Strong Women Don't Cry

64 4 11
                                    






Jam 11 malam asap mengepul dari dapur sebuah Izakaya (pub tempat minum). Para karyawan sibuk memasak dan melayani para customer yang rata-rata adalah salaryman yang pulang ngantor dan mengikuti acara nomikai/minum-minum bersama atasan mereka. Seorang wanita bertubuh langsing bernama Nakashima Yuzuki, dengan cekatan memasak dan menyajikan hidangannya ke meja-meja para salaryman mabuk. Wanita itu berjalan menuju meja yang paling pojok dekat jendela. Meja pojok adalah meja yang paling berisik di tempat ini, seorang pria paruh baya bertubuh ceking sibuk mengomel tanpa henti sambil menunjuk-nunjuk buku menu dengan bahasa Korea yang ngegas






"Ppaleun! Jeugsi jumun-eul bad-ala, baegopayo (cepetan! order pesenan, gue dah laper)", si pria kurus mengomel sambil menekan buku menunya

"Ne, Sajangnim (ya pak)", ucap seorang wanita berambut coklat yang menjadi penerjemahnya




Wanita itu mengangkat tangan, Yuzuki menghampirinya





"Ya? Mau pesan apa ?", tanya Yuzuki

"Ilbon-eumsig-eun neomu simsimhaeyo (makanan Jepang membosankan)", gerutu si pria Korea sambil membaca buku menu

"...", si wanita penerjemah menunggu dengan gelisah, ekspresi antara ketakutan dan ketidaknyamanan terlihat di wajahnya

"Jeonbogbokk-eum-eul jumunhaess-eoyo (gue pesen tumis kerang Abalone)", ucap si pria Korea pada akhirnya

"Bukan kerang abalone, ini mah oyster", bisik seorang pria Jepang yang duduk se meja dengan si penerjemah

"Mbak, saya pesen tumis kerang yang ini", kata si penerjemah

"Baiklah, mohon tunggu sebentar"




Yuzuki mencatat pesanannya dan meletakannya di dapur. Setelah jadi, dia segera menyajikannya di meja pojok. Si wanita penerjemah mengoper pesanannya ke atasan Korea, tangannya yang gemetar gak sengaja menyenggol segelas bir dan menbuatnya tumpah ke celana atasan Korea. Langsung saja pria Korea itu marah-marah, sehingga membuat orang-orang di Izakaya menoleh menatapnya





"Dangsin-eun ilhal neunglyeog-i eobs-seubnida! Meongcheonghan Ilbonnomdeul ! (lu kalo kerja yang bener dong! orang Jepang tolol !)", hardik pria Korea sambil mendelik ke wanita penerjemah

"Joesonghabnida (saya mohon maaf)", balas si wanita penerjemah sambil membungkuk minta maaf

"Naneun gyeolko dangsin-ui josang-eul joh-ahaji anh-assda. Dangsindeul-eun baeeunmangdeoghan sigminji gaecheogjadeul-ieyo ! (makanya gue kagak pernah suka sama nenek moyang kalian. kalian penjajah gak tau diri !)", sembur pria Korea

"Joesonghabnida (saya mohon maaf)"





Setelah drama tak mengenakan itu mereka lanjut makan-makan, si atasan Korea makan sambil mengomel. Yuzuki kembali ke dapur, hendak mencuci gelas




"Ada apa ribut-ribut ?", tanya Murai Yu

"Itu ada customer orang Korea ngamuk gegara birnya tumpah. Ahjussi tolol", gerutu Yuzuki

"Ck. Lagi-lagi orang Korea", cibir Yu

"Males sebenarnya gue melayani mereka, arogannya setinggi langit. Mentang-mentang buka pabrik di Fukuoka", gerutu Yuzuki

"Pabrik apa sih sebenarnya ?"

"Seung Li Pharmaceutical Company, pabrik kosmetik asal Busan. Mereka buka cabang disini"

"Ooooohhh"





Jam 2 dini hari Yuzuki baru pulang dari Izakaya, dia mengayuh sepedanya seorang diri menyusuri jalanan diatas bantaran sungai Chikugo, menuju rumahnya. Sesampainya di depan gerbang rumah, dia membuka kunci gerbangnya. Sekilas dia melihat ada sebuah poster yang ditempel di tembok rumahnya. Poster pemilihan calon walikota Kurume, Yuzuki membacanya. Ekspresi wajahnya langsung berubah masam



RiverbankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang