Cinta yang Hilang

4 0 0
                                    

Hari itu, senja di tepi pantai tampak lebih indah dari biasanya, seolah langit tahu bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka. Angin berhembus pelan, membelai rambut Raka yang berdiri di sebelah Ara. Keduanya terdiam, hanya menikmati suara ombak yang memecah di bibir pantai.

"Raka, kamu tahu... aku selalu percaya bahwa kita ditakdirkan untuk bersama," suara Ara terdengar bergetar, meski senyum manis masih terukir di wajahnya.

Raka mengangguk pelan, matanya menerawang jauh ke horison yang mulai memerah. "Aku juga, Ra. Aku selalu percaya."

"Tapi, hidup seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan," lanjut Ara, suaranya semakin pelan. "Kita bisa merencanakan segalanya, tapi akhirnya, waktu yang menentukan segalanya."

Raka menoleh, menatap wajah Ara yang pucat namun tetap cantik. Ia tahu ini bukan hanya tentang senja yang mulai meredup, tapi juga tentang sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang mereka berdua tahu, tapi tak pernah berani diucapkan.

"Ara..." Raka mencoba berkata, tapi suaranya terhenti di tenggorokan. Semua kata terasa tidak cukup.

Ara menatapnya dalam-dalam, mencoba mengabadikan setiap detail wajah Raka dalam ingatannya. "Aku bahagia pernah mencintaimu, Rak. Kamu membuat hidupku penuh warna, bahkan di saat-saat tergelapku."

Air mata mulai menggenang di sudut mata Raka, namun ia mencoba untuk tetap tegar. "Ara, aku tidak pernah ingin kehilanganmu. Aku tidak siap..."

"Tidak ada yang pernah siap, Raka," Ara memotong, menggenggam tangan Raka dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya. "Tapi kita harus menerima kenyataan, meski itu menyakitkan. Janji ya, kamu akan tetap bahagia, meskipun tanpa aku."

Raka tak sanggup menjawab, hanya air mata yang mengalir di pipinya, jatuh dan menyatu dengan pasir yang basah oleh air laut. Senja semakin meredup, membawa serta harapan dan impian mereka yang tak lagi bisa diwujudkan.

Ara melepaskan genggamannya, pelan namun pasti, meninggalkan ruang hampa di tangan Raka. "Sampai jumpa di lain waktu, Raka," bisiknya pelan, sebelum berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Raka sendirian di tepian senja.

Raka hanya bisa menatap punggung Ara yang perlahan menghilang dalam keremangan, membawa serta sebagian dari dirinya. Dan saat malam benar-benar menelan senja, ia tahu bahwa cintanya pada Ara akan tetap abadi, meski Ara sendiri tak lagi ada untuk menyambut hari esok.

Mereka pernah saling memiliki, namun takdir memisahkan. Dan dalam keheningan malam, Raka sadar, bahwa cinta yang sejati terkadang tak selalu harus dimiliki selamanya.

Dan saat itu juga, hati Raka hancur, dengan luka yang tak pernah bisa sembuh.

---

Senja memudar, cinta itu tetap abadi, meski kini hanya menjadi kenangan yang menyakitkan.

Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang