prolog

4 0 0
                                    

Sepasang kaki berjalan menelurusi lorong koridor sekolah. Waktu jam pulang sekolah telah tiba. Banyak anak-anak yang berlari keluar sekolah untuk pulang. Mereka terlihat sangat senang karena telah dijemput oleh orang tuanya. Suara sepatu itu terdengar ketika suara-suara mengganggu itu hilang secara perlahan. Matahari sore yang menerangi sekitar. Lebih cerah daripada disiang hari. Sangat menyilaukan.

Seorang gadis berjalan menuju keluar gerbang. Mendengarkan Ipod, memakai headseat, dan memakai hoodie favorit adalah kebiasaannya. Gadis itu tidak terlalu suka bergaul dengan orang baru. Dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk sendiri. Itulah yang paling sering ia lakukan. Dia tidak terlalu peduli dengan sekitar. Kadang sekolah sudah memberinya larangan tentang memakai jaket dan wajib bergaul dengan orang baru. Tetapi gadis itu tetap bertolak belakang. Dia masih tidak bisa menerima permintaan itu.

Dulu, Ia juga memiliki sahabat. Sahabat yang menurutnya sangat setia dan mudah dipercaya. Tapi sayangnya, Sahabatnya pergi meninggalkannya lantaran ada rumor palsu mengenai dirinya. Rumor itu sangat membuatnya membenci semua orang. Dia sudah berusaha untuk memberitahu tentang rumor palsu itu. Tapi tetap tidak ada yang mendengarkan.

Gadis itu memasuki rumah. Tidak pernah terdengar ada ucapan sedikit pun padanya. Dia seperti hidup sendiri padahal tidak. Suasana dirumah seperti hampa. Bisa juga membuatnya tenang jika berada dikamar. Dia masuk kekamar. Menyalakan lampu, menyalakan komputer, dan mandi. Setelah itu, Ia memakai baju santai. Lalu membuka buku novel favoritnya.

Dia sangat menyukai novel-novel bertemakan fantasi. Apalagi bertemakan tuan putri. Itu yang paling ia sukai. Hobinya selain membaca buku, Ia juga suka berkhayal. Setiap hari ia selalu saja berhalusinasi kalau dia hidup bahagia bersama pangeran. Meskipun itu hanyalah cerita semata. Orang tuanya sedang bekerja keluar kota. Mereka hampir jarang pulang. Gadis itu hanya hidup bersama seorang pembantu yang selalu menemaninya. Tetap saja ia tidak bisa menerima ini.

" Seandainya saja aku bisa hidup seperti dalam cerita fantasi. Tapi itu tidak masuk akal," Gadis itu membalikkan badan kesamping dan kembali membaca buku.

Gadis itu bernama Aneira Amarantha. Dia biasa dipanggil Aneira. Gadis SMA kelas 11. Usianya saat ini adalah 17 tahun. Orang-orang sangat menyukai nama itu. Namanya memiliki artian salju. Tepat peninggalan kakaknya dulu. Saat lahir ibu memberikannya nama Aneira. Kakaknya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Dan saat itu ibu menyukai negara Eropa. Negara yang memiliki iklim cuaca bersalju juga. Bertepatan waktu bersamaan salju turun. Aneira suka menyalahkan dirinya sendiri semenjak itu. Seharusnya ia bisa melihat kakaknya. Tapi malah berakhir tragis.

***

" Hey! Hey! Ayo kita ketempat pernak-pernik!"

" wah aku ikut ya!"

Aneira berjalan dikerumunan para anak-anak sekolah yang sama sepertinya. Tentu saja ia tidak ikut dengan kerumunan itu. Seperti biasa ia mendengarkan musik sendirian. Tidak ingin mendengarkan kata-kata orang itu. Hidupnya seperti dalam dimensi yang kosong, hampa, dan penuh dengan kegelapan. Dia benar-benar sangat menderita.

Brak!

Ia tidak sengaja menabrak seseorang dari depan. Beberapa buku terjatuh. Orang itu membalikkan badan. Tampilannya sangat tinggi, mungkin jika dibandingkan gadis itu. Ia lebih tinggi. Memakai baju serba hitam dan memakai topeng putih dimata. Gadis itu kaget. Dan melepaskan headseatnya. Lalu memungut buku-buku yang terjatuh itu.

" Ma-maafkan saya! Saya tidak sengaja!" Ucap Aneira.

Dia memberikan buku itu kepada orang asing itu. Lalu dia pergi begitu saja. Ia sangat malu atas kejadian ini. Dan merasa heran dengan orang memakai topeng putih tadi. Mungkin orang itu sedang melakukan cosplayer. Ia berlari hingga memasuki bus. Dia menempelkan kartu ke tempelan bus lalu mencari tempat duduk. Dia duduk ditempat paling belakang.

Fate of the Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang