Third

197 20 4
                                    

Bangkok merupakan salah satu kota besar di Thailand yang hampir dikatakan tidak pernah tidur dengan segudang aktifitas malamnya. Kehidupan malamnya menyajikan sejuta kenikmatan semu yang membutakan semua orang. Club-Club malam menjadi tempat yang nyaman bagi beberapa pasangan untuk menumpahkan hasrat mereka dan melepaskan penat. Suara musik yang menghentak kuat,menjadi magnet setiap orang meliukkan tubuh ikut bergoyang. Aroma minuman keras dan asap rokok menambah semarak kehidupan yang menggeliat di dalamnya.Tampak dua orang pria tengah duduk santai di sebuah ruang karaoke VVIP disebuah club malam ternama di pusat kota Bangkok.

"Apa yang akan kau lakukan kali ini?"tanya pria yang lebih tua

"Aku belum memiliki rencana apapun" jawab yang lebih muda seraya menghembuskan asap cerutu yang sudah tinggal separuh

"Kusarankan kau tidak membuat kesalahan yang sama dengan beberapa tahun silam Aaron.. Kesalahan fatal yang membuatmu justru kehilangannya."

"Aku belum menemuinya...

"Dan aku yakin Asre pasti lebih protektif menjaga putranya sejak saat itu."

"hmm..aku rasa tidak, sekarang dia telah lebih dewasa. Dia tampak lebih tampan,setahun yang lalu,  aku melihatnya di Macau."

"Tidak bisakah apa yang Pict berikan cukup bagimu,hingga kau masih terobsesi pada putra Asre?"

"Tidak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku! Sejuta Pict tidak akan memampu menandingi pesonanya Phi!!"

Pria yang lebih muda menghisap cerutunya kuat seolah menyalurkan kegelisahan hatinya. Sedangkan yang lebih tua menyesap wine dan menatap yang lebih muda kesal. Dia ingin sekali menampar wajah tampan adik satu-satunya.

"Aku akan menemuinya malam ini." ucap yang lebih muda seraya berdiri dan melangkah ke pintu.

.

Pavel menatap satu demi satu orang yang kini berada satu meja makan dengannya. Ya , malam ini dia berkesempatan datang ke rumah orang tua Pooh. Ibu Pooh menyambutnya dengan baik,demikian pula ayah dan adik Pooh. Setelah membersihkan diri, kini mereka menikmati makan malam yang tenang.

Pavel melihat Pooh masih memperhatikan ponselnya di sela-sela makan malam mereka. Begitu sibukkah calon suaminya ini,sampai makan pun masih harus mengecek beberapa pekerjaan, atau itu hanya alibinya agar tidak berbicara dengannya. Dalam perjalanan pulang, Pooh memang lebih banyak diam di dalam mobil. 

"Makanlah yang banyak nak.." ucap ibu Pooh pada Pavel sambil tersenyum

"Kha mae" jawab Pavel seraya menerima makanan yang diangsurkan calon mertuannya

"Pooh, sayang makanlah dulu.. "

Pooh meletakkan ponsel dan tersenyum pada ibunya,melanjutkan makan malamnya yang sempat terhenti.

"Apakah kalian sudah memiliki rencana menikah ?"tanya Asre tiba-tiba

Pooh tersedak dan terbatuk dengan bunyi yang cukup kentara,beberapa tetes air membasahi kemejanya. Melihat itu Pavel mengangsurkan lap makannya dan segelas air yang ada di sebelahnya.Tangan rampingnya mengelus pundak Pooh agar batuknya mereda.Semua orang yang melihat itu tersenyum. Pooh bisa mendengar nong-nya berbisik 'PPavel so cute' pada ibu mereka.

"Sayang..kau membuatnya tersedak na..."ucap Ana pada suaminya. Sementara Asre hanya tersenyum tipis.

"Aku belum memikirkannya, semua terserah P'Pavel saja" jawab Pooh tanpa melihat semua orang. 

Pooh tidak menyangka akan ditanya ayahnya seperti itu di meja makan. Dia yakin kini wajahnya pasti sudah merah padam, kontras dengan kulit tangannya yang sudah seputih mayat dan tangannya yang sedingin es.

My ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang