Jengah

1K 121 17
                                    

"Pulang sama siapa?"

"Apaan sih, Ra."

"Aku tanya. Kemarin pulang sama siapa?!"

"Jaehyun."

"Oke."

****

"Sejak kapan kamu ngerokok?"

"...."

Rora tak acuh. Memilih diam sambil menikmati putung rokok miliknya. Menyesapnya tanpa peduli adanya gadis yang berdiri didepannya dengan dengusan jengah.

"Ini, kamu mau kemana lagi bawa-bawa tas? Mau bolos lagi?"

"Ck! Bukan urusan Lo."

"Lee Dain!"

Yang dipanggil tetap saja melenggang. Memanjat pagar belakang sekolah. Tak acuh dengan panggilan itu.

****
"Mereka bukan temen yang baik buat kamu, Ra!"

"Maksud Lo apa ngomong gitu?"

Ahyeon mengendurkan bahunya. Terlihat sekali dirinya sudah amat lelah, berkali-kali menasehati gadis yang lagi dan lagi kabur dari mapel, dan kini malah asik tidur di rooftop.

"Liat kamu sekarang, Ra ... Kamu jadi jarang masuk kelas. Sering bolos. Ngerokok."

"Ra ... Jangan gini dong."

"Brisik."

****

"Ri ada apa?"

Pharita yang tengah berlari, Ahyeon cegah.

Bukan hanya Pharita, tapi siswa-siswi yang lain juga berhamburan. Sepertinya hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa.

Dirinya mengurung diri diperpus. Karena disana, ia bisa tenang.

"Duh, Yeon. Pacar kamu mukulin Jaehyun dikantin."

"Apa?"

****

"Ngerasa hebat banget gitu bikin anak orang babak belur?"

"Ya."

"Dain ...."

Rora yang sedang mengompres wajahnya yang memar, mendadak menghentikan gerakannya.

Gadis urakan itu menatap sebentar pada gadis yang statusnya sebagai kekasihnya dengan senyuman tipis.

"Bahkan saat keadaan gue kayak gini Lo bahkan gak peduli, Yeon?"

****

"Ra, pacar Lo tuh," senggol Ryujin pada temannya yang asik dengan putung rokoknya.

"Cabut aja yuk. Ngeri liat Ahyeon." Sambung Yujin.

"Serem anjir." Kini Ruka yang sudah siap-siap kabur.

"Dah ah, ayo cabut anjirr." Usulan Rami disetujui yang lain.

"Ayo ...."

Rora hanya melirik malas pada keempat temannya, sebelum akhirnya ia membuang putung rokoknya dan langsung menginjaknya.

Sedang Ahyeon yang baru saja berpapasan dengan teman-teman kekasihnya, menghela.

"Bolos lagi?" tanya Ahyeon setelah ia berdiri didepan duduknya Rora.

Pertanyaan Ahyeon, Rora abaikan. Gadis jangkung itu masih menginjak rokoknya.

"Ra?"

Rora masih acuh. Ahyeon menghela, tak berniat sama sekali untuk duduk disebelah kekasihnya itu.

Entah apa yang membuat gudang begitu menarik bagi Rora dkk dibanding dikelas. Sungguh, Ahyeon tak habis pikir.

"Ra aku mau ngomong."

"Dari tadi Lo juga ngomong."

Ahyeon sungguh jengah sekali rasanya. Ia cape. Malu.

"Aku cape sama kelakuan kamu."

"Gue tau."

"Aku malu, Ra. Kamu kayak gini terus gak ada berubah-ubahnya. Aku OSIS, tapi kamu kayak gini terus. Kamu ga ngehargai aku tau gak, Ra."

"Hm."

"Ra? Aku mau kita putus."

Rora yang masih asik memainkan bekas rokoknya, tersenyum kecil mendengar itu.

Ia lantas mendongak, menatap gadis yang begitu jauh darinya.

Ya, jauh.

Lebih jauh dari langit dan bumi.

Rora sadar diri.

Ia lantas berdiri, membuat Ahyeon refleks memundurkan kakinya satu langkah.

"Oke."

"Rora ..." gumam Ahyeon tidak percaya. Rora setuju begitu saja tanpa membantah?

"Lo ngaku pacar gue, kan?"

Ahyeon meneguk ludahnya, saat mata mereka bertemu dalam pandang.

Ahyeon terdiam saat melihat mata gadis jangkung yang baru saja berubah status menjadi mantan kekasihnya itu tengah memerah.

"Lo pacar gue, tapi kemana saat ibu gue dibunuh, Yeon? Kemana Lo saat gue terpuruk karna bokap gue dipenjara? Lo ga ada, kan?"

Ma-Maksudnya?

"Ga ada. Lo ga tau. Kalo bukan temen-temen gue, gue sendiri disaat-saat itu. Dan sialnya, Lo malah bilang temen gue temen ga baik?"

"Lo lucu! Bego!"

Hey? [Rora • Ahyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang