Downtown

42 3 4
                                    






Seorang pria tinggi jangkung menyetir mobilnya goboxnya melewati jalanan kota Hakata, prefektur Fukuoka. Dia adalah Murayama Miu, pria berumur 20 tahun yang bekerja menjadi tukang antar barang. Lebih tepatnya pemasok bahan pangan yang akan dijual di pasar lokal, dia setiap hari mengantar sayuran, buah-buahan, ikan, telur, dan daging dari distributor (petani, peternak, nelayan) menuju pasar, atau kadang ke restoran-restoran lokal juga. Sudah 2 tahun dia bekerja jadi pemasok bahan pangan. 10 menit lagi dia akan sampai di pasar, HPnya berbunyi, Murayama menyambar HPnya di dashboard dan mengangkat telponnya. Ternyata panggilan dari pacarnya, alias Odakura Reina





"Ada apa, Reina sayang ?", tanya Murayama sambil nyetir

"Sayang, aku pulang malam lagi nih. Kamu yang masak ya"

"Tugas kuliah kamu numpuk lagi ?", tanya Murayama

"Enggak, yang. Aku lagi demo di depan kantor walikota"

"Ck. Gak ada kegiatan berfaedah apa? Tiap hari kerjaannya demo terus"

"Apanya yang gak berfaedah coba? Aku tuh melakukan ini demi bangsa dan negara kita. Biar rakyat sejahtera, soalnya pemerintah gak pernah becus ngurusin rakyat. Kamu tahu walikota Sashihara kemarin bikin kebijakan-", Reina mulai ceramah di telpon

"Iya deh iya. Udah dulu ya, aku mau ngurusin barang dulu", Murayama menutup telponnya





 Udah dulu ya, aku mau ngurusin barang dulu", Murayama menutup telponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Murayama sampai di pasar ikan Nagahama dan menghentikan mobilnya. Seorang pria bertopi menghampirinya sambil mendorong troli besi untuk mengangkut barang. Murayama turun dari mobil, baru turun bau amis dari pasar ikan langsung menusuk hidungnya, ini salah satu alasan kenapa Murayama gak suka makan seafood. Lalu Murayama membuka mobil goboxnya. Dia mengeluarkan beberapa box styrofoam pendingin berisi ikan-ikan segar yang ditimbun es





"Murayama-kun, lu berapa jam nyetir dari pesisir Itoshima ?", tanya pria bertopi sambil membantu Murayama menurunkan box styrofoamnya

"Gak lebih dari 2 jam, gue ngebut kok", Murayama menaruh boxnya di atas troli besi

"Belakangan ini banyak orang Korea di Hakata. Mereka suka makan sushi, pemilik lapak pada dapet orderan banyak dari restoran sushi"

"Kalo itu gue gak tau sih, bang. Gue kerjanya keliling-keliling soalnya"

"Ya udah, nih duit lu"

"Makasih bang. Tanda tangan dulu nih", Murayama memasukan duitnya ke kantong celana cargonya, lalu ngasih kertas clipboard sama bolpen ke pemilik lapak pasar






Setelah selesai mengantar ikan, Murayama lanjut perjalanan menuju kota Kurume, tempat dimana dia dan pacarnya tinggal berdua di apartemen. Dia selanjutnya akan mengantar ikan-ikan segar ini ke restoran sushi. Murayama berhenti di pinggir jalan dan turun dari mobil, dia mendekati sebuah mobil pickup yang menjual ubi bakar



 Murayama berhenti di pinggir jalan dan turun dari mobil, dia mendekati sebuah mobil pickup yang menjual ubi bakar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Eh, Murayama-kun", sapa mbak-mbak penjual ubi bakar bertubuh pendek dengan jidat lebar

"Taniguchi, apa kabar ?", sapa Murayama balik

"Baik. Gue sampe hapal loh, jam segini lu pasti bakal berhenti disini buat beli dagangan gue"

"Yoi"

"Lu gak bosen apa makan ubi terus ?", tanya Taniguchi Airi

"Gue suka ubi bakar. Manis soalnya, kayak yang jual", goda Murayama sambil mencolek pipinya Airi

"Nanti Odakura marah loh kalo lu gombalin gue terus", Airi sok-sokan cemberut

"Halah santuy, gak tau dia. Ubi bakar madu 2 ya, yang satu dibungkus"

"Oke siap"






Setelah membeli ubi bakar, Murayama lanjut perjalanan. Dia pun sampai di depan sebuah restoran sushi. Seorang pria jangkung yang memakai celemek dan jas putih membuka pintu





"Jangan parkir disini juga lah, cuk", ucap si pria jangkung

"Halah sok higienis lu, Tono. Buruan bantuin gue turunin boxnya"

"Lu lama amat datengnya", keluh si karyawan restoran

"Mampir beli ubi bakar dulu"

"Njir", si karyawan melepas celemek dan jas putihnya, lalu membantu Murayama




Mereka berdua menggotong boxnya menuju dapur restoran dan meletakannya di ruangan freezer pendingin. Restoran sushi tampak lebih ramai dari biasanya





"Nanti malem jadi kan ?", tanya si karyawan restoran, Murayama berdecak kesal




Mereka ini aslinya sudah berteman cukup lama dari jaman SMA. Adalah Matono Mio, karyawan restoran sushi yang tinggal sebelahan dekat apartemennya Murayama. Kalo lagi gak berdua sama Odakura Reina, biasanya Murayama sama Matono akan pergi ke pachinko untuk berjudi, atau minum-minum di pinggir jalan sambil merokok, atau nonton siaran baseball, yah kegiatan pria dewasa gitu





"Bentar aja tapi. Cewek gue pulang larut soalnya", jawab Murayama

"Demo lagi tuh Odakura ?"

"Biasa lah, si paling kritis. Gue gak yakin dia beneran kuliah, kerjaannya belakangan ini demonstrasi terus sama temen-temen mahasiswanya"

"Cewek lu kebanyakan main Twitter, berubah jadi kaum SJW sekarang hahaha", ejek Matono

"Hahaha dasar women ☕", Murayama ikut ketawa

"Untung gue jomblo"

"Hmmm... nih tanda tangan dulu"




Malam harinya selesai mengantar barang Murayama hendak pulang ke apartemennya. Dia markirin mobil goboxnya di depan apartemen, dia turun dari mobil dan menyenteri isi dalam box mobilnya, memastikan gak ada barang yang ketinggalan dikirim




"Uhhh... buset, amis banget kek ikan busuk. Gak biasanya se amis ini mobil gue"




Karena sudah malam Murayama terlalu capek untuk membersihkan mobilnya, akhirnya dia menutup mobilnya dan balik ke apartemen






Bersambung...

RiverbankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang