~ ALUNAN 1 ~

359 79 7
                                    

Cobalah kita cek ombak, ya. Kita post lah satu chapter dulu, hehe.

Aku ingatkan; fokus baca tiap kalimatnya, jangan sampe ada yang ke skip, takutnya ntar misskom. Bakal ada banyak perpindahan latar dan alur. So, tetep fokus, ya!p

Pencet bintang dulu, yuk. Biar ga lupa.

Udah? Lanjut.

Bulan purnama telah memancarkan cahayanya yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan purnama telah memancarkan cahayanya yang indah. Mulai terdengar lolongan serigala sayup-sayup dari dalam hutan. Debur ombak tidak begitu beringas, namun para penghuninya tengah kalang kabut. Pulau dan perairan besar ini telah menelan seorang Siren kesayangan lautan. Siren berekor emas nan menyala, hilang begitu saja saat dia sedang mengalunkan suara indahnya.

Andrew.

Siren berekor emas, dengan rambut kuning keemasan itu sukses membuat seluruh kelompoknya cemas dan khawatir. Tidak ada yang bisa tidur dengan tenang, apalagi Arthur selaku kakak tertua dan pemimpin kelompok Siren.

"Aku sudah bilang pada Siren penjaga dan petarung untuk mengawasi permukaan air. Kenapa kalian bisa lengah?" Arthur menatap ke barisan Siren yang memang ditugaskan menjadi pasukan penjaga dan petarung. Mereka yang ditatap hanya bisa menunduk. Memang salah, tidur sejenak saat jam bekerja. Dipikir semua aman, ternyata malah kecolongan.

"Apa jangan jangan para nagalah yang menculik adik?" Dew mencoba menebak-nebak. Mungkin saja, mengingat ambisi Louis untuk menaklukkan laut begitu besar. Padahal sayap kirinya sudah dipatahkan oleh dewa Devon.

Tapi sayang sekali, hal itu tidaklah benar. Louis memang ingin menguasai lautan, tapi dia tidak pernah kepikiran untuk menculik dan menyekap seekor Siren. Ini semua tak lain adalah ulah dari Jacko. Manusia yang dikutuk Devon menjadi monster setelah memakan buah Asya.

Malam itu, angin malam berhembus lirih, beradu dengan gulungan ombak, menghasilkan melodi melodi abstrak yang tidak indah sebenarnya. Namun suasana sendu ini sukses membuat Siren penjaga dan petarung; mengantuk. Setelah celingak celinguk, memastikan semua aman, mereka pun dengan lancangnya menutup mata dan tidur. Mengabaikan titah pimpinan mereka.

Saat inilah, Siren yang paling nakal; Andrew, diam-diam keluar dari kamarnya dan berenang ke permukaan air. Sinar rembulan tidak begitu terang, namun tetap bisa menyinari sebuah batu karang di dekat bibir pantai.

"Sepertinya suaraku akan terdengar indah bila aku duduk di sana" Pikir Andrew dengan polosnya. Benar saja, dia segera berenang mendekati bibir pantai untuk menaiki batu karang yang tak begitu tinggi.

Rambut kuning keemasan, dan ekor emasnya bersinar cerah terkena sinar rembulan. Persis seperti sebuah permata yang menyala di kegelapan.  Bahkan tubuh putih bersih basah tak tertutup apapun itu, turut berkilauan. Melodi demi melodi ia keluarkan dari mulut kecil, dengan bibir plum itu. Ia begitu larut oleh suasana malam hingga tidak menyadari sesuatu tengah mengintainya dari dalam hutan.

Nyanyian Laut MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang