Kembali ke Kedai Kopi

213 14 0
                                    

Nara menjalani hari yang sama lagi, tapi kali ini rasanya berbeda. Langkahnya lebih ringan, senyumnya lebih lepas. Ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa lebih terang, meski dunia di sekitarnya masih berjalan di pola yang sama. Saat dia berjalan menuju kedai kopi tempat dia selalu bertemu teman-temannya, hatinya penuh harapan. Mungkin, untuk pertama kalinya, dia merasa tidak benar-benar terjebak. 

Di kedai kopi, suasananya persis seperti biasa—meja kayu yang sama, cangkir kopi yang selalu tersusun rapi, dan aroma khas yang menenangkan. Tapi kali ini, Nara melihat semuanya dengan sudut pandang baru. 

Archen, yang sedang mengaduk kopinya, menatap Nara dengan ekspresi penasaran. “Nara, kamu kelihatan beda. Apa yang terjadi?” 

Nara tertawa kecil sambil duduk di kursi favoritnya. “Aku rasa... aku sudah menemukan sesuatu yang penting. Bukan soal mengubah harinya, tapi tentang mengubah cara aku melihat hari ini.”

Dunk, yang duduk di sebelah Archen, tersenyum lebar. “Itu filosofi yang bagus. Kadang, perubahan terbaik memang dimulai dari dalam.” 

Chimon, yang biasanya pendiam, mengangguk perlahan. “Semoga kali ini kamu benar-benar bisa menemukan jalan keluar.” 

Phuwin, yang sedari tadi diam sambil menyeruput kopinya, tiba-tiba meletakkan cangkirnya dan menatap Nara dengan penuh perhatian. Dia meraih tangan Nara, jemarinya hangat dan menenangkan. “Apa pun yang terjadi, kita semua ada di sini untukmu, Nara. Kamu nggak pernah sendirian.”

Mendengar itu, Nara merasa hatinya semakin hangat. Dia menatap satu per satu teman-temannya, mencoba menahan emosi yang tiba-tiba menyeruak. “Kalian tahu,” katanya dengan suara pelan tapi tegas, “Aku terlalu sibuk mencari jawaban di luar sana. Padahal, mungkin jawabannya selalu ada di sini. Di dalam diri sendiri. Aku nggak bisa mengubah semua hal, tapi aku bisa mengubah cara aku menghadapi semuanya.” 

Archen mengangkat cangkir kopinya, senyum lebarnya seperti mengajak semua orang untuk ikut bersulang. “Untuk Nara yang baru. Yang akhirnya menemukan jalannya.”

Dunk dan Chimon mengikuti, cangkir mereka terangkat dengan semangat. “Untuk Nara yang akhirnya keluar dari labirin perasaannya,” tambah Dunk dengan nada bercanda. 

Phuwin, yang masih memegang tangan Nara, memandangnya dalam-dalam. “Dan untuk Nara yang berani jujur sama dirinya sendiri,” katanya dengan suara yang lembut tapi penuh makna. 

Nara tersenyum, kali ini lebih tulus dari sebelumnya. Dia tahu, lingkaran waktu ini mungkin belum benar-benar berakhir. Esok hari mungkin masih akan terulang. Tapi dia juga tahu satu hal—dia telah berubah. Dan perubahan itu, sekecil apa pun, adalah kemenangan. 

Mereka tertawa bersama, berbagi cerita dan candaan, seolah dunia di luar sana tidak lagi relevan. Dan untuk pertama kalinya, Nara merasa bebas—bukan karena lingkaran waktunya terpecahkan, tapi karena dia akhirnya memahami bahwa perubahan terbesar selalu datang dari dalam. 

[END] Repeat the Moment PondPhuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang