Bunga Tidur

373 35 4
                                    

Heeseung x Jongseong

Ini hanyalah cerita karangan, jangan dianggap serius agar tidak menimbulkan konflik.




___





"Bangun! Heeseung, bangun!" Suara lembut itu sayup-sayup terdengar di telinganya.

Heeseung mengerjapkan mata, rasa pegal menyelimuti seluruh tubuhnya. Tertidur dalam posisi duduk dan menyembunyikan kepalanya di antara lutut membuatnya pening. Dia mencoba memfokuskan pandangannya pada sumber suara.

"Sayang, kau tidak apa-apa?"

Terkejut mendengar suara yang sangat dirindukannya, Heeseung mendongak. Di hadapannya, berdiri seseorang yang tak pernah dia bayangkan akan dilihat lagi.

Itu benar-benar istrinya. Jongseong berdiri di hadapannya?

Perasaan tak percaya memenuhi hatinya. Heeseung bangkit dengan tergesa-gesa, mendekat ke arah Jongseong, dan merengkuhnya dalam pelukan yang penuh kerinduan.

Jongseong, melihat keanehan di wajah suaminya, menampilkan raut kebingungan.

Dia tersentak saat merasakan pundaknya basah. Apa suaminya ini sedang menangis?

"Apa terjadi sesuatu, Papa?" tanya Jongseong dengan lembut, tangannya yang lentik mengelus punggung tegap sang suami, mencoba menenangkan.

Heeseung masih menangis, air matanya membasahi bahu Jongseong. Jongseong yang tak tega dan bingung harus berbuat apa, hanya bisa pasrah menunggu keadaan suaminya menjadi lebih stabil.

"Aww... Shh, bisa melonggarkan pelukannya sedikit ngga sayang? Perutku kegencet, kasihan dedeknya." Jongseong tersenyum, mencoba menghibur suaminya. "Udah, yuk, nangisnya. Sini, bilang sama Bunda, Papa habis mimpi apa kok sampai nangis begitu, hm?"

Heeseung perlahan melepas pelukannya, tangannya kini berada di sisi wajah istrinya. Ia menatap Jongseong dalam-dalam, seolah memastikan bahwa ini benar-benar nyata.

"Kamu sungguh istriku?"

Jongseong mengerutkan kening, bingung. Habis kejedot apa suaminya ini mendadak amnesia?

"Iya, aku istri kamu, Papa. Kenapa sih, hmm? Kamu mimpi apa?"

Heeseung kembali memeluk sang istri, kali ini lebih lembut, takut melukai calon anak mereka. Rasa lega mulai meresap ke dalam hatinya, menggantikan ketakutan yang masih menyelimuti pikirannya.

"Mimpiku terasa nyata sekali, Bunda..." Suaranya masih gemetar. Ia mulai sadar bahwa kemarin dia tertidur setelah merenovasi kamar calon anak mereka. Dia tak menyangka akan mendapatkan mimpi yang begitu mengerikan, seolah-olah semua itu benar-benar terjadi.

"Aku nggak mau cerita, soalnya sedih. Bunda ninggalin Papa di situ."

Jongseong tertawa kecil, berusaha menghibur. "Pasti Papa buat jahat sama Bunda sampai Bunda ninggalin Papa di mimpi."

Heeseung menggeleng cepat, matanya masih basah. "Bunda, udah jangan dibahas. Papa nggak mau ingat lagi."

"Iya, Papa. Udah, yuk turun. Sarapannya udah siap. Bunda juga udah nyiapin baju kantor Papa."

Heeseung menggeleng lagi, kali ini dengan senyum tipis di wajahnya. "Nggak mau kerja. Mau sama Bunda aja di rumah hari ini."

"Manjanya Papa. Capek ya papa abis renovasi kamar dedek?"

"Aku ga sadar kalo ketiduran di sini."

"Ayo turun, sarapan udah siap."

Tangan mereka saling bertaut, rasa lega hadir dalam diri Heeseung.

Dengan perasaan yang mulai lebih tenang, Heeseung mengikuti istrinya turun ke bawah. Sekarang, setiap detik yang dia habiskan bersama Jongseong dan calon anak mereka terasa lebih berharga daripada sebelumnya.

_____________
THE END




sesuai ekspektasi kalian belum?

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang