2. Anugerah Lain.

174 26 1
                                    

Hai guys, boleh minta tolong  Vote dan
kasih komentar hehe?
Terimakasih sebelumnya 🙏

Lelaki ayu bak Dewi Yunani terbangun dari hilangnya kesadaran. Matanya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk pada netra. Badannya terasa lemas luar biasa. Belum lagi, ada nyeri yang ia rasa ketika air ombak menyentuh kakinya.

Setelah mengumpulkan tenaga, Lelaki berparas ayu itu mencoba untuk bangun. Memeriksa kaki, yang ia dapati sebuah luka gores menodai betis putih miliknya. Tidak dalam, namun cukup membuatnya meringis ketika lagi dan lagi ombak menghampiri.

Lelaki itu mundur perlahan, menjauh dari air laut yang tak pernah diam. Matanya mengedar, mencari tau di mana dirinya berada. Asing. Sangat asing. Beberapa meter di belakang tubuhnya, terdapat hutan yang terlihat menyeramkan. Kembali mengamati sekitar, hanya ada pesisir pantai dengan puing-puing pesawat yang merusak pemandangan. Sedangkan di hadapannya, air laut menghiasi netra sejauh mata memandang.

"Aku di mana?" kalimat pertama yang terucap, terdengar begitu serak.

Tidak ada jawaban yang menimpali pertanyaannya. Satu-satunya sumber suara yang memasuki rungunya hanya ombak yang terus berdebur.

Lelaki itu mencoba berdiri, berniat menyusuri pantai. Namun, satu langkah yang ia lakukan membuatnya mengerang kesakitan. Bukan. Bukan pada betis rasa sakit itu muncul, melainkan pada perutnya yang entah mengapa terasa begitu melilit.

Jeno, lelaki berparas ayu itu, kembali terjatuh sebelum akhirnya meringkuk kesakitan. Ia menahan mati-matian untuk tidak menekan perutnya meski rasa sakit terus menghampiri. Ada rasa panik, juga khawatir dalam dirinya. Bagaimana keadaan janin yang tengah ia kandung? Bagaimana buah hatinya di dalam sana ketika perutnya terasa begitu sakit?

Hingga, Jeno merasa ada cairan yang keluar pada bagian bawahnya. Hatinya mencelos. Fikiran negatif mulai menghampiri. Rasa takut kehilangan begitu besar. Jeno tidak ingin di tinggalkan. Tidak, setelah dirinya dibuang oleh Sang Kekasih. Sebab, Jeno hanya memiliki janinnya yang coba ia pertahankan.

Setelah rasa sakit mereda, dengan lemas Jeno mengecek bagian bawahnya, berdoa dengan penuh harap jika apa yang ada di fikirannya tidaklah benar. Namun seberapa keraspun Jeno berdoa, kenyataan yang ada membuatnya hancur seketika. Ada sedikit noda, seperti noda darah pada celana bahan milik Jeno yang berwarna krem. Hanya sedikit noda, namun dunia Jeno terasa hancur seketika.

Dengan tubuhnya yang lemas, Jeno meraung tak terima. Menyalahkan semesta yang begitu kejam padanya. Janinnya, satu-satunya hal paling berharga yang Jeno miliki direnggut paksa oleh Sang Kuasa. Apa salahnya? Apa dosa yang telah ia perbuat? Mengapa semesta tega melakukan semua ini padanya?

Jeno merasa kosong. Bukan hanya fikiran, namun juga hatinya.

Menangis sembari mengusap perutnya, membuat Jeno merasa hampa. Hingga Jeno lelah dengan segala luka yang ia miliki, Lelaki itu kembali tak sadarkan diri.

Malam menjelang. Dinginnya angin pantai menusuk raga yang kesakitan. Tidak ada penerangan, yang ada hanya rembulan yang menghiasi malam. Di belakang sana, hutan belantara terlihat lebih menyeramkan tanpa pencahayaan.

Jisung menangis. Takut terhadap hantu yang teman-temannya ceritakan di sekolah, ternyata lebih mendominasi dibanding sakit yang ia rasa. Bocah enam tahun itu mengguncang tubuh remaja wanita yang masih tidak sadarkan diri. Tidak peduli, jika Si Wanita mungkin saja kesakitan karnanya.

"Giselle, bangun. Jisung takut." air matanya tak terbendung. Tangannya tanpa sadar memukul dada Giselle dengan keras, mencoba membangunkan Remaja Wanita itu.

Jatuh dan Berlabuh [Renno] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang