Bab 3

479 51 4
                                    

Di suatu pagi yang cerah, nampak seorang pemuda bernama 'Alana' baru saja terbangun dari tidurnya. Ia menguap, kemudian beranjak dari tempatnya. Membuka gorden yang menutupi jendela kamarnya.

Cahaya matahari yang seketika masuk membuat perasaan segar tersendiri baginya. Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar. Ia lekas membuka pintu dan terlihatlah kedua kakak kembarnya.

"Hei, mau sampai kapan kau diam? lekas lah bersiap. Kita akan berangkat ke sekolah kan?", ajak Siela. Alana bingung, itu sudah terpampang jelas di wajahnya sekarang.

"Dik! satu minggu yang lalu siapa yang merengek mau ke sekolah? cepat bersiap atau kami akan meninggalkan mu", jelas Siena saat melihat wajah bingung Alana.

"Beneran kak? yey! akhirnya aku sekolah juga. Tunggu Lana ya!", seru Alana kegirangan. Sudah satu bulan ia ada di dunia ini dan selama sebulan itu dia berada di rumahnya terus dan tidak ke mana-mana karena orang tuanya melarang.

Alana segera berjalan ke arah kamar mandi. Kedua kakaknya yang melihat tingkahnya tersebut, membuat yang satu tersenyum geli dan satu lagi menghela nafas pasrah. Keduanya kemudian pergi meninggalkan kamar adiknya.

Di dalam kamar mandi nampak Alana yang tengah menyikat giginya dengan fokus. Meski sebenarnya dia sedang asik mengobrol dengan Abela atau sekarang kita panggil Elisa, di dalam batinnya.

"Bel, hari ini aku sekolah loh", pamer Alana di dalam hatinya, pada sang sahabat.

"Aku juga kali! meski kita berbeda kelas, istirahat nanti aku akan menjemput mu. Yang paling penting jangan dekat dengan semua protagonis pria maupun wanita, usahakan untuk menjauh dari mereka, ingat itu baik-baik!".

"Iya-iya, komandan Abela, atau Elisa", jawab Alana.

"Usahakan untuk memanggilku dengan panggilan 'Elisa' mulai sekarang. Jika kau terus memanggilku Abela, aku akan dicurigai di sini".

"Siap! kalau begitu udah dulu ya", ucap Alana mengakhiri obrolan di antara keduanya.

"Hm, ingat ucapanku yang tadi!".

"Iya, Elissaa", setelah itu tiada pembicaraan kembali di antara keduanya. Setelah beberapa saat, Alana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Ia lekas bersiap-siap.

.....................

"Kettya, jaga adik bungsu kita baik-baik. Jangan biarkan ada yang menyakitinya mau itu pria atau perempuan", ujar Siena sebagai kakak tertua dari 4 bersaudara itu.

"Siap Kak! Kettya pasti akan menjaga Lana baik-baik kok! kalian tenang saja. Ayo dik! bel masuk mungkin akan segera berbunyi", ajak Kettya pada sang adik.

Alana mengangguk pelan. Keduanya pun mulai berjalan pergi meninggalkan kedua kakak kembarnya. Siena dan Siela, juga berlalu pergi untuk sampai di kampus tempat belajar mereka.

Namun, tanpa di duga, ada seorang gadis yang tidak sengaja menabrak Siela yang baru saja berbalik untuk melangkah pergi.

"Ma.. maaf! aku buru-buru. Lain kali jika kita bertemu lagi aku akan bertanggung jawab. Kalau sekarang maaf!", gadis itu berucap dengan panik saat terdengar bel masuk.

Ia berlari dengan kencang saat satpam mulai mau menutup gerbang sekolahnya.

Siela masih mematung di tempatnya. Tapi tidak begitu lama, wajahnya seketika memerah. Sang kakak yang sudah mengerti mengenai gelagat adiknya pun hanya berkacak pinggang.

"Dia Elisa Hanzuela kan? jangan bilang kau sekarang menargetkan nya".

"Kau sudah tau kebiasaan ku Kak. Jangan pura-pura bodoh! lagian, lihat wajah mu juga memerah. Aku tau kau juga suka padanya pada pandangan pertama mu seperti ku!", protes Siela.

"Ya-ya, terserah mu saja", balas Siena cuek. Hal itu tentu saja membuat Siela kesal dan berujung mencubit pinggang kakak kembarnya dengan sedikit keras.

"Sakit Ela".

"Biarin!".

..................


Alana memandangi dengan wajah kagum yang sangat kentara di wajahnya. Ia saat ini berada di depan pintu kelasnya, menunggu supaya dipanggil oleh sang guru. Lebih tepatnya, ia sedang mengobrol dengan Elisa di dalam pikirannya.

"Jangan melamun terus! denger tuh, nama mu udah dipanggil dari tadi", tegur Kettya sebagai seorang kakak. Alana menoleh sejenak dan benar saja, sang guru kini memandang ke arahnya.

"Um okay? Alana masuk dulu Kak".

"Ya, belajar yang rajin. Kakak mau ke kelas kakak juga", ujar Kettya sebelum berlalu pergi. Sebenarnya hari ini ia berencana untuk membolos, makanya ia berjalan menuju ke rooftop sekolah untuk tiduran di sana.

Berbanding terbalik dengan Kettya yang santai dalam menikmati waktu membolosnya, Alana justru berjalan dengan langkah berat menuju ke dalam kelasnya. Ia gugup bukan main sekarang.

Namun karena dia tidak hati-hati dan tidak memperhatikan jalanan di depannya. Alhasil ia terpeleset lantai yang licin. Sontak saja membuat guru beserta murid-muridnya terkejut.

"Nak, kau tidak apa-apa?", tanya sang guru khawatir. Suara jatuh Alana sangat terdengar keras dan sialnya, kepalanya duluan yang jatuh.

"Ahehe.. tidak apa-apa kok", jawab Alana dengan cengiran bodohnya.

Tiba-tiba saja, seorang siswa dengan perawakan tinggi dan tampan, beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Alana yang masih nyengir meski jidatnya memar dan sedikit mengeluarkan darah.

Alana baru sadar dengan kehadiran siswa itu di sampingnya saat tubuhnya terasa terangkat. Ia menatap kebingungan ke arah siswa yang mengangkat tubuhnya layaknya seorang pengantin.

"Kau terluka. Aku akan mengantarmu ke uks", ujarnya yang seakan mengerti isi pikiran Alana. Seketika juga wajah Alana menghoror, apa yang sedang mengangkatnya itu adalah seorang cenayang? kenapa bisa tau isi pikirannya?

Pemuda itu tau apa yang sedang dipikirkan oleh Alana lewat ekspresi wajah nya. Ia tau apa yang sedang dipikirkan Alana tentang dirinya saat ini namun ia abaikan.

Sepanjang jalan menuju UKS pun, Alana tidak henti-hentinya mengoceh. Membuat siswa itu hanya diam mendengarkan ocehan Alana yang terkesan rondom.

"Kau dengar tidak? padahal aku sudah susah payah mengajakmu berbicara loh", protes Alana saat dirinya diturunkan di atas ranjang UKS.

"Ya, aku dengar", balas siswa tersebut.

"Baguslah. Omong-omong, siapa namamu? namaku Alana Skyperius, panggil aja Lana", ujar Alana dengan senyuman manis di wajahnya.

"Kenny Azakiera, itu namaku", balas sang pemuda. Seketika itu juga, sebuah petir seakan menyambar Alana yang masih tersenyum.






...........

.

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRANSMIGRASI ORANG BODOH [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang