Bab 34

323 71 7
                                    

Komen yang banyak guys... Karena di Karyakarsa udah sampai EP 3. Dan ketiga EP itu enggak akan posting di Wattpad.

----------------------------------------------------------------------------------------

Apa-apaan dah hidup gue ini? Aneh banget sumpah. Disaat gue harusnya sedih karena ending pertunangan gue sama Shella diambang kehancuran, eh ... bisa-bisanya dalam 2 hari terakhir mood gue berubah menjadi jauuuhh lebih baik. Bahkan gue ngerasanya jauh lebih baik dibanding waktu gue masih tunangan sama Shella. Sumpah demi apapun, kenapa bisa seaneh ini sih? Apa gue udah terlalu pasrah perjuangin hubungan sepihak sama Shella hanya karena TANGGUNG JAWAB? Atau emang gue enggak mau ambil pusing lagi sama tuh cewek yang udah pergi sama cowok lain dari kapan tau.

Hahaha, kalau dipikir-pikir lucu juga, ya. Gue sibuk bikin PB gue sehat demi dia, eh ... tahunya dia cari PB lain. Kocak ... kocak. Dasar hidup, kalau enggak diketawain, ya ngetawain diri sendiri.

Tapi yaudahlah ya, gue sekarang balikin ke dia aja. Kalau sampai beberapa hari kedepan dia enggak ada hubungi gue, minta maaf kek, atau minta balikan kek, walau enggak mungkin juga sih, gue enggak akan hubungi dia duluan. Biarin aja, biar dia tahu gue juga bisa marah karena kelakuan sembarangan dia sama cowok lain.

"Bro ..." panggilan kencang dari Louis bikin gue sadar dari lamunan. Sejenak melambai, sore ini emang gue sengaja ngajak dia ketemuan. Buat ngomongin furnitur yang sebelumnya udah gue pesan sesuai pesanan Shella.

Yah, kali ini gue pengen buru-buruin dia bukan karena rumahnya mau gue pakai sama Shella, melainkan jika kerjaan Louis udah selesai, dan Aris, design interior udah bilang oke terus masuk tahap finishing, rasanya gue mau segera daftarin rumah itu ke agen property biar langsung dipromosiin kalau mau DIJUAL.

DIJUAL? Yap. Untuk apalagi coba gue pertahanin? Rumah sebesar itu buat dipakai tinggal sendirian mah bisa makin gila gue. Cukup rumah nyokap gue aja yang gedenya hampir seluas lapangan sepak bola.

"Tumben banget lo ngajakin ketemu di sini?" ucap Louis yang tersenyum lebar dan kebingungan melihat lokasi kami bertemu bukan di tempat biasa, melainkan di tempat baru sesuai rekomendasi si kendi alias panda besar yang kemarin ini baru gue temui.

"Cobain hal baru lah sekali-kali, jangan itu-itu aja," ucap gue sok iye banget kalau didengar. Tapi emang benar kok enggak ada salahnya sesekali cobain hal baru?

"Owh, siap! Hahaha, gue pikir lo lagi kepo sama tempat-tempat makan model begini?"

"Hahaha, sekalian. Kan sambil makan kita bisa amati, tiru terus kita modifikasi deh. Siapa tahu hasilnya jauh lebih baik dari ini."

"Siap! Siap! Orang kebanyakan duit begini emang."

Saat gue lihat Louis udah duduk nyaman di depan gue, sengaja gue minta pelayan untuk membuatkan pesanan yang Louis pinta, sebelum kami bicara serius mengenai rumah mewah itu.

"So ..." seru Louis seolah tahu ada yang mau gue omongin sama dia.

Diawali dengan senyum, gue menatap Louis sambil bersidekap, "Kapan jadinya furnitur di rumah gue?"

"Semua masih tahap finishing, cuma gue masih belum berani kirim hasilnya ke lo. Takutnya calon istri lo kecewa lagi sama hasilnya. Jadinya gue masih usahin semuanya dibuat dari bahan yang terbaik. Gimana? Udah pengen lo tempati banget ya tuh rumah? Sewa apartemen dulu lah after married. Emang calon istri lo mau buru-buru tinggal di sana?"

Meringis macem kuda, gue menggeleng perlahan. Kalau Louis tahu tuh rumah mau langsung gue jual gimana ya reaksinya?

"Enggak bisa ya, bro? Duh, gue jadi enggak enak sama lo. Udah bayar dua kali lipat, dengan perjanjian sebulan, tapi kayaknya bakalan mundur deh semuanya. Gimana dong, Bro? Kemarin gue juga udah ketemu sama Aris, design interior yang lo pakai. Beberapa gambaran bentuk furnitur yang udah lo pesan, sesuai pesanan calon istri lo, katanya kurang cocok sama design yang dia buat untuk interiornya. Susah banget bro. Ternyata gue sama tim, enggak bisa 100% puasin keinginan kalian."

Whimsical LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang