Bandar Udara Internasional Incheon.
Hanya tersisa 30 menit sebelum keberangkatan mereka ke Jepang, tetapi Ahyeon belum juga terlihat. Ruka, Pharita, dan Asa sudah menyelesaikan proses check-in dan menggenggam boarding pass masing-masing, namun kecemasan terus menghantui mereka.
Asa mondar-mandir gelisah, sesekali melirik layar ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan dari sahabatnya. Pharita pun tak kalah cemas, sementara Ruka mencoba tetap tenang, meskipun kegelisahan jelas terpancar dari wajahnya.
"Bagaimana, Asa? Sudah ada kabar dari Ahyeon? 30 menit lagi pesawat kita akan lepas landas." Pharita bertanya dengan suara penuh kekhawatiran.
"Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi nomornya tidak aktif sejak semalam." Asa menjawab dengan nada gusar. Pharita refleks menggenggam tangan Asa, mencoba menyalurkan ketenangan.
"Ruka, bagaimana ini?" Pharita menoleh ke samping, mencari jawaban di wajah sahabatnya.
"Aku juga sudah mencoba menghubunginya, sama seperti Asa. Tidak ada jawaban. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana." Ruka menghela napas panjang, lalu menatap Asa. "Apa kamu sudah menghubungi Tante Jennie?"
Asa mengangguk pelan. "Sudah, tapi Mommy juga tidak menjawab panggilanku. Bahkan pesanku belum dibalas." Berbeda dari yang lain, Asa selalu memanggil Jennie dengan sebutan "Mommy," sama seperti Ahyeon.
Drrrtttt—
Ponsel Asa tiba-tiba bergetar. Harapan muncul di wajahnya saat melihat nama ‘Mommy’ tertera di layar. Tanpa pikir panjang, ia segera mengangkat panggilan itu.
"Halo, Mommy! Di mana Ahyeon? Pesawat kami akan lepas landas dalam 20 menit lagi!" Asa langsung menyerang Jennie dengan pertanyaan tanpa basa-basi.
Suara lembut Jennie terdengar di seberang sana, tetapi ada nada ragu yang sulit disembunyikan.
"Halo, Sayang. Maaf Mommy baru menghubungi. Mommy ada urusan mendesak."
"Tidak apa, Mom. Tapi di mana Ahyeon?!" Asa terus menuntut jawaban.
Hening sejenak sebelum Jennie akhirnya berbicara, suaranya terdengar berat.
"Sayang, Mommy minta maaf. Tapi Ahyeon… dia tidak bisa berangkat ke Jepang bersama kalian."
Dunia Asa seakan berhenti. Ruka dan Pharita yang memperhatikan perubahan ekspresi Asa semakin dibuat cemas.
"Mommy, kenapa?! Apa sesuatu terjadi pada Ahyeon?" Asa nyaris berteriak, matanya mulai memanas.
"Tidak, Sayang. Kamu tidak perlu khawatir. Ahyeon baik-baik saja." Tapi Jennie terdengar ragu, seolah menahan sesuatu. "Kalian tetap harus pergi ke Jepang."
Asa menggeleng, meski Jennie tak bisa melihatnya. "Tidak, Mom. Aku butuh penjelasan. Kenapa Ahyeon tiba-tiba tidak bisa berangkat? Hari ini adalah hari yang selalu dinantikan-nanti kan, hari ini adalah hari impiannya!"
Namun sebelum Jennie sempat menjawab, suara pengumuman bergema di seluruh bandara.
"Perhatian kepada seluruh penumpang penerbangan ke Tokyo, pesawat akan segera lepas landas dalam 15 menit. Harap seluruh penumpang naik ke pesawat dalam waktu 10 menit."
Jennie menarik napas panjang di seberang telepon. "Sayang, Mommy janji akan menjelaskan semuanya setelah kamu tiba di Jepang. Sekarang kamu harus segera berangkat, jangan khawatir kan apapun. Safe flight, baby. Mommy tutup teleponnya ya." Tut.
Panggilan berakhir. Asa masih mematung, menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong.
"Asa, ada apa?" tanya Ruka dan Pharita hampir bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Ficção AdolescenteAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...