TUJUH BELAS [pamer dikit]

3 2 0
                                    

Meylian menarik tasnya yang berada di sebelah lemari dengan cepat kakinya melangkah meninggalkan kamarnya menutup pintu lantas berjalan menuruni tangga, Meylian menetap sejenak kamar Satliam kakaknya sepertinya belum bangun, biarlah.

"Sarapan dulu sini" Meylian menatap tak percaya, hari apa ini!, sepertinya hari ini hari baik bisa-bisanya meja makan yang biasanya tak di gunakan sekarang berisi seluruh anggota keluarganya, ayahnya, bundanya, dan neneknya hanya kakaknya yang belum hadir.

"Tumben bunda makan bareng" memang bundanya dan ayahnya itu jarang pulang kalaupun pulang tidak lama, bahkan tidak pernah memiliki waktu bersama keluarga.

"Kamu nggak suka bunda di rumah!, emang bapak sama anak sama-sama ngeselin" Ling mendengus kesal, Meylian meneguk Salivanya bukan itu maksudnya!, ia melirik ayahnya di sebelahnya, ayahnya hanya mengedikkan bahunya, 'kenapa bunda selalu begitu'  Meylian nyengir ayolah apakah ayahnya tidak ingin satu hari saja tidak beradu mulut dengan bundanya.

"Kakakmu kemana Mey?" Meylian hanya mengedikkan bahunya, jika saja Ling tahu apa yang Satliam lakukan kepadanya, dengan seenak jidat membuat janji dengan Agantha mungkin Ling akan memarahi kakaknya.

"Dasar anak itu pemalas, semua sifat buruk Sam menurun padanya" Ling terus mengomel tak jelas.

"Dasar kenapa jadi aku?" Sam menyeruput kopinya enak saja bisa saja sifat Ling yang menurun pada Satliam.

"dia anak mu" Sam menatap Ling malas, bukankah Satliam juga anaknya.

"Dia juga putramu" Sam masih santai.

Ling hendak membuka mulutnya lagi, sebelum itu terjadi Lien memukulkan sendoknya ke meja membuat semua menoleh ke arah Lien.

"Diam-lah ini meja makan kalian merusak selera makan ku" Ling segera duduk kembali lantas menikmati sarapannya, terkadang Meylian bingung orangtuanya selalu bertengkar lantas beberapa detik seperti tidak terjadi apa-apa.

Meylian mendengar suara motor mendekat ke pekarangan rumahnya, Meylian nyengir, Agantha dasar ia datang pada saat yang tidak tepat.

Sebelum Agantha masuk Meylian segera berlari menuju pintu lantas menutupnya rapat-rapat agar ayahnya tidak melihat Agantha.

"Lo ngapain ke sini!!" Pekik Meylian terkejut melihat Agantha.

"Ya mau njemput kamu lah" Agantha tersenyum, Meylian semakin panik terdengar langkah kaki mendekat.

Meylian bingung harus apa Agantha hanya menatap tak mengerti. "Pake helm lo cepet!!" Meylian menarik helm Agantha lantas memakaikannya dengan kasar.

"Siapa Mey?" Sam membuka pintu menatap putrinya itu.

"Teman aku yah" Meylian tersenyum padahal dalam hati ia tak rela ketahuan sekarang.

"Kenapa nggak di suruh masuk?" Tanya sam Meylian semakin panik.

"Nggak mau langsung berangkat" Meylian menerobos masuk lantas berlari mengambil tasnya.

"Ayo" Meylian menarik tangan Agantha, Agantha sempat membungkuk kepada Sam, Sam hanya menatap bingung kepada putrinya.

"Dasar remaja" Sam terkekeh dan masuk, hal pertama yang ia lihat adalah putranya yang tengah menggaruk rambutnya yang berantakan.

"Duh mandi dulu sana!" Sam mengomel.

***

"Eh gan kok kita ke sini?" Meylian bingung saat turun, mereka malah ke sebuah mansion mewah.

"Sebentar mau ganti kendaraan" Meylian tambah bingung ada apa semua ini?.

"Gan kok pulang lagi sayang" wanita dengan rambut blonde panjang, wajahnya ramah mata birunya yang menawan menatap ramah Meylian.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang