RASA #3

7 1 0
                                    

Beberapa pekan berlalu.

Saat sedang terbaring sembari meluruhkan lelah setelah berkegiatan seharian, Ponsel Sazha baru saja bergetar, menandakan sebuah pesan masuk.

[ picture ]
[ punya lo, kan? ]

"id card? id card aku kok bisa ada di orang lain?" tanya Sazha kepada dirinya sendiri.

cepat-cepat Sazha membalas pesan tersebut, pesan tersebut membuatnya bertanya-tanya. mengapa bisa sesuatu miliknya, ada pada orang lain.

[ ini siapa? id card aku kenapa bisa ada di kamu? ]

***
[ hahaha.. lo mudah lupa ya Zhaa? waktu itu kan gue yang ambil tapi lo ga sadar ]

***
[ ngeselin! ]
[ Reksa Nalanra Wijaya, balikin! ]
[ kamu ambil id card aku buat apa coba? ]

***
[ sengaja gue ambil, biar ada topik buat chat lo,  Sazha queenafenya. ]
[  ambil sini, atau mau ketemuan aja? ]

***
[ modus , kaya abang-abang sopir truk ]

Sazha tak benar-benar kesal, ia malah tak habis fikir. Reksa memang selalu ada saja tingkah nya.

Malam itu, menjadi malam dimana Sazha merasakan lagi perasaannya yang telah lama hilang, perasaannya perlahan berwarna kembali.

"Reksa ternyata lebih lucu dari yang aku bayangin, dia bisa bikin aku ketawa, padahal kan kita cuma sebatas chatting..." gumam Sazha malam itu.

...

Setelah akhirnya satu pekan Sazha intens berkomunikasi dengan Reksa,

tringg..tringg..tringg...

Bunyi dering ponsel Sazha mengagetkan nya, telepon baru saja masuk dari Reksa. Sazha segera menerima panggilan tersebut,

"Zha, ikut yuk!" ajak Reksa dengan semangat.

"kemana, Reksa?"  tanya Sazha bingung. karena secara tiba-tiba Reksa mengajak nya tanpa memberi tahu tujuan.

"ikut aja. siap-siap ya, gue otw jemput lo sekarang."  sahut Reksa lalu kemudian mengakhiri panggilan.

Tak berlama-lama Sazha langsung bergegas membereskan diri. meskipun beberapa pertanyaan masih terlintas di benak nya.

Penampilan Sazha kini sudah rapih, ia hanya tinggal menunggu Reksa sampai.

[ gue di depan ]

Pesan dari reksa baru saja masuk.

Sazha bergegas keluar rumah, Reksa sudah menunggunya. Reksa terlihat sangat menawan tubuh kekar nya dibaluti dengan pakaian yang serba hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Sazha terdiam sejenak. lalu kemudian ia mendekati Reksa, perasaan nya semakin gerogi, karena itu kali pertama Sazha akan pergi berdua dengan Reksa.

"kok bengong sih Zha? ayo naik"  ajak Reksa.

Sazha hanya tersenyum tanpa membalas perkataan Reksa sedikitpun.

Reksa menyodorkan alat pelindung kepala pada Sazha.

"kalo gabisa itu bilang, Sazha." ucap Reksa sembari mengambil alih pelindung kepala tersebut dari Sazha.

kemudian Reksa memakai kan nya untuk Sazha sambil terus saja memberikan penjelasan berupa tutorial mengenai cara memakai alat pelindung kepala tersebut.

Namun Sazha tak fokus kepada apa yang di katakan Reksa, ia hanya diam mengagumi betapa gagah nya Reksa.

Diam tak berkutik memandangi Reksa, Sazha seketika menunduk kan wajahnya, karena baru saja Reksa pun balik memperhatikan nya.

...

Tujuan dari perjalanan itu sangat mengejutkan Sazha.

"selamat datang di rumah gue, Zha" ucap Reksa tersennyum.

"hah? kok ga bilang sih kalo mau ke rumah kamu? kalo tau tujuannya ke sini, aku kan bisa berpenampilan lebih rapih."  celetuk Sazha.

"lo udah se-sempurna itu. lo mau bikin gue lebih jatuh lagi?". timpal Reksa.

"jatuh?" tanya Sazha dengan heran.

"jatuh cinta."
"lo memang sempurna Zha." 

Suasana seketika menghening sejenak, namun Reksa segera menarik lengan Sazha yang masih diam menatap nya, untuk melangkah kan kaki menuju ke dalam rumah.

Sazha di sambut hangat oleh anggota keluarga Reksa. mereka sangat ramah, rumah itu penuh dengan kehangatan.

Terutama nenek Reksa, ia tampak sangat senang ketika Reksa memperkenal kan Sazha kepadanya, padahal itu kali pertama Sazha bertemu dengan keluarga Reksa.

"yaampun Reksa! kok kamu baru kenalin ke oma sekarang?" gerutu oma Reksa.

"ini cucu perempuan oma, cantik sekali!" timpal nya lagi, sembari menggenggam tangan Sazha.

Nenek Reksa nampak sangat menyukai Sazha. ia bahkan mengusap lembut pipi Sazha. sudah lama Sazha tak merasakan perlakuan itu dari seorang nenek, karena dua tahun ke belakang nenek Sazha sudah tiada.

Tanpa perlu waktu lama, hanya beberapa perbincangan saja Sazha sudah nampak sangat dekat dengan nenek Reksa.

Reksa semakin kagum dengan kepribadian Sazha, selain ramah, Sazha juga mudah beradaptasi.

Bagai mana bisa Sazha dengan begitu cepat menjadi sangat dekat dengan nenek nya?,batin reksa.

"kayanya ga cuma oma Zha, mama gue juga kalo ketemu lo, dia pasti seneng." kata reksa, namun wajahnya tak mengarah kepada Sazha. ia hanya menunduk dengan pandangan kosong.

"mama kamu dimana memang nya, Reksa?" tanya Sazha.

Tak langsung menjawab pertanyaan Sazha. Reksa lalu menatap Sazha dan tersenyum.

"mama sama papa gue cerai, dari gue kecil."  jawab Reksa.

"papa gue memang brengsek Zha. dan prinsip gue, gue gaakan pernah jadi kaya papa gue, yang dengan gampang nya mainin perempuan, cuma karna punya banyak harta. dia bahkan lupa, dulu yang nemenin dia sampe punya segalanya itu mama gue." ucap Reksa, memperjelas keadaannya.

Sazha tak dapat memberikan komentar apapun, Sazha memahami perasaan Reksa meskipun Sazha tak mengalami hal yang serupa, karena keluarga Sazha selama ini baik-baik saja.

"lo, jadi rumah buat gue ya Zha..?" tanya Reksa, dengan suara yang pelan.

Sepertinya Reksa memang butuh dukungan dari orang lain. karena selama ini mama dan papa Reksa fokus kepada keluarga baru nya masing-masing. hal itu membuat Reksa tak dapat celah untuk mendapatkan support dari kedua orang tuanya.

Sazha hanya mengangguk lalu sepatah kata keluar dari mulut Sazha,

"aku janji" ucap Sazha yakin.

...




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DENIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang