dua

110 26 4
                                    






Pukul dua dini hari. Winter masih terjaga, dia terus memastikan jika Karina baik-baik saja. Masih menggunakan seragam kerjanya, Winter bahkan tidak memutuskan untuk pulang ke rumah dan bermalam di rumah sakit.


Kata-katanya yang ingin menjaga Jimin selama dirawat memang Winter buktikan.


Winter dan juga Karina sudah sempat berbincang walaupun hanya sebentar dan sebatas menanyakan kabar. Mereka menghindari percakapan yang membuat suasana menjadi canggung.

Dalam hatinya sungguh sekali ingin meminta maaf, dengan lancangnya dia pergi meninggalkan Karina pada saat itu, Winter sadar akan keputusannya yang akan membuat Karina sakit, tetapi pada saat itu ia tidak punya pilihan lain.


Winter yang sangat berantakan saat itu tidak yakin jika masih bisa melanjutkan hubungan dengan Karina, maka dari itu dia lebih memilih untuk melepaskannya.

Berbicara soal Karina, gadis itu terbangun dari tidurnya yang lelap. Matanya yang mengantuk menatap ke arah Winter, si dokter itu tersenyum kecil dan menyapa.

"Hai."

Karina menghela nafasnya sebelum menjawab, "hai."

"Kenapa? Ada yang sakit kah?" Karina terkekeh kecil saat mendengar suara Winter yang sedikit khawatir. Nostalgia sekali.

"Aman, cuma haus aja."

Dengan segera Winter pun mengambilkan gelas berisi air mineral untuk Karina minum.

Setelah tenggorokannya sudah tidak kering lagi, Karina sibuk menatap Winter, memperhatikan gadis yang dari dulu sampai sekarang masih dia cintai, sebut saja Karina tolol karena memang begitu adanya.

Sudah ditinggal pergi, menghilang tanpa kabar selama tujuh tahun, dan dipertemukan kembali. Winter Kim masih terlihat cantik, bahkan lebih cantik, dengan seragam praktik dokternya, matanya yang kelelahan, rambutnya juga yang sedikit berantakan, dan yang paling penting wanginya yang masih tetap sama.

Akhirnya Karina melihatnya lagi, akhirnya Karina mencium wanginya lagi, walaupun waktu telah berlalu, itu tidak mengubah apapun, rasa cintanya yang begitu besar pada Winter masih sama dan meluap-luap kemana-mana.

"Winter Kim."

Gadis yang dipanggil namanya itu tersenyum kecil, suka sekali mendengar Karina memanggil namanya. "Ya?"

"Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu."

"Hm."

"Dan masih banyak yang belum kamu sampaikan padaku."

Winter mengangguk. "Betul."

"Jika tidak keberatan, bisakah kita mengobrol dan bertemu? Tentunya setelah aku keluar dari penjara ini."

Senyum Winter memudar, dia mengalihkan pandangannya kemana-mana, asalkan tidak melihat langsung ke mata Karina. Tidak lama kemudian dia mengangguk kecil dan menjawab, "ya, tentu."

Karina ikut mengangguk, dan menyuruh Winter untuk segera beristirahat. Namun Winter menggeleng, berkata jika dia tidak lelah. Kebiasaan itu sungguh belum hilang, Winter selalu berkata yang sebaliknya, dan Karina mengetahui yang sebenarnya pun menyuruhnya sekali lagi. "Istirahat Winter, lima jam lagi kamu harus bekerja."

"Aku-"

"Istirahat."

Okey, Winter mengalah. "Bisakah, bisakah aku tidur disini?" Katanya Winter, dia tidak mau tidur di ruangannya karena ingin memastikan Karina baik-baik saja.

Karina mengangguk, dan menggeser tubuhnya, memberikan ruang untuk Winter berbaring du sebelahnya. Winter menggeleng, "eh aku bisa tidur disini."

"Sambil duduk di kursi itu?"

"Ya."

"Dr. Kim tolong jangan keras kepala ini sudah sangat larut, ayo segera istirahat."

Winter kembali mengalah, walaupun terdiam lama memikirkan apakah dia akan tidur di samping Karina atau tidak, namun pada akhirnya Winter naik dengan perlahan dan berbaring menyamping di samping Karina.

"Selamat beristirahat, Winter. Kamu hebat hari ini, terimakasih ya." Itu kalimat terakhir yang Karina ucapkan karena sesudahnya dia kembali tertidur dengan posisi terlentang.

Winter tersenyum lebar, dia pun mengikuti Karina untuk masuk ke dalam alam mimpi.

"Kamu juga hebat, Karina."





Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang