A Man with Red Wine

137 14 3
                                    

Bunga-bunga liar mulai berkembang  di sepanjang jalan setapak. Musim semi kali ini akan terasa berbeda bagi Renjun, dan ini lebih hangat dari sebelumnya.

Pagi ini manusia mungil itu bangun lebih awal demi menyambut bunga yang bermekaran di pekarangan rumahnya, ia telah menunggu sejak lama.

Tangan lentik itu dengan lincah menyiram, beberapa kali memetik tumbuhan liar yang menempel pada bunganya. Sesekali bersenandung mendampingi burung kecil yang hinggap di rumput liar.

Tiba-tiba tangan kekar memeluk pinggangnya dengan erat. Wajah pria yang memeluk Renjun dengan mudah menelusup ke leher putih yang masih terdapat jejak merah miliknya, bahkan beberapa kecupan Renjun dapatkan.

"Aku tak mendapatimu di sebelahku. Kenapa pagi sekali?". Renjun tertawa renyah sembari menaikkan sebelah tangannya untuk mengelus kepala laki-lakinya.

"Aku sudah menanti mekar bunga ku sejak lama. Maaf aku tak menyambutmu bangun"

"Kau pandai merawat dan menjaga. Pantas kau jadi manusia kepercayaan penduduk sekitar". Renjun hanya membalas dengan senyuman hangat.

"Ehem. Maaf mengganggu pagi intim kalian". Jaemin berdiri di ambang gerbang kecil rumahnya.

Haechan mendengus kesal, semenjak mereka disini ia merasa perilaku Jaemin lebih santai dari biasanya. Seakan ia mendapat izin dari Renjun untuk berbuat seenaknya.

"Selamat pagi Jaemin, kau kemari begitu pagi dari biasanya"

"Ada janjiku dengan Chenle hari ini. Jadi sekaligus aku izin padamu untuk membawa ia kencan seharian"

"Semakin hari kau semakin angkuh ku lihat-lihat Tuan Jaemin". Sindiran Haechan hanya dibalas oleh tawa Jaemin, karena memang yang ia katakan benar.

Semenjak Renjun hadir dalam hidup Haechan, ia berubah hampir seratus persen. Bahkan mereka telah tinggal disini selama satu bulan, Haechan telah menjadi manusia seutuhnya. Rasanya ia ingin berterima kasih pada Renjun tiap saat karena hal ini.

Jaemin tak pernah lagi mendengar kalimat umpatan, kasar, ataupun ancaman kejam. Meskipun raut Haechan tetap jarang tersenyum, tapi tidak sekaku dulu. Ia terlihat lebih santai dan membaur dengan lainnya.

Munculnya Chenle yang telah rapi dan wangi membuat Renjun tersenyum menggoda. "Kau harus menikahi adik ku terlebih dahulu sebelum kau bermain lebih Tuan Jaemin"

"Kak Renjun"

Jaemin tertawa melihat wajah Chenle memerah. "Tentu Renjun, aku sedang mempersiapkan itu sejak pertama kali bertemu".

"Kau tak boleh mendahului kakaknya Jaemin". Haechan mendelik mendengar ucapan sekertarisnya.

Sebelum semakin ricuh, Chenle berpamitan dan melangkah pergi bersama Jaemin.

Setelah ajakan Renjun dulu pada Haechan, ia tak menyinggung lagi tentang waktu yang diberikan hanya seminggu. Renjun membiarkan Haechan menjalani hidupnya dengan baik disini. Haechan bukan lagi seorang iblis berdarah dingin, bukan lagi si pemarah yang ringan tangan.

Bahkan sejak beberapa minggu lalu, perkebunan Renjun menjadi ladang bisnisnya yang ia kembangkan juga. Membuat keuntungan dari perkebunan ini naik berkali-kali lipat. Hotel yang rencana ia bangun berpindah tempat dan menjadikan gedung kantor yang telah selesai sebagai kantor pusat bisnis ini.

Kesejahteraan penduduk kota Borgo San Dalmazzo menjadi lebih baik dari sebelum nya. Keuntungan yang didapat dari bisnis ini Haechan serahkan seluruhnya pada Renjun.

Haechan sudah tak seobsesi dulu tentang uang, bahkan sebelumnya Renjun sempat membagi keuntungan, tapi Haechan menolak. Memang Tuan Lee Haechan kaya sejak dulu.

A Drop Of Thick Red Wine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang