Aku masih tidak menyangka bahwa pelaku pembunuhan temanku Dinda adalah Arumi, temanku yang lain. Kebencian benar-benar menghantam hati Arumi dengan keras hingga membutakan matanya.
Setelah kejadian itu aku dan teman-temanku yang lain memutuskan untuk kembali ke Jakarta malam itu juga. Sudah tidak ada lagi niat ataupun semangat bagi kami untuk melanjutkan liburan.
Sebelum kepulangan kami Inspektur Erwin menemuiku dan memberi tahu ku bahwa berdasarkan pengakuan Arumi dan hasil autopsi, semua hasil penyelidikan ku sangat sesuai.
Beliau menyampaikan permohonan maaf padaku, walaupun sebenarnya tidak perlu. Lagipula aku hanya ingin kebenaran terungkap dan temanku bisa istirahat dengan tenang. Dan memang tidak seharusnya aku ikut campur dalam penyelidikan polisi.
Hari ini tepat 3 hari sejak kepergian Dinda. Jenazahnya telah dikembalikan pada keluarganya, dan saat ini masih terbaring di rumah duka.
Aku memandangi Dinda yang nampak cantik dengan balutan gaun putih, dan akan tampak lebih cantik seandainya dia mengenakannya saat masih hidup.
Ku letakkan setangkai bunga mawar di dekat peti-nya. Bunga yang selalu dia sukai. Bagas, Mayang, lalu Dion juga melakukan hal yang sama.
"Dira!" seru ayah Dinda seraya berjalan mendekatiku bersama ibu Dinda
Aku mengulurkan tangan dan menyalaminya, juga menyampaikan turut berbelasungkawa.
"Terimakasih, sudah menjadi teman yang baik untuk Dinda dan Arumi," ujarnya
"Bukan masalah besar," kata ku
"Maksudku, aku benar-benar berterimakasih padamu karena telah mengungkapkan kasus ini," balasnya
"Saya hanya tidak ingin mereka berdua menderita lebih jauh. Karena bagaimanapun saya adalah teman mereka berdua," kata ku lirih
Hening di antara kami. Hanya terdengar lantunan doa-doa dari pendeta dan orang-orang yang hadir.
Kedua orang tua Dinda meminta kami untuk hadir di pemakaman siang nanti. Dan aku pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Maka kuputuskan untuk tetap di rumah duka hingga waktu pemakaman tiba.
Selesai pemakaman aku berjalan pulang sendirian. Teman-teman ku memutuskan untuk lebih lama di sana. Aku tidak bisa menyalahkan mereka.
Seorang wanita nampak turun dari mobil dan berjalan menghampiriku. Dari penampilannya dia terlihat sangat letih dan kurang tidur.
"Ternyata benar kau ada di sini," katanya terdengar lega
"Maaf, anda siapa?" tanyaku
"Oh maaf tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu. Aku Irina Nelson," jawabnya
"Ada perlu apa dengan saya?" tanyaku lagi
"Suamiku Christian Nelson, pembalap Formula E dari tim Super Speed Racing seharusnya ikut dalam balapan musim ini 2 hari yang lalu di JIEC. Sayangnya di putaran ke-10 mobilnya mengalami kecelakaan. Setelah di lakukan evakuasi, ternyata yang ikut balapan bukanlah suamiku melainkan temannya Daniel Christopher," jelas Irina
"Lantas di mana suami anda?" tanyaku
"Dia menghilang. Sebelum balapan dia ada di Pit, namun ternyata saat balapan dia digantikan oleh Daniel tanpa ada seorangpun yang tahu," kata Irina
"Kenapa malah memberi tahu saya? Bukannya lebih baik menghubungi polisi?" tanyaku sekali lagi
"Aku sudah melaporkan hal ini pada polisi, tapi belum mendapatkan hasil sama sekali," jawabnya, "Kemudian semalam aku melihat berita tentangmu di media sosial, remaja yang mampu memecahkan kasus pembunuhan dalam sekejap. Karena itu aku mencari info tentangmu," lanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Boy
General FictionDiranda adalah siswa SMA biasa yang menyukai misteri. Kecintaannya pada pemecahan kasus kriminal tanpa sengaja menyeretnya dalam berbagai kasus yang sulit terpecahkan. Dia pun akhirnya dijuluki Detective Boy. Dapatkah dia memecahkan berbagaikasus ru...