Dua Minggu pasca insiden penembakan, keluarga Sanchez semakin gencar melakukan penyerangan. Wilayah-wilayah bagian timur telah habis dikuasai Kartel Sanchez. Sepertinya usaha Bill untuk melakukan negosiasi berakhir gagal dan Darren harus mulai mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
Lelaki itu menggoyangkan gelas kristal berisi whiskey dengan tatapan kosong ke depan. Berdiri di depan meja bar dengan sebelah tangannya menopang dagu. Dahinya berkerut sesekali, lalu mengembuskan napas kasar sebelum akhirnya menenggak minumannya hingga tandas.
Jelas sekali terlihat kepanikan dan ketegangan dari raut wajahnya. Banyak hal yang dia pikirkan di situasi seperti ini. Sedikit banyak dia menyesali beberapa hal yang dia lakukan dalam kurun waktu beberapa bulan ini. Salah satunya adalah keputusannya untuk menikahi Naomi.
Entah apa yang ada di benak lelaki itu saat dengan mudahnya menyuruh Naomi untuk menikah dengannya. Malam itu, dia agak terkejut melihat perdebatan mucikari dan seorang pria buncit di club tempat dia menikmati waktu saat senggang. Dia suka minum-minum di situ bersama teman-teman, kolega, dan juga orang-orangnya. Namun, malam itu berbeda. Yang membuatnya agak terkejut adalah seorang gadis yang berdiri di antara mucikari dan juga pria buncit itu, yang berhasil mencuri perhatiannya.
Cukup lama dia menikmati adegan di depannya sembari mengingat siapa wanita itu. Wajahnya tidak begitu asing, tapi dia lupa pernah melihat wajah itu di mana. Dan begitu berhasil mengingat wajah itu, seketika tubuhnya secara refleks bangkit dari duduk dan melangkah menghampiri mereka.
Naomi. Wanita yang sudah lama tidak dia temui. Pantas saja dia sempat kebingungan untuk mengenali gadis itu karena sekarang bentuk tubuhnya sudah berubah. Tidak lagi gendut seperti saat sekolah dulu. Wajahnya yang dulu chubby pun kini menjadi tirus dan terlihat semakin cantik.
Astaga! Tak pernah dia memperhatikan wajah seorang gadis sedetail itu. Dia tidak pernah tertarik dengan wanita. Menurutnya, mereka hanyalah makhluk pengganggu. Namun, bertemu dengan Naomi membuatnya melupakan segala doktrin yang sudah ditanamkan oleh kakeknya sejak dia kecil.
Dia seperti enggan membiarkan Naomi, gadis sepolos itu, berada di tempat seperti ini. Lagipula jika dia tidak menikahinya, maka sudah barang pasti mucikari itu akan kembali menjajakkan Naomi kepada orang lain. Dia tidak rela. Naomi hanyalah miliknya. Dari dulu hingga sekarang, dan sampai kapanpun Naomi adalah miliknya.
Namun, sekarang dia menyesali keputusan itu. Benar kata Orlando. Wanita adalah kelemahan bagi pria. Dan sekarang dia telah memiliki kelemahan—dan Sanchez menggunakan kelemahannya itu untuk menyerangnya.
Seharusnya dia tidak perlu melibatkan Naomi dalam masalah keluarganya yang pelik ini. Sekarang nyawa Naomi dalam bahaya. Dan itu karena kecerobohannya.
***
Mobil berhenti di garasi. Darren keluar dari mobil dan melangkah dengan langkah lebar memasuki rumah. Begitu melewati koridor depan kamar Naomi, kedua pengawal yang dia suruh untuk berjaga di situ menunduk hormat dan lantas mengikuti langkahnya untuk masuk ke ruang kerja.
"Apa saja yang dia lakukan seharian ini?" tanyanya begitu duduk di kursi kerjanya.
Kedua pengawal itu berdiri tegak di hadapannya di seberang meja.
"Dia hanya di kamar. Turun ke dapur dan halaman belakang sebentar, lalu masuk lagi ke dalam kamar." Salah satu pengawal berbadan lebih tinggi menjawab.
"Ke dapur? Apa Marry dan Katty tidak membawakan makanan ke kamarnya?" Dahi Darren berkerut.
"Pelayan sudah membawakan makanan sesuai perintah, tapi dia memaksa untuk turun ke dapur. Dia hanya ingin berjalan-jalan," ucap pengawal bertubuh kekar.
Darren menganggukkan kepala sambil bergumam.
"Dia tidak melakukan hal-hal yang aneh? Tidak keluar rumah juga?" tanyanya lagi.
Kedua pengawal itu menggeleng serempak.
"Baiklah. Kembali berjaga."
Lalu, kedua pengawal itu keluar dari ruang kerja.
Darren mengambil gelas dari dalam lemari kaca, mengambil es batu dari dalam freezer dan menuangkan minuman sebelum meneguknya hingga setengah. Kemudian, dia berjalan ke arah meja tempat monitoring cctv. Dia memperhatikan keadaan luar rumah dengan seksama. Begitu pun dengan halaman belakang rumahnya.
