The Mall (3)

160 15 31
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Flashback.

Tujuh tahun yang lalu sebelum Mall dibangun.



Didalam sebuah ruang rapat, Zayyan bersama beberapa pihak membicarakan rencana pembangunan Adi Mall. Seorang yang ahli mengenai tanah, berkata pada Zayyan, "setelah mengetahui guna tanah yang akan kita bangun diatasnya, kita hanya mampu membangun gedung empat lantai."

Zayyan tidak puas. "Masa' cuma empat lantai? Lima, lah! Tanggung amat!"

"Guna tanahnya tidak kuat, Pak Zayyan."

Zayyan tersenyum menyeringai, lalu meletakkan sebuah koper diatas meja. Zayyan membuka koper itu, dan tampaklah tumpukan uang yang memenuhinya. "Ini tanda terima kasih untuk kalian. Mohon bantu aku, untuk mendapat ijin menambah satu lantai lagi. Aku ingin yang terbaik untuk bisnisku."

Ada sogokan, semua lancar. Zayyan tidak berpikir apakah tanahnya kuat dibangun Mall 5 lantai, padahal seharusnya 4 lantai saja. Menurut Zayyan, setiap lantai adalah uang.

Yang namanya membangun Mall, pasti diperlukan pendingin ruangan. Mall yang akan dibangun membutuhkan alat pendingin yang beratnya mencapai 200 ton. Coba pikir, sudah kelebihan satu lantai, dan mau nggak mau ditambah beban lagi 200 ton tersebut.

Ketika Mall miliknya sedang dibangun, Zayyan yang mengenakan helm pengaman di kepalanya, ikut mengawasi bersama kontraktor. Si kontraktor menyarankan kepada Zayyan agar alat pendingin 200 ton di pindahkan menggunakan alat-alat berat. Supaya alat pendingin seberat itu bisa diletakkan secara menyebar, agar bebannya rata.

"Berapa biaya untuk sewa alat-alat berat?" tanya Zayyan. Si kontraktor pun menyebut sejumlah nominal. Dan wajah Zayyan terlihat tidak senang. "Mahal amat! Cuma mindahin alat pendingin aja biayanya segitu! Digeser pakai papan beroda aja, lah!"

"Masa' alat seberat 200 ton cuma di geser pakai papan roda, bos?"

"Nggak apa-apa, yang penting irit! Toh fungsinya sama aja!"

Atas perintah Zayyan, alat pendingin 200 ton itu hanya digeser menggunakan papan beroda. Sehingga alat seberat itu terkumpul di satu sisi. Menyebabkan beban yang ada diatas gedung menjadi tidak merata.

Beberapa saat kemudian, Zayyan memeriksa gambar desain interior yang dibuat oleh arsitek. Lagi-lagi, wajah Zayyan terlihat tidak senang. Jarinya menunjuk gambar desain pondasi. "Ini kenapa desain pondasi nya gede-gede amat? Jumlah pondasi nya juga banyak! Jelek dilihatnya!"

"Itu sudah ukuran dan jumlah yang seharusnya, Pak Zayyan. Agar gedung menjadi kuat dan kokoh."

"Kalian paham estetika, nggak?! Aku akan membangun Mall mewah yang diisi tempat-tempat mahal! Kelas tinggi! Bukan pasar modern yang isinya jualan sayur!..."

Short Stories XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang