Acara yang dilaksanakan oleh perusahaan Salina selesai tepat pukul empat sore. Setelah sesi foto berakhir, para tamu undangan berhamburan keluar ruangan. Tak terkecuali Nova yang semangat menarik Salina keluar dari ruangan itu.
"Kenapa sih Nov?", tanya Salina yang berusaha melepaskan genggaman tangan Nova pada pergelangan tangannya.
"Rencana kita tadi pagi. Mas-Mas kateringnya keburu pulang ntar"
"Iyaa tapi itu... Nanti kita dicariin Mbak Arum"
Nova menggeleng lalu menepuk dadanya. "Udah... Masalah itu ntar gue yang tangani. Yang penting kita ketemu dulu sama Mas yang tadi"
Salina menghembuskan napasnya. Ia akhirnya memilih berjalan mengikuti Nova yang terus menyeretnya menjauh dari office hall.
"Kita tunggu disini aja", ujar Nova tepat berdiri di lorong menuju office hall. Sementara Salina berdiri gelisah memandangi office hall, ia takut Arum akan mencari mereka.
"Eh, Mas!! Mas...", panggil Nova begitu melihat seorang lelaki melintas di depan ia dan Salina. Lelaki itu mendadak berhenti
"Ada apa yaa Mbak?"
Nova menarik tangan lelaki itu dan membawanya menuju tangga darurat, tempat sepi yang jarang dilalui oleh karyawan perusahaan ini.
"Yang tadi pagi itu lho, Mas", ucap Nova sambil memasukkan kedua tangannya pada kantong celananya, terlihat seperti mengintimidasi lelaki itu. Sementara Salina hanya diam sambil menatap keduanya.
"Ohh itu.... Temen saya pada nggak mau Mbak. Soalnya mereka takut karena diajak kerja sama nggak jelas"
"Satu orang pun Mas?"
Lelaki itu mengangguk membenarkan. "Iyaa Mbak"
"Yaudah kalo gitu Masnya aja gimana?"
Lelaki itu tersenyum canggung. "Aduh... Mbak. Gimana yaa?"
"Masnya takut kenapa?"
"Takut aja Mbak. Saya takut diajak kerja sama yang nggak-nggak". Lelaki itu melirik Salina dan Nova bergantian. "Misalnya.... Diminta jadi kurir narkoba gitu"
Nova lantas tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan lelaki itu. "Mas... yang bener aja lah Mas. Ya kali kami nyuruh Mas begituan"
"Kan saya cuma antisipasi aja Mbak"
"Jadi Mas mau apa nggak?". Kini giliran Salina yang bertanya. Ia sudah tak sabar mendengar obrolan basa basi Nova dan lelaki itu.
"Tapi beneran dibayar kan Mbak?"
Salina memutar bola matanya malas. Kemudian menunjukkan id card yang masih tergantung di lehernya. "Masnya kalo takut saya nipu bisa datangi kantor ini. Bisa cari saya di bagian HRD atas nama Salina"
Lelaki itu menatap Salina yang tengah berdiri berkacak pinggang menatapnya.
"Kalau boleh tau bayarannya berapa Mbak?"
"Sejuta Mas", jawab Salina singkat
Lelaki itu lantas tersenyum tipis menatap Salina. "Maaf Mbak tapi saya nggak bisa. Bayaran segitu dengan hal yang tidak saya ketahui, ini terlalu berbahaya untuk saya Mbak"
"Dua juta"
"Dua setengah juta Mas, di transfer hari ini juga", potong Nova lalu mengulurkan tangannya pada lelaki itu. Tapi dengan cepat Salina menepis tangan Nova.
"Nggak Mas. Dua juta, deal!"
"Sal, ini tu demi lo. Biar Masnya mau juga", bisik Nova dengan senyum canggungnya yang masih menatap lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pentas Cinta (Stop)
FanfictionPentas cinta adalah sebuah pertunjukkan yang menampilkan sebuah sandiwara cinta yang terpaksa dilakukan oleh seorang wanita demi membatalkan keinginan ayahnya yang terus memintanya untuk segera menikah. Akan tetapi semua rencana yang telah disusun s...