28. Tantangan Amel dan Gadis Aneh.

64 46 20
                                    

AKU UPDATE LAGI NIH!

Tandain typo-nya ya para flenku.

Jangan lupa follow dulu sebelum baca bagi yang belum follow, masa baca ga follow sih.

Juga jangan lupa voted ya biar aku makin semangat buat updatenya okey ?

Kalian juga jaga kesehatan ya, btw makasih ya buat semalam aku tantrum banget lohh.

Kara hanya menatap aneh kepada Amel yang tiba-tiba saja menabraknya dengan sengaja lalu memaksanya untuk meminta maaf padahal sudah jelas dirinya yang salah bukanlah Kara.

"Apaan sih? Lo yang nabrak kenapa maksa?" Kara menggunakan logikanya saat ini, jika dilihat Amel sangatlah aneh dia sendiri yang dengan sengaja menabrak dengan menumpahkan semangkok bakso yang berisikan saos yang sangat pedas dan panas.

"Ya lo harusnya minta maaf!" Amel semakin memaksa Kara untuk meminta maaf kepada dirinya yang sudah jelas-jelas sangat salah.

"Lihat guys dia ga mau minta maaf! Udah kelihatan kan seberapa besar tanggung jawab dia pas salah?" Tanya Amel dengan wajah yang ia imut-imutkan kepada seluruh siswa-siswi yang menatapnya dengan tatapan penuh jijik.

"Apaan sih Mel!? Kan gue udah jelas kalau gue hanya duduk lalu tiba-tiba lo datang dengan ga jelasnya lalu tumpahin mangkok dengan pedenya lo maksa-maksa gue buat minta maaf? Anjing lo!" Sarkas Kara dengan mata nyalangnya, ada rasa tak terima jika dirinya di perlakukan dengan perlakuan seperti ini.

Cuihh!

Kara meludah didepan segala amarahnya yang sudah mendalami perannya yang sangat membenci yaitu seorang pemaksa.

"MAKSUD LO APA NGELUDAH DIDEPAN GUE HAH!?" Amel berteriak sekuat tenaga, matanya menatap sengit ke arah Kara yang dengan keberanian membuang ludah didepan dirinya sendiri.

"Karena lo itu ga pantes dapat maaf dari gue bangsat, ga usah teriak-teriak ga jelas karena hal itu ga bakalan ngebuat lo terlihat takut dimata gue," ujar Kara dengan mata tajam miliknya.

"Dan satu lagi, lo bukan siapa-siapanya gue dan hal itu ga bakalan buat gue takut karena sampai kapanpun dan dimanapun lo bukan apa-apa bagi gue Mel."

"Yaudah! Kalau lo ga suka sama gue berantem sama gue, gue mau nentuin siapa yang lebih hebat diantara kita berdua!" Tantang Amel dengan tatapan sengitnya antara Kara dan dirinya.

"Oke, kalau itu mau lo! Temuin gue di gudang sehabis pulang sekolah, kalau lo ga dateng artinya lo pengecut dan kasih gue uang 500.000.000, tapi kalau gue ga dateng artinya gue bakalan jauhin Raxel selamanya dan ngasih lo lebih daripada uang yang gue bilang sama lo tadinya," Kara menjelaskan bagaimana cara bermain dengannya.

Selepas itu Kara membalikkan badannya. "Aturannya cuma satu, ga usah bawa-bawa circle." Kara berucap keras agar Amel mendengar perkataannya kali ini.

"Ya! Gue terima tapi ini memang gue sendiri yang mau!" Celutuk Amel dengan wajah pedenya.

Kara pergi meninggalkan Amel yang hanya berbicara semata wayang menjadi saksi bahwa kali ini dirinya akan menang dengan
Kara sendiri.

Dirinya kembali masuk ke dalam ruangan kelas yang hanya di isi hampir satu orang saja tak ada yang lain, selain itu ada gadis dengan mata greennya tengah makan dengan lahap makanan yang sudah tersedia dimeja makan.

Kata menghampiri gadis tersebut dengan senang, "hai!" Sapanya kepada gadis tersebut.

Mendengar sapaan seseorang dia mendongak lalu menatap sempurna pahatan wajah yang tak duanya dengan yang lain.

"Hai juga, Kara!" Kara membulatkan matanya, bagaimana dia bisa tau namanya padahal Kara saja belum memperkenalkan diri kepadanya.

"Lo kenapa bisa tau nama gue?" Kara bertanya kepada gadis yang berhadapan dengannya pada saat itu.

"Aku tau dan tak mau menjelaskan kepadamu Kanara!" Ucapnya dengan lantang.

"Lo siapa?" Tanya Kara sekali lagi kepada gadis tersebut.

"Olivia Jensen, itu nama aku. Ahh sudahlah kau juga akan tau sebentar lagi," gadis tersebut mengucapkan namanya dengan lengkap tanpa ada penjelasan sedikitpun atau sebagian informasi pribadinya.

"Iya, Ka-" terpotong.

"Kanara Amerra Queensha, bukan?" Oliv tersenyum saat Kara ingin mengatakan nama lengkapnya kepada Olivia sendiri.

"Kok lo bisa tau?"

"Aku adalah seorang penjelajah!" Olivia langsung berdiri dan meninggalkan Kara sendirian berada dalang ruangan kelas yang di penuhi dengan aura misterius dan juga mistik.

Kara membalikkan tubuhnya lalu menatap pintu kelas yang tertutup sempurna lalu? Dimana gadis tadi pergi? Apakah dia menghilang dalam sekejap mata?

"Dia, bukalah manusia." Kara berucap pelan.

***

Raxel menatap bingung ke arah Kara yang sedari tadi sibuk melamun dengan pemikirannya yang aneh saat berada dalam ruang kelas.

"Kar! Kara!" Panggil Raxel dengan keras.

"Apa?" Tanya Kara sembari membalikkan tubuhnya ke hadapan Raxel.

"Lo kenapa sih dari tadi ngelamun mulu dah!"

"Gue mikirin seseorang, dia tadi ada di ruang kelas tapi tiba-tiba dia ga ada loh gue aja kaget lihatnya." Kara berucap pelan, ada rasa kebingungan dibenak hatinya entah itu perasaaan tak enaklah menceritakannya kepada Raxel tapi menurut Kara ini sangatlah penting untuk dikatakan kepada pemuda tersebut.

"Terus dia bentuknya kayak mana?" Tanya Raxel penasaran dengan wajah gadis yang Kara bicarakan kepada Raxel.

"Namanya Olivia, tingginya mungkin 163 centimeter, lalu wajahnya agak putihan dikit, lalu dia ngomongnya itu agak pelan aja gitu loh!" Balas Kara.

"163 centimeter? Gue pernah denger deh kayaknya." Ucap Raxel sambil memikirkan siapa gadis yang sedang Kara bicarakan saat ini.

"Yang mana? Lo ingat sedikit aja ga? Gue juga ngerasa janggal pas jam istirahat ketemu sama dia." Ujar Kara mengeluarkan semua yang ia rasakan tadinya.

"Tapi gue yakin sih, dia bukan orang biasa auranya berbeda dari manusia pada umumnya," celutuk Kara agar bisa mendengar hasil pemikiran Raxel sendiri.

"Bentar-bentar, ini kayaknya murid tahun 90-an deh, gue masih ingat bokap gue bilang kalau ada salah satu temannya cewek rambutnya warna apa? Tadi detailnya belum jelas Kar?" Tanya Raxel ingin mengetahui warna rambut gadis yang Kara ceritakan tadi berwarna apa.

"Oh, gue ingat. Dia rambutnya warna cokelat muda lalu dia warna matanya juga hijau terang, juga rambutnya bentuk pendek gitu lah, rapi tapi baju agak lusuh gitu kayak brandalan ala-ala cewek yang seksi gitu!" Kara menjelaskan detail kecilnya.

"Bener! Pas banget sama yang bokap gue ceritain, tapi katanya kan dia meninggal di sekolah ini bunuh diri karena di perkosa teman seangkatan dia-nya." Raxel mencoba sesekali mengingat perkataan ayahnya semasa dirinya kecil.

"Oh jadi maksud lo, dia putus asa lalu bunuh diri gitu?" Tanya Kara.

"Iya tapi kata bokap gue juga kalau dia itu masih dendam dan pelakunya sampe sekarang ga ketemu-ketemu loh!" Ucap Raxel.

"Bantuin gue cari tau tentang dia, kayaknya dia mirip dengan hantu di rumah lo." Ucap Kara dengan memasang wajah serius dan datar miliknya.

"Siapa?"

"Nanti lo tau sendiri." Kara menutup matanya menggunakan kelopak matanya.

***

Follow yaa, jangan lupa juga di voted.

Selamat berkomentar!

MYSTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang