PROLOGUE

229 17 1
                                    

⚠️ ---  ini cerita femdom ( female dominan ), kalau ga suka langsung tinggalin aja, jangan tinggalin komen sampah. makasih.

Evara duduk dihadapan Bramasta, Ayahnya. Memangku sebelah kaki sambil memandang sang Ayah dengan tatapan datar. Evara tau pasti maksud kedatangan tua bangka ini, apalagi jika bukan untuk mendesaknya melakukan sesuatu.

"Ada apa?"

"Menikah."

Evara menaikkan sebelah alisnya. Ah, jadi kedatangan Ayahnya kemari hanya untuk memberitahu bahwa dia akan menikah? Wow. Evara cukup terkejut akan hal itu.

"Silakan." jawab Evara dengan tenang.

"Kamu yang menikah, Evara."

"No."

"Kenapa?"

"Hanya tidak ingin."

Ucapannya yang seperti itu membuat pikiran Bramasta bercabang. Pemikiran yang tidak-tidak tak dapat disangkal terhadap putrinya itu. Apa Evara sebenarnya impoten? Ataukah tidak tertarik pada lawan jenis atau apa? Bramasta tidak mengerti.

"Pikiranmu jelek sekali, Bramasta."

Bramasta berdecak. Sudah menebak jika Evara dapat membaca pikirannya. Dan untuk panggilan tak sopan itu, Bramasta tak peduli, ia sudah terbiasa. "Baiklah kalau memang kamu tidak ingin menikah. Tapi datanglah ke alamat itu nanti malam. Aku tidak menerima penolakan, Evara." Bramasta meletakan sebuah kertas kecil ke atas meja.

Evara tersenyum remeh. "Memangnya kapan aku menolak permintaanmu, Pak Tua?"

"Baru saja. Kamu menolak permintaanku untuk segera menikah." jawab Bramasta.

"Kecuali yang satu itu."

"Whatever." Bramasta beranjak duduk sembari merapikan jasnya. Dia menatap Evara sekali lagi dan berkata, "Datang, atau perusahaanmu yang tak seberapa itu ku hancurkan." kemudian pergi begitu saja.

Evara berdecak kecil. Mengambil kertas kecil itu, membaca alamatnya sejenak kemudian membuangnya dengan malas. Evara berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu, membuat seorang wanita yang menunggunya diluar bergegas menyusul.

"Antar aku ke Rumah Merpati, Sarah."

"Baik, Miss."

——

"Oh, wow... "

Evara menatap tertarik pada gumpalan di hadapannya ini. Berjalan mendekat, Evara duduk disampingnya. Matanya meneliti kulit seputih susu itu dengan seksama, lalu pada matanya yang terpejam damai, bulu matanya begitu lentik menambah kesan cantik.

Sejenak Evara berpikir.

Apa maksud Bramasta menyuruhnya ke sini? Dan apa maksudnya kehadiran gumpalan daging cantik ini?

Evara sedikit menjauh ketika gumpalan itu bergerak tak nyaman. Menggumamkan kata 'Mama' sambil merengek-rengek kecil sebelum matanya terbuka menampilkan sorot sayu.

Cantik.

"Hiks... "




----
TBC.

Evara ; Loving youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang