satu

231 33 5
                                    



[🎶] Arash Buana - Tavoryn

Semua yang ada di dunia ini terus berjalan, melakukan tugas mereka masing-masing. Tidak ada yang berhenti, hanya ada yang namanya istirahat dan kembali bekerja lagi.

Anak kecil yang dulu ingin sekali cepat beranjak dewasa pun sekarang menyesal dengan keputusannya, padahal masa-masa pada saat dulu lebih menyenangkan daripada masa yang ia jalani sekarang. Ya walaupun teknologi sudah canggih dan modern, namun rasanya lebih menyenangkan saat dulu.

Seiring dengan berjalannya waktu, seseorang akan terus berubah, termasuk Winter Kim. Karena lingkungan dan pertemanannya, Winter berhasil menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kalau kayak lagunya Tegar- Aku yang dulu bukanlah yang sekarang.

Asik.

Dan pada saat ini; lebih tepatnya tujuh tahun semenjak dia meninggalkan Bandung, Winter memutuskan untuk kembali ke tempat dimana dia dilahirkan, tempat yang banyak sekali kenangannya dan tempat dimana cintanya berada.

Winter masih cinta, pada seseorang yang tinggal di Bandung pada saat ini, menerka-nerka apakah dia masih sama lembutnya, masih sama wanginya dan apakah dia masih menerimanya kembali?

Ingin sekali rasanya bertemu, tetapi semesta seperti tidak mengizinkan pertemuan itu. Padahal satu kota, dibawah langit dan menginjak tanah yang sama, tetapi jika semesta tidak mengizinkan; maka tidak akan terjadi pertemuan tidak sengaja itu.

Winter menghela nafasnya, melihat dirinya sendiri lewat cermin, kantung matanya yang sudah seperti panda, dan juga suara dari dalam perutnya yang memberitahu jika dia butuh diberi asupan makanan. Winter segera membasuh muka dan pergi meninggalkan toilet, dan berjalan di lorong rumah sakit yang sudah sepi karena tidak ada jadwal dokter yang praktek, dia pergi menuju ke kantin untuk membeli kopi.

"Perut kosong, langsung minum kopi wah menyala asam lambungku." Ucapnya pada dirinya sendiri.


Suara sirene ambulans terdengar begitu keras, dulu saat kecil Winter merasa takut mendengar suara itu, namun sekarang dia sudah terbiasa, hampir setiap hari dia mendengarkannya.



"Dr. Kim. Seperti biasa?"


Winter tersenyum dan menganggukkan kepala. Pelayannya sudah tau apa yang akan dia pesan, ya karena dia manusia yang tidak bisa sehari saja lepas dari kafein.

Ponselnya bergetar, salah satu rekan kerjanya yang sedang bertugas di IGD memberitahunya jika ada pasien yang mengalami cedera dibagian kepala karena dihantam oleh batu. Winter segera bergegas menuju ke IGD.










"Dr. Kim. Dia belum menjalani pindai CT, tetapi pupilnya normal."

Winter mengangguk, sampai dia menyadari bahwa pasien yang akan dia tangani sekarang adalah mantannya sendiri. Karina Yu, manusia yang masih ia cintai sampai saat ini terbaring lemah dengan penuh luka dan banyak darah yang masih segar menempel di pakaiannya.

Tangannya memegang erat tangan Karina. "Hei, bisa kamu dengar suaraku?"

"Karina Yu, bisa denger aku?" Winter memanggilnya lagi dengan suara yang bergetar.

Iya, semesta akhirnya mempertemukan mereka, tapi Winter tidak mau dengan cara yang seperti ini. Rasanya takut sekali, takut jika dia harus kehilangan Karina untuk selamanya.

"Karina Yu."

Kedua mata Karina bergetar, merespon suara Winter. Dia menghela nafas berat, seperti susah rasanya untuk mengeluarkan suara. Dengan perlahan kelopak matanya terbuka sedikit, lalu menutup kembali karena cahaya lampu yang terlalu silau.


Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang