01 : Who is He?

202 13 0
                                    

⚠️--- ini cerita femdom ( female dominan ). Kalau gak suka langsung tinggalin aja, gausah ningalin komen sampah. makasih.

------

"Apa maksudmu?"

Bramasta menaikkan sebelah alis, menatap Evara remeh. "Apa?"

"Siapa pria itu?" tanya Evara. Suaranya yang rendah membuat bulu kuduk Sarah berdiri tak jauh dibelakangnya meremang.

Bramasta terkekeh santai, seolah ia sudah memperkirakan hal ini terjadi. Kedatangan Evara ke perusahaan miliknya secara mendadak pasti bertujuan untuk menanyakan pria yang ditemuinya di rumah merpati. Tidak salah dan tidak meleset sedikitpun.

Bramasta sudah merencanakan hal ini dalam waktu yang lama. Bramasta sengaja tidak memberitahu keberadaan pria itu di awal agar Evara tidak menolak. Ya... Walaupun harus mendapatkan dobrakan keras di pintu ruangannya karena itu, Bramasta tak masalah selagi Evara telah menuruti perintahnya untuk datang ke rumah tersebut.

"Sudah menemuinya?"

"Apa tujuanmu?"

Bramasta menghentikan tawa. Menyangga dagu dengan tangan di meja lalu memiringkan kepalanya dengan senyum menyebalkan. "Tujuanku? Mungkin... Membuatmu menikahinya?"

Evara mengeraskan rahang. "Aku yakin kau tidak setua itu untuk melupakan ucapanku siang tadi, Bramasta."

Biasanya, Bramasta akan sedikit marah jika Evara mengatainya tua dalam situasi seperti ini.

"Ya.. ya.. ya..,"

Tapi kali ini tidak.

"Aku memang sudah tua, dan aku ingin kau menikah."

Ekspresi Evara tidak berubah, masih dengan rahang mengetat dan pandangan tajam yang menghunus Bramasta dari tempatnya berdiri.

"Berhenti menatapku begitu." Bramasta merubah posisi duduknya. Dia duduk tegap dengan pandangan tajam. Suaranya memberat, tidak ada nada main-main kali ini. Waktu untuk bermain-main sudah habis. Bramasta tidak se-sabar itu untuk membujuk Evara agar mau menuruti perintahnya.

"Turuti perintahku."

"Aku menolak."

Kali ini, raut wajah Bramasta yang mengeras. "Sedari dulu sampai sekarang, aku tidak akan pernah menerima penolakan, Evara. Sudah kukatakan, pilihanmu hanya ada dua. Dekati dia dan menikah dengannya, atau semua bisnismu ku hancurkan."

Sialan. Bramasta rupanya tau sekali bahwa Evara sangat menggilai pekerjaannya. Semua bisnis yang di bangun Evara adalah hasil usahanya sendiri tanpa campur tangan Bramasta. Segalanya ia mulai dari nol sampai bisa setinggi sekarang ini. Namun, diatas langit masih ada langit.

Kekuasaan Evara memang sudah terbilang besar dan sukses, tapi masih belum cukup untuk menyaingi atau bahkan melawan Bramasta yang memiliki kekuasaan dimana-mana. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa Pria tua itu dapat dengan mudah menghancurkan segala kekuasaan yang Evara miliki.

Bramasta, memang sudah menyiapkan ini dengan sangat baik.

Evara memandang Bramasta tajam sekali lagi sebelum berbalik meninggalkan ruangan. Sarah membungkuk hormat pada Bramasta lalu keluar mengikuti majikannya.

Sarah tau, Evara saat ini tidak sedang dalam mood baik. Bekerja bertahun-tahun bersama Evara, membuat Sarah hafal kebiasaan majikannya ini ketika sedang kalut dan diliputi amarah. Maka dengan cepat-- ketika Evara masuk ke dalam mobil-- Sarah segera bersiap untuk melajukan mobil menuju bar.

Tempat pelampiasan Evara ketika sedang diliputi amarah.

"Ke Rumah Merpati sekarang."

Sarah terkejut? Tentu.

"Baik, Miss."

Sarah melirik majikannya dari pantulan kaca, ia sontak bergidik dan mulai melajukan mobil mahal itu dengan jantung berdegup kencang. Evara terlihat sangat menyeramkan dengan aura mencekam.

Tapi meski jantungnya berdegup takut, Sarah mensyukuri satu hal. Yaitu, ia tidak akan menginjakkan kaki di bar dan berakhir membopong tubuh tinggi Evara yang tepar seperti malam-malam sebelumnya.

Sarah bersyukur akan hal itu.

--
TBC

Ada yang mau kasih tau Evara siapa cowok itu?

Evara ; Loving youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang