02- Memori Buruk

5 0 0
                                    

Pagi hari pun tiba, dengan semangat Ella melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Namun Ella terkaget-kaget dengan seisi rumah yang tampak berantakan. Ada apa ini pikirnya dalam hati.

" Maksud kamu apasih ma, Ella itu anak kamu."

" Enggak, aku tidak akan pernah mau menganggap dia sebagai anak ku, dia anak yang tidak pernah aku harap lahir dari rahim ku."

" Jaga mulut kamu maa, nanti kalau Ella dengar gimana."

" Ini semua salah kamu, andai waktu bisa diulang aku ingin menggugurkan dia."

Jlebb

" Ya Allah, apalagi ini."

Ella yang mendengar semua pernyataan dari mamanya itu hanya mampu terdiam, dan tersenyum miris.

" Mama, Papa Ella pergi sekolah dulu ya."

Segera ia berlari menuju sekolah tanpa menoleh kebelakang. Orang tuanya hanya mampu terdiam melihat Ella yan berada di dekat mereka, dengan mata berkaca-kaca membuat papanya merasa tak tega dengan anaknya itu.

" Ella, maafkan papa nak." Lirih papanya pelan yang hanya mampu didengar olehnya dan mama Ella. Mamanya masih dengan tatapan tidak suka segera berlalu pergi menggunakan setelan kantor yang rapi.

Ella tak bisa menahan isak tangisnya ia benar-benar kecewa dengan pernyataan yang diucapkan oleh mamanya itu.

" Sebegitu menjijikannya aku dimata mama?"

" Ella ini anak haram ya ma? Maaf ya ma, maaf Ella sudah lahir."

Tangis Ella pecah, berulang kali ia menghapus air matanya namun tetap saja air mata itu terus mengalir dari kedua matanya. Sebegitu menyakitkannya, hingga Ella tidak mampu berkata-kata. Ketika sudah sampai pada gerbang sekolah, Ella segera menuju toilet untuk membasuh mukanya yang terlihat sembab.

Flashback, beberapa tahun lalu, hari itu hari ulang tahun Ella ke 8 tahun. Ella sangat ingin merayakan hari spesial nya bersama dengan kedua orang tuanya. Namun alih-alih mendapatkan hadiah, yang ia dapatkan malah cacian dari Dona sang mama. Dona tampak tak suka dengan kehadiran Ella, ia sangat membenci anak kecil yang ia lahirkan itu.

" Ella mau dipeluk mama." Hanya itu pinta nya.

Tian yang mendengar itu segera memeluk anak semata wayangnya.

" Papa dulu ya yang peluk Ella." Ucap Tian menahan tangis.

" Mama gamau peluk Ella?" Harap gadis itu lagi matanya berbinar berharap sang mama mau memeluknya di hari ulang tahunnya.

" Gak sudi, kamu itu anak haram."

" Mahh, sudahi mulut kotormu itu ini Ella anak kita maa."

" Tian, sampai kapanpun aku tidak ingin dia hidup."

" Papa, anak haram itu apa?"

" Bukan apa-apa kok sayang."

" Ella anak papa paling cantik."

Ella tersadar dari lamunannya, ia segera memasuki ruang kelas karena beberapa menit lagi bel masuk berdering.

Ella tersenyum lebar ketika memasuki kelas, sejak awal ia sudah memiliki prinsip tidak ingin siapa pun tahu keadaannya di rumah. Ella di sekolah bukanlah Ella yang di rumah.

" Ella senyum terus ya, bahagia banget kayanya nih."

" Hahahaha, iya dong."

" Mau dong jadi Ella hidupnya bahagia terus."

" Yakin? Hahahaha." Jawabnya lagi.

Ella tak yakin jika mereka berada di posisi Ella akan kuat. Toh, Ella sendiri tak pernah sekuat itu, ia selalu saja ingin mengakhiri hidupnya.

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang