipis ngadep ke gue, tunggu..

Hesa ngedeket ke gue, lagi..

Lebih deket—makin deket..

Gue cuma bisa matung, liat salah satu pahatan Tuhan yang bener-bener sempurna, jarang Hesa sama gue udah gak lagi nyisain apapun, wangi Hesa bener-bener bikin gue lemah, bahkan hembusan nafasnya bisa gue rasain.

The Hottest Man (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang