"Mr. Baltasar!""Syukur kita bertemu lagi di Jerez", Zahra tersenyum Anggun. "Izinkan aku mengembalikan tiket ini. Maaf tapi aku akan tetap datang karena sudah memiliki ini." Zahra menunjukkan kartu bebas akses keluar masuk area sirkuit.
"Untuk satu tiket lainnya, aku berikan kepada teman dekatku." Zahra kembali melanjutkan.
Mr. Baltasar menerima kembali tiket seri GP Jerez yang dia berikan sebelumnya. "Tidak masalah. Kau akan ke sirkuit hari ini? Jika tidak keberatan, kau boleh menumpang pada kami.", Mr. Baltasar kembali menawarkan bantuan.
"Terimakasih atas penawarannya. Tapi saya akan berjalan kaki. Permisi, Mr. Baltasar.", Zahra menunduk dan berjalan melewati Mr. Baltasar.
"Sepertinya akan sedikit sulit bagi Marc kali ini.", Mr. Baltasar memandangi Zahra yang semakin menjauh.
----------
"Bagaimana kabarmu, Nona Zahra?", seseorang menyapa Zahra setelah Zahra memasuki paddock di belakang arena sirkuit Jerez.
"Andreaz! Aku tidak akan menjawab sapaanmu jika masih menggunakan 'Nona' di depan namaku!", Zahra memberengut kesal.
"Matcha ice seperti biasa, Zahra.", Andreaz tertawa sembari memberikan matcha ice kesukaan Zahra. "Ayo, kita akan segera memulai pertemuan untuk persiapan pekan depan. Kita lanjutkan obrolan ini setelah pertemuan ini.", Andreaz membukakan jalan untuk masuk ke ruangan pertemuan.
----------
"Maaf aku baru bisa bertemu denganmu disini, Ra.", Andreaz membuka percakapan dengan Zahra yang sudah duduk menunggu di tribun paling atas.
"Kepala operasional MotoGP tidak bisa sembarangan meluangkan waktu, Andreaz.", Zahra tertawa melihat respon Andreaz yang menyilangkan tangannya di depan dada.
"Benar, seharusnya kau merasa berbangga hati karena sore ini aku meluangkan waktu untuk menemanimu.", Andreaz mencoba untuk menggoda Zahra.
"Aku tidak memintamu menemaniku.", Zahra kembali menggoda Andreaz.
Andreaz menarik nafas panjang. Lelah rasanya berdebat dengan Zahra, wanita yang telah membuatnya jengkel dan bahagia di waktu yang bersamaan. "Bagaimana rasanya kembali ke Spanyol setelah bertahun – tahun mencoba menghindar?" Suasana kembali sunyi beberapa saat.
"Banyak yang berubah disini, termasuk aku.", Zahra menjawab dengan tenang dan menatap ke arah depan. "Aku sudah mencoba berdamai dengan semuanya, Andreaz. Dan aku mulai menerima itu.", Zahra mulai membidik kameranya ke arah starting line di arena sirkuit.
Tanpa mereka berdua sadari, seseorang sedangmengamati dari kursi paddock setelah sesi latihannya selesai.
----------
[ TO BE CONTINUED ]
KAMU SEDANG MEMBACA
No te apartaré de tu Dios
Fiksi UmumZahra tahu, dirinya dan Marc tidak akan bisa bersama. Banyak hal yang berbeda di antara mereka. Meski diantara banyaknya perbedaan, mereka memiliki kesaman untuk saling mencintai. Namun, Zahra masih dengan prinsip teguhnya. "Aku tidak akan mengambil...