Romans || "Di bawah payung ungun"

6 4 0
                                    

Pagi ini di padati orang-orang berjas yang pakaiannya basah terkena hujan, mereka berteduh mengenakan tas-tas yang mereka bawa. Beruntungnya Dila selalu membawa payung ungun kesayangannya.

Berteduh di bawah payung ungu, berhenti di sebuah penyebrangan jalan menunggu lampu merah menyala.

Kesehariannya adalah bekerja di salah satu cafe terkenal di sana, barista cantik julukannya. Hari-harinya terasa baik dan menyenangkan.

Ketika lampu merah menyala, Dila dengan anggun berjalan di atas zebra cross. Namun tiba-tiba seorang pria berjas ikut meneduh dan berjalan beriringan dengannya.

Pikir Dila, mungkin cuman ikut sampai ujung jalan saja. Namun dugaannya salah.

"Antarkan gue ke gedung itu dong!" titah pria itu sambil menunjuk gedung yang berlawanan arah dengan tujuannya.

"Sorry ye gue bukan ojeg payung jadi lu ga berhak nyuruh-nyuruh gue sesuka lu?" bentak Dila.

"Gue bakal bayar lu, jadi cepat gue ada meeting,"

"Terus apa peduli gue? Itu urusan..." Belum sempat menyelesaikan perkataannya Dila ditarik oleh pria itu untuk mengantarnya tepat di depan gedung itu.

Setelah dirasa cukup pria itu memberikan Dila selembar kertas lalu pergi tergesa-gesa tanpa berterima kasih.

"Kurang ajar tuh anak, di kira gue ojek payung apa," gerutu Dila.

"Mana ngasihnya ceban, lusuh pula. Awas aja gue tandai lu Davin," terlihat nama tag pria itu yang sempat Dila baca sebelum pergi, Davin Yanuar.

Dengan gerutuannya selama perjalanan akhirnya Dila akhirnya sampai di coffee shop tempat ia bekerja. Dengan rasa profesionalnya yang tinggi ia melupakan kejadian itu dan melanjutkan kerjanya tanpa hambatan.

Hingga malam hari, sekelompok pria berjas datang dan memesan beberapa coffee. Diantara banyaknya pria berjas itu ada satu orang yang nampak tak asing baginya, yah itu pria menyebalkan tadi. Sepertinya ia harus memberikannya beberapa pelajaran.

Dila mengantarkan pesanan para tamu tersebut dan menaruh coffee itu satu satu persatu di meja. Saat hendak menaruh kopi di meja Davin, pandangan Dila menatap tajam kearahnya seolah ingin mencekiknya kala itu. Melihat itu Davin kesulitan menelan salivanya dengan rahang yang kaku tanpa berbicara. Ada rasa puas di hati Dila melihat pria itu ketar-ketir melihatnya.

Setelah di rasa cukup Dila kembali melenggang ke arah kasir untuk melayani pelanggan yang lain.
Hanya perlu menunggu beberapa tengukan saja, obat yang Dila taburkan langsung bereaksi dengan baik.

Targetnya saat ini tengah mondar-mandir ke toilet karena sakit perut, balas dendamnya berhasil.
Senyum puas ditampilkan Dila yang tengah melayani beberapa pelanggan.

Pelanggan hari itu cukup ramai Dila tidak memperhatikan lagi nasib pria menyebalkan itu yang jelas segerombolan orang-orang berjas itu sudah pergi.

Waktu menunjukkan pukul 21.00 tepat saat Dila menutup cafe itu.

Di luar masih saja gerimis bekas tadi sore alhasil Dila membuka kembali payung ungun yang ia genggam.

Srek!

Payung itu menampilkan siluet seorang pria yang terdiri di depannya, Ketika payung itu benar-benar terbuka dan berada di atasnya nampak jelas Davin Yanuar pria berjas yang menyebalkan itu berdiri tepat di bawah payung bersama Dila dengan menampilkan raut wajah yang marah dan kedua tangannya memegangi perut, namun sisi lain Dila tersenyum puas penuh kemenangan.

...

Kumpulan cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang