Chapter I : Dimulai~

3 0 0
                                    

Aneira terbangun. Dirinya baru saja terjatuh ketanah. Untung tidak mengenai kepalanya. Pikirannya yang tadinya buram kini kembali. Aneira melihat sekeliling. Seperti berada dihutan yang tidak ia kenal.

" Apa ini? Rambut?" Aneira memegang sesuatu berwarna putih.

Matanya membesar. Ia adalah rambutnya yang telah menjadi warna putih. Ia kaget. Dan mengacak-acak rambutnya dengan penuh ketakutan. Menarik rambutnya yang seakan tidak masuk akal. Padahal rambutnya berwarna hitam seperti orang-orang pada umumnya. Dia mengingat kisah Putih Salju itu. Rambutnya bukan berwarna seperti ini. Mungkin saja ini skenario yang dibuat oleh magician itu. Baju yang tadinya seragam sekolah, berubah menjadi gaun seperti kisah putri salju. Dan ia mengenakn jubah berwarna merah. Ia tidak mengetahui wajahnya seperti apa saat ini. Tidak ada cermin disekitar. Bisa saja ia berubah jadi orang lain. Aneira pun berdiri. Dia mengingat kisah putri salju. Kisah diawali dengan bertemu para kurcaci, bertemu penyihir jahat dan memakan apel beracun. Kemudian bertemu dengan pangeran.

Aneira berencana untuk mencari para kurcaci. Ia bingung harus kemana. Setidaknya ia berharap tidak tersesat dan bertemu para kurcaci dengan cepat.

" Di hutan ini tidak ada petunjuk ya arah rumah para kurcaci? Aku bukan anak pertualangan. Bagaimana bisa aku tahu keberadaan mereka?" Tanya Aneira.

Sudah beberapa lama ia mencari jejak orang-orang kecil itu. Tapi tidak ditemukan. Dan yang pasti ia tidak akan menyerah. Ia terus memohon agar cepat bertemu dengan mereka. Awalnya dia kira akan mudah. Ternyata susah juga. Dipenuhi dengan pohon tinggi dan mencari mereka dimalam hari. Hingga ia melihat sebuah rumah didekat bukit. Tidak terlalu besar. Aneira tersenyum bahagia. Dia berlari kearah rumah itu. Dia berharap bisa bertemu dengan para kurcaci.

TOK! TOK! TOK!

" Ada orang didalam? Permisi," Aneira mengetuk pintu beberapa kali.

Tidak ada jawaban dan pintu tidak terbuka. Aneira melihat kedalam rumah melali jendela. Ruangannya tampak gelap. Mungkin efek ia muncul disini saat malam hari. Tidak ada orang. Mungkin saja orang-orang sudah tidur dan bisa saja tidak berada dirumah. Aneira menghela napas. Dia pun duduk diteras dan menutupi kepalanya denga tudung jubah itu.

" Udara sangat dingin dan aku... Lapar," Aneira memegang perutnya yang sudah keroncongan.

Sejak sebelum ia datang kesini ia sudah lapar. Dia juga sudah meminta bibinya untuk menyiapkan makanan sebelum pulang. Sepertinya bibi akan menunggunya sangat lama. Aneira menahan lapar. Tapi lapar terus menghantuinya. Ia melihat kepohon yang tinggi. Terdapat jeruk yang menggantung. Itu adalah buah favoritnya. Aneira tersenyum. " Akhirnya!"

Dia langsung berlari menuju pohon jeruk. Baisanya dia melihat pohon jeruk itu tidak terlalu tinggi. Tapi kali ini sangat tinggi. Walaupun ia hanya anak rumahan tapi jiwa memanjatnya cukup bagus. Aneira langsung memanjat pohon itu. Dia menaiki satu kakinya kesatu ranting paling atas. Tangannya segera meraih satu buah.

" Aku minta maaf. Tapi ini demi perutku yang sudah lapar," Kata Aneira.

Ia terasaa seperti mencuri buah tetangga. Tapi karena dia sudah lapar. Ia harus relah mengorbankan diri. Mungkin orang itu sudah muncul dan segera memarahinya ia akan meminta maaf sepenuhnya.

DAPAT!

Aneira tampak senang. Tapi sayang, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ranting yang berada di kaki kirinya patah. Gadis itu terjatuh. Ketika sampai didarat, Ia terjatuh oleh sesuatu yang empuk seperti karpet dipunggungnya. Ia langsung berdiri. Terlihat segerombolan anak-anak ayam yang berdiri dibawahnya. Ia lantas kaget.

" A-aku minta maaf! Aku tidak sengaja!" Ucap Aneira.

Para anak-anak ayam itu terlihat sangat lucu dan imut. Mereka terdiri dari 7 ekor. Memakai topi elf dan memakai rompi layaknya para kurcaci. Badan berwarna kuning yang merupakan ciri khas para ayam kecil. Mereka terlihat memegang beberapa peralatan hutan.

Fate of the Snow WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang