BAB III

3 0 0
                                    

"Untuk hari ini semua berangkat, kecuali Agita, ada yang tau dia kenapa?" tanya guru itu, semua nya hanya saling pandang

"Tanpa ijin ya, oke kita mulai pelajaran nya" ucap nya

***

Keesokan harinya, Anna, Vania, Raya dan teman teman izin sehari untuk mencari kebenaran dari kelas tersebut

Saat berada di tengah perjalanan Anna berteriak "Wei ini hari Kamis, ada ulangan matematika" ucap gadis itu panik "Terus?" tanya Calvin bingung

"Iya, kita kan bisa susulan sayang" ucap Vania "Bukan masalah susulan anjir, masalah nya itu materi susah banget, kalo kita susulan otomatis nanti kita di ruang susulan yang duduk nya punya jarak dan meja nya bersih tanpa coretan bulpen sama sekali, dan gue pesti ga bisa ngerjain karna ga nyontek" jelas gadis itu

"Oh iya lupa!" jawab Vania yang ikut panik "Santai aja, guru nya kan udah pensi udah di ganti sama cowok, jadi aman" jawab Calvin "Iyakah?" tanya Raya

"Enggak tau sih, soalnya gue ngarang" jawab Calvin, Anna yang kesal menjambak rambut Calvin yang sedang mengemudi "Sakit!" ucap nya "Jokes lo ga lucu" ucap gadis itu dengan nada kesal

"Iya ih, gue kira teh Sisri tuh beneran pensi ternyata khayalan lo doang" ucap Vania "Anjir, teh Sisri tuh bu sri?" tanya Darrel "Iya lah, manusia aneh gitu" jawab Raya

Mereka saling canda tawa di dalam mobil hingga tak sadar bahwa mereka hampir tiba pada tujuan

Mereka melihat jalan yang semakin sempit dan terpaksa turun dari mobil dan melanjutkan untuk berjalan kaki

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang kakek tua "Mau cari siapa ya ndok" tanya kakek itu "Oh, kita mau cari pemilik rumah ini kek" jawab Vania sembari menunjukkan foto rumah yang sudah lama

"Kakek pemilik rumah ini, ada urusan apa ya ndok?" mereka semua saling menatap satu sama lain

***

"

Jadi gini kek, kita disini mau tanya soal SMA 1 Angkasa yang—" kata kata Anna terpotong oleh tongkat kakek yang di pukul ke tanah dengan keras

"Jangan sebut sekolah itu, kalian mau apa!" teriak kakek itu "Maaf sebelum nya mengganggu, tapi kita mau bantu anak kakek sama nenek yang udah meninggal.. kita punya temen yang bisa bantu arwah yang enggak tenang kok kek.. boleh ya kek?"

"Celine? Dia masih disini?" tanya wanita tua yang terlihat bahagia atas ucapan Anna "Sejujurnya.. Celine ga tenang, kemungkinan besar dendam nya belum terbalas.." jawab Raya

"Celine masih duduk di bangku nya nek.. dia sedih, sering nangis di saat kelas sunyi fokus sama pelajaran, Vania mau bantu nek.. Vania tau rasanya, sakit.. Celine masih terjebak di dunia manusia.. dia butuh ketenangan.." ucap Vania lirih

Melihat ketulusan yang ada di mata Vania, pria tua itu duduk lalu meletakkan tongkat nya di sebelah kanan nya "Kakek akan cerita kisah Celine sejak masuk SMA itu"

***

C

eline adalah anak satu satunya yang kami punya sebelum ketiga kakak nya meninggal karena kanker dan kecelakaan pesawat, sebelum nya kami adalah keluarga yang memiliki ekonomi yang cukup

Bahkan kami juga memiliki banyak cabang perusahaan, rumah kami di mana mana, setelah kedua anak kami mengalami kebangkrutan kami terpukul

Bahkan yang lebih parah nya lagi, Deon (kakak ketiga) dinyatakan masuk rumah sakit oleh sekolah karena pingsan, Deon dinyatakan memiliki kanker otak stadium akhir

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KELAS UJUNG [BERLANJUT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang