lima

112 23 2
                                    





"Kamu bisa pulang besok."

Mendengar itu Karina berteriak senang, akhirnya dia keluar dari penjara sementara ini. Winter pun ikut senang karena Karina bisa pulang dan beraktivitas kembali.

Tapi, waktu mereka bersama akan berakhir juga, kan? Senyum Winter menghilang saat memikirkan itu.

"Dr. Kim." Panggil Karina.

"Ya?"

"Bolehkah engga aku anter ke ruangan praktik kamu? Em sekalian jalan-jalan pagi." Tanya Karina, dia sudah tidak diinfus lagi dan bisa berdiri tegak sekarang, jadi bisa leluasa untuk pergi kemanapun.

"Ya, tentu."

Karina melompat dari ranjang dan segera membukakan pintu ruangan untuk Winter. "Silahkan."

Winter terkekeh kecil lalu mengucapkan terimakasih. Mereka berdua jalan beriringan, saling mencuri pandang dan saat berkunci tatap keduanya langsung menoleh ke arah lain kemudian tertawa kecil bersama.

"Winter."

"Yaaa?"

"Terimakasih banyak yaaa."

Winter tersenyum malu, lalu dia mengangguk, hanya ucapan terimakasih dari Karina bisa membuatnya merasa senang.

"Nenek!" Karina memanggil seseorang dan menghampiri seorang nenek yang kesusahan berjalan mengunakan alat bantu. Dia bertanya nenek itu mau pergi kemana dan si nenek menjawab hanya ingin jalan-jalan saja.

"Harusnya nenek kasih tau Karina, supaya Karina temenin." Katanya Karina sembari memegangi tangannya.

"Kamu sedang bersama dr. Kim." Si nenek menjawab.

Karina menepuk keningnya. "Betul juga, Karina lagi jalan sama cewek cantik, nek. Kalau gitu hati-hati yaaa, Karina duluan."

Pipi Winter merona saat mendengar perkataan Karina, senyumannya juga tidak bisa ia sembunyikan, saat Karina menghampirinya Winter pun memandang lurus ke depan, tidak mau sampai Karina sadar jika dia sedang salting sekarang.

Belum sampai satu menit, ada yang berlari menghampiri Karina, seorang anak kecil itu menyapa Karina dengan antusias.

"Lapor, kapten!"

Karina tertawa lalu jongkok menyamakan tingginya dengan anak kecil itu. "Silahkan."

"Aku pulang hari ini, kapten!"

"Waw! Bagus sekali, jangan lupakan aku ya." Kata Karina.

"Pasti."

"Janji jari kelingking?" Karina mengangkat jari kelingkingnya dan anak kecil itu segera mengaitkan jari kelingkingnya. "Janji jari kelingking!"

Winter tersenyum melihat interaksi antara Karina dan para pasien di rumah sakit, sifatnya yang selalu ceria dan gampang berteman itu mengingatkan winter pada saat SMA dulu.

Karina kembali berjalan di samping Winter. "Kamu terkenal juga ya." Katanya Winter.

"Ya, mereka semua menyayangiku."

Winter memutar bola matanya malas, namun tetap terkekeh karena yang dikatakan Karina memang benar adanya.

"Kamu termasuk engga?" Tanya Karina.

"Ke dalam apa?"

"List orang yang sayang sama aku."


Berani sekali pertanyaannya wahai Karina Yoo. Winter tertawa pelan lalu mencubit lengan Karina. "Mau tau apa mau tau banget?"

"Harus tau sih."


"Kalau seribu orang sayang sama kamu, maka aku salah satunya. Kalau seratus orang sayang sama kamu, aku salah satunya juga. Kalau sepuluh orang sayang sama kamu, aku masih tetep ada di salah satunya dan jika hanya ada satu orang yang sayang sama kamu, maka aku orangnya."

Karina berhenti melangkah setelah mendengar jawaban dari Winter yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya.

Sudah tujuh tahun habiskan waktu dengan membayangkan Winter bisa kembali? Apakah mulai saat ini Karina tidak perlu membayangkannya lagi?

Winter pun sepertinya malu dengan jawabannya karena dia langsung berlari menuju ke ruangannya.

Mengingat perkataan yang pernah Giselle katakan padanya bahwa dia harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Winter tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya, kesempatan untuk bisa kembali bersama Karina.

"Dokter." Karina menahan lengan seorang dokter yang melewati dirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Jantung saya berdetak kenceng banget, dok."

Dokter itu sudah siap untuk memeriksa Karina namun ditahan. "Apakah ini yang namanya jatuh cinta, dok?"

Dokter itu memasang wajah datar, ternyata hanya pasien dengan gejala jatuh cinta toh tidak terlalu serius, setelah memastikan Karina baik-baik saja dokter itu kembali pergi.

Meninggalkan Karina yang masih diam di tempat memegang dadanya. "Kalau baper ke orang yang sama, gapapa kan?"




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang