"api api, siapa pun tolong padamkan apinya" ujar seorang wanita paruh baya sembari berteriak kepada sekumpulan warga
Malam yang sunyi kini kesunyiannya tengah di renggut oleh satu keluarga, rumah yang ditempatinya untuk tinggal terbakar oleh api yang entah muncul dari mana membuat semua warga panik terutama pemilik rumah tersebut
"Mama ade takut" ujar seorang gadis kecil, dia berusia sekitar 11 tahun, matanya menampakkan ketakutan di depan sang ibu
"Nak tenang ya sayang ada mama sama papa" ucap wanita itu sembari mengelus pelan surai panjang sang anak, ia memeluk sang ibu dengan erat
"Tapi ma rumah kita terbakar kita tinggal dimana sekarang ma?" Tanyanya yang membuat kedua orang tuanya saling memandang
"Tenang sayang kita akan tinggal di rumah nenek" ucap sang ayah, Anak itu mengangguk ia kembali memeluk sang ibu dengan erat, ayahnya memandang sekeliling dengan bingung ia mencari seseorang yang sejak tadi tak terlihat, "Tya mana mah?" Tanya ayah saat menyadari bahwa salah satu anaknya hilang
"Loh tadi aku kira Tya sama kamu mas" ucap sang ibu kekhawatiran nampak jelas di mukanya, "pasti dia di dalam ma, pa, kalian masih yakin kalau dia masih hidup? Lihat saja ruang kita sudah terbakar sangat banyak?" Ucap anaknya mukanya menampakkan ketidaksukaan saat kedua orang tuanya menghawatirkan saudaranya
Kedua orangtuanya termenung mereka juga berpikir demikian, apakah mungkin anaknya masih selamat sedang api begitu besar melahap seisi rumah
"Yaudah mah, dek, kita kerumah mama kamu ya mah buat sementara ini" ucap sang ayah, ibu dan adek mengangguk lalu ketiganya berjalan menuju mobil tak lupa mereka mengucapkan terimakasih kepada warga lalu mereka benar-benar pergi dari tempat itu
Sedangkan tanpa seorang tahu seorang gadis kecil bersembunyi di ruang bawah tanah kamarnya, tempat dimana ia bermain dengan boneka-bonekanya
"Mah, pa, kalian dimana? Tya takut" ucap gadis itu raut ketakutan jelas tertampang di mukanya, ia memeluk boneka kesayangannya dengan erat, kondisinya sudah sangat berantakan, rambutnya yang sedikit kusut, mukanya cemong, serta beberapa bagian bajunya ada yang robek
"Mama, papa tolong bawa Tya keluar, Tya takut" eluhnya saat ini dia benar-benar ketakutan bagaimana tidak ruangan ini sangat gelap karena listrik sudah padam, dan diluar api masih menyala, Tya terus memeluk bonekanya dengan erat hingga tak lama ia pun pingsan.
9 tahun kemudian
Brum Brum
Pagi yang syahdu dan sejuk Kini harus terlihat polusi juga kebisingan, dikarenakan 6 orang remaja melakukan balapan sembari menuju sekolah
"Oy dek hati-hati, astaghfirullah"
"Anjir, oy saka tunggu gua anjg" ucap salah satu dari mereka
Lama mereka kebut-kebutan hingga mereka sampai di sekolah, mereka memarkirkan motornya sejajarr, keenamnya turun dengan tawa
"Kenapa lu shad?" Tanya seorang murid bernama tag Akhtar
"Ah asu lah kepala gua tadi Kena timpuk sendal emak-emak yang tadi, sakit bgt anjir" balasnya ia bernama tag Arshad
"Lagian lu lama banget" balas siswa bernama tag Jihan
"Bukan gue nya yang lama ege, lu pada kenceng-kenceng banget" ucap Arshad masih memegang kepalanya yang masih terasa ngilu padahal ia menggunakan helm tapi tetap saja sakit, memang benar kekuatan emak-emak tidak bisa di ragukan

KAMU SEDANG MEMBACA
ELECTRA
Teen FictionMenceritakan tentang pencarian keluarga asli gadis bernama Tya yang sempat terpisah saat insiden kebakaran di rumahnya