Tak ada sesuatu yang mencurigakan. Namun, dia tetap harus waspada. Dia tidak pernah tau bagaimana Sanchez akan menerobos masuk dan mencelakai Naomi.
Ponsel yang dia letakkan di atas meja meja berdering. Dengan cepat dia kembali ke meja kerja untuk mengangkat panggilan yang masuk. Dari Bill.
"Apa yang terjadi dengan kantormu di LA?" Suara Bill yang tegas membuat Darren sedikit terhenyak.
"Apa maksud kakek?" tanyanya bingung. Tak mengerti dengan maksud pertanyaan kakeknya itu.
Bill berdecih di seberang sana. "Astaga ... kau bahkan tidak mengetahui yang terjadi dengan kantormu sendiri?"
Darren dapat merasakan nada kecewa dari ucapan kakeknya.
Begitu telepon dimatikan, Darren segera menghubungi orangnya yang di kantor LA untuk memberikan laporan.
Dan pantas saja Bill terdengar begitu geram, karena baru saja dilakukan penyerangan di salah satu kantor pusatnya di LA. Dan bodohnya dia tidak mengetahui hal itu karena sibuk mengurus keselamatan Naomi.
Gegas dia kembali membuka ponsel dan mencari nama Viktor di sana. Setelah memastikan lelaki paruh baya itu berada di kantornya, buru-buru Darren keluar dan mengemudikan mobilnya untuk menemui Viktor, salah satu orang kepercayaan kakeknya.
***
"Apa yang terjadi dengan kantor LA?" tanyanya seketika sambil menerobos masuk ke ruangan Viktor. Lelaki itu terkejut, bukan karena Darren yang tiba-tiba menerobos masuk, melainkan dengan pertanyaan konyol yang dilontarkan lelaki itu.
"Apa saja yang kau lakukan sampai tidak mengetahui kantormu diserang?" sergahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sibuk menjaga Naomi pasca penembakan kemarin. Tak sempat memantau kantor-kantor di kota-kota lain."
Viktor mencebik. "Bukankah Bill sudah bilang untuk jangan berurusan dengan perempuan? Kau percaya, kan, apa yang dia ucapkan itu benar? Kau bahkan sampai lalai dengan salah satu kantor pusat kita hanya karena sibuk mengurusi seorang wanita."
"Hentikan ocehanmu tentang itu dan jelaskan saja apa yang terjadi!" hardik Darren dengan mata menyala merah dan napasnya yang terengah sarat akan amarah.
Viktor hanya bergeming. Lelaki itu hanya sedikit heran dengan apa yang terjadi saat ini. Setahunya, Darren adalah lelaki yang gila kerja dan tidak pernah lalai memantau seluruh kantornya. Namun, saat ini apa yang barusan dia dengar? Darren sibuk mengurusi wanita sampai tidak tahu kantor di LA diserang.
Selama ini, Bill mempercayakan masa depan perusahaan dan seluruh bisnis keluarga kepada Darren karena laki-laki itu lebih dapat diandalkan daripada sepupunya. Darren selalu fokus akan pekerjaan dan seluruh bisnisnya, sementara Zach hanya sibuk bermain-main dan meniduri banyak wanita.
Sementara saat ini apa yang sedang disaksikannya? Seorang Darren melupakan tanggung jawab perusahaan hanya demi satu wanita?! Ini gila!
"Darren, saat ini perusahaan kita sedang diambang kehancuran. Dan itu semua karena ulahmu, kau ingat itu? Jadi, lupakan urusan wanita dan fokuslah pada tugasmu." Viktor bangkit dari kursinya dan keluar membanting pintu.
Sedangkan Darren tertegun di tempat. Tangannya mengepal dengan wajah memerah. Sepertinya seluruh darahnya sedang berkumpul di kepala.
Darren tidak menampik satu pun ucapan yang dilontarkan Viktor McCartney, salah satu kaki tangan Bill. Dia mengakui dengan sadar bahwa semua yang dikatakan Viktor adalah benar. Namun, hanya karena dia adalah orang kepercayaan kakeknya, bukan berarti dia boleh dengan lancang mendiktenya dan menceramahinya seperti tadi. Walau bagaimanapun Viktor tetaplah bawahannya.
Darren bangkit berdiri, merapikan jasnya yang agak naik, lalu dengan bantingan pintu yang sama dia meninggalkan ruangan tersebut sambil melangkah cepat menuju mobilnya. Dia hanya ingin pulang sekarang. Dia ingin menemui Naomi.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Merah Sang CEO
Romance[21+] Follow dan vote sebelum membaca :) * Naomi Rosalina Mahuze terlahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang pengusaha properti yang sukses, sementara ibunya pemilik restoran ternama di kota. Namun, semua itu hilang saat satu per satu badai di ke...