Kringgggg...
Suara alarm Aletta menggema di seluruh kamar, memecahkan keheningan pagi yang tenang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.10 pagi. Dengan mata yang masih berat, Aletta meraba meja di samping tempat tidurnya, mematikan alarm yang terus berbunyi nyaring.
Setelah berhasil menghentikan suara mengganggu itu, dia menggeliat di tempat tidurnya, memuletkan tubuhnya guna merenggangkan otot-otot yang kaku.
"Hoaaaah," Aletta menguap lebar, mencoba mengusir kantuk yang masih menggelayut di matanya.
"Jam berapa sih ini?" gumamnya sambil meraih jam alarm. Saat matanya akhirnya bisa fokus, wajahnya langsung berubah panik. "Ya Tuhan! Jam 7?!" serunya. Aletta langsung bangkit dari tempat tidur, jantungnya berdebar saat menyadari dia terlambat.
Hari ini bukan hari biasa—ini adalah hari ujian kelulusannya. Seluruh usahanya selama tiga tahun dipertaruhkan di sini, dan dia nyaris terlambat!
Dengan kecepatan penuh, Aletta mencuci muka, sikat gigi kilat, lalu menarik seragam sekolahnya. Tak lupa, ia menyambar tasnya dan berlari keluar kamar menuju lantai bawah.
Begitu sampai di dapur, ibunya sudah menunggunya di meja makan, menyajikan sarapan yang tercium harum. "Aletta, sarapan dulu! Ujian hari ini kan penting. Kamu harus makan yang cukup biar fokus," ujar sang ibu sambil menatapnya khawatir.
Aletta menoleh sebentar ke arah ibunya, merasa bersalah karena waktu yang semakin mepet. "Aku nggak sempat, Bu. Aku udah terlambat!" sahutnya terburu-buru.
Ibunya menghela napas, lalu mengambil segelas jus jeruk yang sudah disiapkan di atas meja. "Kalau nggak sempat makan, setidaknya minum ini dulu."
Dengan cepat, Aletta mengambil gelas jus dari tangan ibunya dan meminumnya dengan tergesa-gesa. "Makasih, Bu! Aku pergi dulu!" ucapnya setelah meneguk jus hingga habis.
Saat Aletta bergegas menuju pintu depan, dia memanggil abangnya yang sedang bersantai di ruang tamu. "Mas, antar aku ke sekolah! Sekarang!"
Abangnya, yang tengah sibuk dengan ponselnya, mengangkat kepala dengan kening berkerut. "Hah? Ngapain buru-buru banget, Let?"
"Aku udah telat, Mas! Ujian kelulusan nih! Cepetlah!" Aletta hampir menjerit saking paniknya.
Melihat adiknya sudah heboh, abangnya langsung berdiri. "Ya, ya, ayo. Tenang, aku bakal ngebut," katanya sambil meraih kunci motor di meja.
Aletta cepat-cepat keluar rumah dan naik ke motor. "Ayo, Mas, cepat!" desaknya.
"Pegangan yang kuat!" sahut abangnya sebelum motor mereka melaju dengan kecepatan penuh menuju sekolah. Aletta duduk dengan cemas di belakang, berharap mereka bisa sampai tepat waktu.
Setibanya di sekolah, Aletta berlari kecil menuju ruang ujian. Jantungnya berdetak semakin cepat seiring langkah kakinya yang kian terburu-buru. Begitu tiba di depan pintu ruangan, napasnya terengah-engah.
Dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa semua orang sudah duduk di tempat masing-masing, siap dengan lembar ujian di depan mereka. Dengan sedikit gugup, dia melangkah masuk, berharap belum terlambat.
Guru pengawas yang melihatnya langsung mengangkat alis. "Aletta, kenapa terlambat?" tanya guru tersebut dengan nada tegas.
"Maaf, Pak. Saya... bangun kesiangan," jawab Aletta sambil menundukkan kepala, berusaha tidak menambah masalah.
"Sekarang cepat duduk dan mulai ujianmu. Waktu terus berjalan," jawab sang guru tanpa basa-basi.
Aletta mengangguk cepat, lalu bergegas duduk di kursinya. Setelah menenangkan diri sejenak, ia mengambil lembar soal dan mulai membaca soal-soal ujian dengan teliti. Tapi, meskipun tubuhnya ada di sana, pikirannya melayang entah ke mana. Ada sesuatu yang mengganggu batinnya, sesuatu yang lebih besar dari sekadar ujian kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Crusher: "The Time Weaver's Ring"
FantasyPernah terbesit di pikiran kalian untuk menjelajahi waktu? Bagi Aletta Narendra, mimpi ini menjadi kenyataan yang luar biasa dan sekaligus menakutkan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa sebuah cincin berlian warisan neneknya akan membawanya pada pe...