Lamaran kerja

174 21 0
                                    

Yeonjun bingung. Seminggu lamanya ia berusaha mencari pekerjaan untuk kedua orangtuanya dan adik kesayangannya.

Ayahnya tiba-tiba jatuh sakit, Ibu nya harus mencari pekerjaan serabutan dan itu tidak cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya. Terlebih lagi adiknya akan menginjak high school yang artinya akan banyak pengeluaran.

Yeonjun kini tengah kuliah. Di bantu dengan biaya pendidikan dari pemerintah pusat, ia berhasil meraih beasiswa terbaik dan mampu menjadi anak yang tidak terlalu merepotkan orang lain.

Akan tetapi masalah yang melanda keluarga nya tentu tidak membuat Yeonjun tinggal diam. Ia berada di kota dan berusaha mencari pekerjaan untuk uang tambahan di rumah. Ia sudah dewasa dan ia harus bisa membantu orangtuanya.

Sudah berkali-kali Yeonjun meminta semua teman-temannya yang mungkin memiliki akses di beberapa perusahaan atau tempat kerja yang mungkin bisa menjadi tempat kerjanya. Namun hasil nya masih nihil, rasa putus asa Yeonjun mulai melanda.

Jika Yeonjun mengandalkan uang saku dari beasiswa itu, tidak mungkin ia bisa hidup di sini. Ia harus mencari uang tambahan bukan.

Bahkan saat di kelas pun, Yeonjun sampai tidak fokus pada dosen yang mengajar. Karena tingkah laku Yeonjun yang mulai aneh, beberapa dosen mulai melaporkan tentang keadaan Yeonjun yang sebenarnya.

Dosen wali yang sangat disiplin itu mengirim surat cinta pada Yeonjun untuk bertemu. Yeonjun sudah menyadari bahwa sikapnya mulai berubah akan tetapi keadaan yang membuatnya demikian.

"Yeonjun, apakah anda memiliki masalah akhir-akhir ini? Saya mulai sering mendapatkan laporan tentang anda. Jangan lupakan bahwa anda adalah mahasiswa beasiswa." Tanya sang dosen wali namun nadanya sangat mengintimidasi.

"Maaf, pak Lee. Keadaan keluarga saya sedang buruk, saya butuh pekerjaan. Saya prustasi karena tidak mendapatkan pekerjaan dengan segera agar membantu orangtua saya di rumah." Jelas Yeonjun dengan jujur.

Mau bagaimana lagi Yeonjun tidak bisa untuk berbohong akan keadaannya sekarang. Ia tidak suka berbohong, apalagi pada dirinya sendiri.

"Hanya itu?"
Dan di angguki oleh Yeonjun.

Mengerti dengan situasi anak didiknya. Dosen wali pun mencari sesuatu yang sempat ia dapatkan di perjalanan menuju kampus.

"Ini. Saya sempat mendapat brosur tentang pekerjaan. Siapa tahu anda bisa mendapatkan pekerjaan itu. Saya harap anda juga mengingat bahwa anda adalah mahasiswa beasiswa dan tolong untuk kerjasamanya agar beasiswa anda tidak di cabut." Dosen wali pun memberikan brosur itu pada Yeonjun.

Yeonjun dengan cepat menerima kertas itu dengan semangat. Mengucapkan beribu kata terimakasih atas bantuan dari dosen wali nya. Meski terkesan killer, tetapi dosen walinya itu sangat mengerti akan keadaan anak didiknya.

Selesai berbincang-bincang, Yeonjun memilih langsung menuju tempat bekerja. Tidak mau menunggu lama dan menghilangkan kesempatan emas ini.

Di perjalanan menuju alamat yang tak jauh dari kampusnya tentu membuatnya semangat. Jika nanti ia bekerja di sana, jarak tempuh dari kampus ke tempat kerja tidak jauh.

Hanya menaiki bus satu kali, Yeonjun sudah sampai di alamat tempat pekerjaan ini. Ia dengan senang hati menemui penjaga yang ada di gerbang.

"Eum.. permisi tuan? Apakah benar alamat ini sesuai dengan brosur pekerjaan ini?"
Yeonjun memberikan kertas itu kepada penjaga.

Penjaga itu terdiam, "Memang benar. Tapi Tuan Muda hanya menyebar lowongan untuk para penjaga."

Penjaga itu terdiam kembali. Menatap tubuh Yeonjun dari atas hingga ke bawah. Sepertinya jika Yeonjun bergabung ke dalam pekerjaan ini, kemungkinan kecil akan lolos.

A Toy Story | SoobJunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang