•
•
•"Elmoora Kaira?"
Satu kata yang berhasil mengalihkan perhatian seseorang yang tengah sibuk melamun di tengah keramaian. Dengan segera, ia berbalik lalu tersenyum ke arah orang yang memanggilnya itu.
"Saya, Pak?"
"Nanti setelah jam pulang sekolah kamu ke ruang guru, Bapak tunggu."
Pria paruh baya itu bergegas meninggalkan Elmoora yang masih dalam keadaan bingung. Tangannya terangkat menyentuh keningnya yang basah akan peluh.
Sedikit mendecak, lalu ia berlari menuju kelas meninggalkan kantin sekolah yang ramai itu.
Sesampainya di kelas, dengan wajah yang sangat berbeda ia langsung menyapa teman-temannya. Wajahnya kini tampak lebih ceria dibandingkan sebelumnya.
"Mooraaa! Lo darimana aja? Gue punya kabar paling hots minggu ini!" Kania segera menarik lengan Elmoora dengan cekatan. Ia tak membiarkan Moora jauh darinya kali ini.
"Kenapa, sih? Lain kali aja, ya, ceritanya. Please, gue masih pusing gara-gara ngerjain soal tadi,"
Kania tidak menyerah, ia langsung berbicara tanpa memedulikan ucapan Moora. "Lo tahu Azhar, kan?" tanya-nya dengan antusias.
Moora mengangguk dengan malas, walaupun dia lelah, namun tetap harus menghargai lawan bicaranya.
Kania menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, "DIA NEMBAK GUE!"
Moora sangat amat terkejut mendengar 3 kata dari temannya itu. Raut wajah kagetnya tidak dapat disembunyikan kali ini.
"Hah? Maksudnya? Terus, terus? Lo terima?"
Anggukan yang diberikan Kania membuat hati Moora terkecoh. Rasanya, ia tak menyukai hal itu. Namun, dia hanya bisa sadar diri untuk kesekian kalinya.
"Wih, congrats yaa! Langgeng, jangan lupa traktirannya!"
Pulang sekolah, seorang lelaki berparas asing dengan mata berwarna hazel dan rambut coklat pirang menunggunya di depan rumah. Lelaki berseragam SMA itu tersenyum sembari membawa sebuah kue ulang tahun di tangannya. Senyumannya sangat indah, hingga Moora tak bisa melupakannya.
Dengan cepat, gadis itu berlari memeluk sosok pria jangkung berkulit putih dengan ukiran wajah yang sempurna itu.
"Happy birthday Elmo guee!"
Moora meneteskan air matanya, terharu. Hanya lelaki itu yang merayakan ulang tahunnya, dan mungkin hanya ialah yang ingat akan tanggal kelahiran Moora. Pada saat itu, Moora merasa menjadi gadis paling beruntung karena diratukan oleh sahabat satu-satunya, yang selalu ada untuk nya dalam keadaan apapun, yang selalu menyemangatinya, dan bahkan ia menjadi motivasi tersendiri untuk Moora dalam menggapai hal apapun. Moora sangat ingin membanggakan teman lelaki satu-satunya itu.
"Dah, jangan nangis, cengeng lo! Cepet make a wish, tangan gue pegel megang ni kue!"
Moora tersenyum dan segera menutup matanya. Mengharapkan sesuatu yang sangat ia inginkan.
"Tuhan, biarkan aku selalu di sampingnya. Hanya karena dia aku masih ingin kembali bangun di pagi hari. Berikan apa yang dia inginkan, dan biarkan dia selalu berada di dekatku. Hanya dia yang peduli padaku, Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Berkelip
Teen Fiction"Jika memang aku sebuah pena, maka akan aku usahakan aku tetap berguna walau tanpa adanya tinta." Kalimat itu mampu menggambarkan harapan Moora. Meski ia tak tahu itu akan berhasil atau tidak, meski ia tahu tak akan ada yang mendukungnya, namun ia m...