Bab 1

20 1 0
                                    

Acara resepsi pernikahan, dinyatakan selesai jam 10 malam. Amara dan Samudra tidak langsung pulang tetapi mereka akan menginap di hotel tempat mereka mengadakan resepsi sebagai hadiah dari pihak hotel untuk mereka.

"Ayah, Kana pulang dulu sama oma dan opa ya" Ucap Kanaya sambil duduk dipangkuan sang ayah.

"Iya sayang, jangan nakal ya selama sama oma  dan opa ya sayang, dengar-dengaran apa kata opa sama opa ya puteri kecil ayah" Ucap Samudra sambil mencium pucuk kepala Kanaya.

"Siap ayah"

Saat Amara ingin mendengati Kanaya dengan cepat Kanaya langsung berlari kecil mendengati orang tua Samudra dan itu membuat Amara sedih melihat anak sambungnya membenci dirinya sama seperti sang suami yang membencinya akibat dirinya menerima permintaan dari Nara untuk menikah dengan Samudra.

"Amara"

"Mama sama papa pulang dulu ya nak"

"Soalnya besok Kanaya harus sekolah, jadi mama sama papa harus pulang cepat" Ucap Mama Sarah sambil tersenyum melihat sang menantu.

Amara langsung mengambil tangan kedua mertuanya sambil bergantian dan langsung menciumnya. "Mama sama papa hati-hati ya, kalau sudah sampai rumah langsung kabarin Amara atau Mas Samudra"

"Iya nak, mama juga mau minta maaf atas sifat Kanaya yang tadi ya sayang"

Amara hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Tidak masalah ma, Amara sangat memakluminya ma, mungkin jika Sekarang Amara ada di posisi Kanaya, hal yang sama akan Amara lakukan, karena begitu sayangnya Amara sama orang tua Amara"

"Nanti biar mama yang akan ngomong pelan-pelan sama Kanaya" Ucap Mama Sarah sambil memeluk Amara.

"Tidak usah ma, biar nanti Amara sendiri saja yang akan berusaha untuk memberikan kepercayaan sama Kanaya bahwa semua yang Kanaya lihat bukan semata-mata keinginan Amara" Ucap Amara sambil tersenyum.

Tiba-tiba Kanaya menghampiri Mama sarah. "Ayok oma, besok Kanaya harus sekolah"

Amara hanya tersenyum melihat kelakuan Kanaya yang begitu manja dengan neneknya sedangkan disisi lain, Samudra hanya fokus dengan ponselnya sambil menatap sendu wallpaper ponselnya yang bergambarkan foto Samudra sambil memeluk Nara yang sepertinya saat itu sedang mengandung Kanaya dengan foto bernuasa pantai.

"Iya sayang" Ucap Mama sarah sambil menggandeng Kanaya.

"Hati-hati ya Kanaya" Ucap Amara sambil tersenyum.

Dan hasilnya adalah nihil, Kanaya hanya diam tanapa melirik Amara sedikitpun.

"Itu mama Kanaya ngomong, kok gak dijawab sayang" Sahut Mama Sarah sambil tersenyum.

"Dia bukan mama Kanaya, mama kanaya hanya bunda Nara oma" Ucap Kanaya dengan suara ketusnya tapi versi anak kecil.

"Gak boleh gitu Kanaya" Ucap Mama Sarah sambil menggendong Kanaya.

"Sudah ma, tidak apa-apa" Sahut Amara agar Mama Sarah tidak menegur Kanaya yang terlihat belum bisa menerima Amara sebagai ibu sambungnya.

Mama Sarah langsung menghampiri Samudra yang sedang duduk di sofa. "Samudra, mama sama papa pulang ya nak, ingat selalu apa yang sudah disatukan tidak boleh dipisahkan oleh manusia"

Samudra seketika bangun dari duduknya dan langsung memeluk Mama Sarah. "Samudra enggak tahu lagi ma" Ucap Samudra sambil meneteskan air matanya.

"Ingat nak, pernikahan ini terjadi bukan karena kamu, tapi atas permintaan Nara, lakukan sesuai dengan permintaan menantu mama, sayangi Amara seperti kamu menyayangi Nara sayang" Ucap Mama Sarah sambil membalas pelukan Samudra putra kesayangannya.

Setulus Cinta AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang