3. Usaha Untuk Melarikan Diri

158 23 5
                                    











Daniel mematikan puntung rokoknya. Ia meraih gelas americano coffee favoritnya dan meminumnya hingga tandas. Seorang wanita tua menghampirinya sambil membawa sebuah jas dan tas kerja. Wanita itu mengalihkan perhatiannya pada layar tv yang saat ini menampilkan sebuah berita tentang kasus penculikan dan penembakan di gedung pesta.

"Lihat hasil dari ulahmu Daniel." cuit Ibunya.

Daniel tersenyum miring menikmati hasil usahanya. "Hingga seratus tahunpun mereka mencari Soobin, mereka tidak akan pernah menemukannya."

"Masih ada pemuda lain yang bisa kau cintai selain dia, Daniel. Kau tak perlu mengotori tanganmu dengan kriminalitas."

"Ibu tahu seperti apa penyakitku. Ibu hanya harus tutup mulut dan diam."

Lalu lelaki itu meninggalkan ruang tamu dan berjalan ke atas tangga. Ia ingin menengok keadaan Soobin sebelum bekerja ke kantor. Ia sudah memindahkan pemuda itu ke kamar yang lebih bersih dan lebih luas. Keadaan Soobin masih sama seperti kemarin. Hanya diam meski mulutnya sudah tak disumpal lagi. Ikatan di tangannya juga diganti dengan borgol. Ia tetap tidak mau jika pemuda itu sampai berhasil kabur darinya.

Daniel mendekati Soobin. Ia duduk di samping pemuda yang berbaring dengan tangan diborgol ke tiang ranjang. Keadaannya memang mengundang rasa kasihan. Wajah Soobin terlihat pucat bukti ia sedang banyak beban. Kedua matanya tetap basah bukti ia tidak berhenti menangis. Tangan Daniel menyibakkan helaian poni yang menutupi kening pemuda itu. Merapikannya, membelainya.

"Berhenti bersikap seperti ini Soobin. Aku tetap tidak akan membebaskanmu kembali pada laki-laki itu. Kau akan hidup denganku, menjadi pendampingku selamanya." bisik Daniel terus membelai rambut kesukaannya. Ya, sejak dulu Daniel selalu menyukai rambut itu.

Soobin kembali menangis. Ia ingat belaian yang dilakukan Daniel, belaian yang sering dilakukan Yeonjun. Dan Soobin menyukai belaian itu. Yeonjun bilang, itu adalah tanda kasih sayang seorang kepada seseorang. Dan Yeonjun mendapatkan belaian itu dari Ibunya.

"Kau teringat sesuatu Soobin? Apa belaian ini mengingatkanmu pada sesuatu? Kau tahu, sejak dulu aku tidak pernah mendapatkan belaian seperti ini. Dari Ibuku, atau Ayahku keduanya sama sekali tak ada yang peduli. Mereka hanya terus membandingkan aku dan hyung lalu menyamakan aku dengan hyung. Sungguh ironi, aku sebagai Adiknya selalu menjadi yang kedua di keluarga ini." papar Daniel tiba-tiba mencurahkan isi hatinya.

Soobin menajamkan pendengarannya menunggu kata-kata selanjutnya yang mungkin akan keluar dari mulut Daniel lagi. Ia menggunakan kesempatan ini untuk mengetahui banyak tentang kehidupan Adik Yeonjun itu.

"Aku lahir 30 menit setelah hyung. Nenek bilang, proses kelahiranku lebih sulit dari kelahiran hyung. Bahkan Ibu sempat pingsan selama 15 menit. 30 menit kemudian aku lahir dengan selamat dan keadaan yang sehat. Kehidupanku berlanjut sebagai Adik kembar hyung. Hyung lebih dicintai karena dia sendiri merupakan anak yang ceria dan suka bergaul. Berbeda denganku yang selalu diam, tidak berbaur dengan orang-orang di sekitarku.

"Perbedaan sifat kami semakin terlihat setelah menginjak usia delapan tahun. Ayah sendiri sering membandingkan aku dengan hyung yang lebih baik dan bisa diandalkan. Sementara Ibuku selalu menyamakan kami dari pakaian, kamar, makanan, minuman, olahraga, sama sekali tidak bertanya apa yang aku sukai. Ibu tidak pernah tahu apakah aku nyaman dengan segala sikapnya atau tidak. Yang Ibu pikirkan adalah rasa puas agar aku bisa menjadi pribadi hyung kesayangannya."

Belaian tangan Daniel di kepala Soobin berhenti. Untuk ke sekian kalinya Soobin mampu memandang ke arah mata kesepian itu. Daniel tidak melihatnya, Daniel menerawang jendela di sampingnya. Melihat langit-langit bumi diterangi matahari pagi.

LOVESICK CHOI [Yeonbin] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang